x

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ijinkan Saya Membaca Puisimu Joko Pinurbo

Merasakan puisi merasakan jiwa, merasakan bisikan angin, merasakan ujaran-ujaran halus yang muncul lewat kata-kata.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sebagai penikmat puisi saya menangkap makna puisi Joko Pinurbo sebagai refleksi bagi jiwa saya untuk melihat dengan sederhana baik kata-kata, peristiwa-peristiwa keseharian sesuatu yang alami. Merasakan puisi merasakan jiwa, merasakan bisikan angin, merasakan ujaran-ujaran halus yang muncul lewat kata-kata. Terkadang saya lebih biasa merasakan teriakan-teriakan kasar daripada kata-kata menyejukkan yang  datang dari orang yang sudah mampu mengendalikan emosi dan hanya melontarkan puisi untuk menyindir dengan segenap jiwanya yang peka.

Joko Pinurbo(hampir mirip dengan nama saya cuma beda nasib)Penyair yang lahir di Sukabumi dan tinggal Di Yogyakarta sekarang ,mencipta puisi dengan amat sederhana tapi melahirkan sejumlah puisi fenomenal. Bagi yang sering membaca Kahlil Gibran atau Rabindranath Natagore puisi Jokpin jauh lebih sederhana tapi kederhanaan itu adalah keistimewaannya. Saya seperti melihat keseharian, tidak jauh-jauh dari edaran mata saya dari pengalaman keseharian  sebuah keluarga, Kata-kata Jokpin justru dari kata-kata sederhana yang disajikan dalam sebentuk puisi tersebut. Saya tidak perlu banyak berpikir tapi jauh lebih mengerti bahwa kata-kata dalam puisi Jokpin itu sangat dalam.

Pertanyaan saya tentang artikel saya ini: Apa sih menariknya mengoleksi buku puisi?Tidak menarik sama sekali pada orang yang biasa menggunakan mata dan telinganya  hanya untuk menyaksikan kegaduhan televisi dan kerumunan-kerumunan di mall. Tidak untuk orang yang tidak terbiasa berefleksi dan hanya tergenggam oleh mereka yang sedang galau, merana dan kadang sedang dirundung jatuh cinta. Padahal puisi tidak hanya sekedar sekumpulan kata-kata galau karena putus cinta atau sedang broken heart.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kadang persoalan-persoalan  sederhana dalam hidup bisa menjadi ide brilian penyair. Persoalan celana, persoalan obrolan pembantu rumah tangga, onggokan barang-barang bekas di gudang, masalah keseharian yang luput dari bidikan penulis, esais dengan manisnya diolah oleh penyair, dimasak dan kemudian disajikan dalam baris-baris puisi memukau. Seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar yang lugas puisi Jokpin itu punya kharisma sebagai puisi-puisi yang bisa memotret kehidupan keseharian dan dinikmati sebagai puisi sastra yang mudah dikunyah namun bisa menjadi bahan refleksi.

Ke sekitar 80 an puisi Jokpin merefres mata saya dan menyuci  mata dan jiwa yang lelah melihat ujaran-ujaran yang berseliweran di media sosial, blog-blog bejibun yang hadir di internet dan media-media yang sengaja memprovokasi manusia untuk hidup dalam sekat- sekat. Saya capek  melihat bagaimana manusia yang katanya beragama tapi selalu ingin mendikte Tuhan, mengarahkan manusia lain untuk mendengarnya sedangkan dia sendiri menutup telinga dan sibuk berkotbah tentang kebenaran menurut diri sendiri tanpa mau merefleksi bahwa banyak manusia lain perlu didengar, perlu diperhatikan dan perlu di”manusiakan”

Daripada menggesek-gesek gawai yang isinya penuh kata-kata sampah, lebih indah menikmati kata-kata Jokpin. Malam ini tidak akan kulewatkan dengan membuka-buka gawai,  Mata waktu, mata sunyi:Memanggil, menelan.Ceruk Cinta yang haus warna ceruk perempuan MALAM INI AKU AKAN TIDUR DI MATAMU.

Bisakah saya merayu seseorang dengan sebaris puisi sekarang ini atau malah kukirimkan puisi cinta dari jokpin yang bunyinya begini:kupetik pipinya yang ranum, kuminum dukanya yang belum:kekasihku,

Senja dan sendu telah diawetkan dalam Kristal matamu

Mungkin saya termasuk orang aneh yang hidup dalam dunia virtual saat ini. Meskipun mau tidak mau larut dalam dunia maya dengan menjadi penulis dinding facebook dan sejumlah blog bagi saya buku tetaplah buku yang harus selalu ada di deretan lemari saya. Karena saya bisa merasa tersenyum dengan buku-buku yang siap dibaca dan dibolak-balik sampai kucel.

Nikmatilah Puisi Jokpin, bawa dan baca pelan-pelan sambil senyum dan barangkali anda yang membaca bisa tersenyum-senyum berasa terbang merasakan kata-kata yang mengaduk-aduk jiwa, sesekali membuka facebook sambil menyuplik satu dua bait untuk ditempelkan di dinding sebagai status. Nah ujaran-ujaran di media sosial tidak perlu lagi menyeramkan, cukup tersenyum dan bangga dapat like dari teman-teman, padahal  kata-kata yang ditulis di dinding facebook itu milik para penyair.

Silahkan nikmati buku, hidupkan dunia literasi dan kemudian menulis untuk kehidupan yang lebih baik.

Penikmat buku.

 

 

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu