“Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony.”-- Mahatma Gandhi
Sebagian orang berpendapat: tidak ada resep tunggal agar bahagia yang berlaku bagi semua orang. Bayangkanlah, setiap orang dilahirkan dengan kondisi genetik yang unik, bakat yang beragam, melalui masa kanak-kanak yang berbeda-beda, pengalaman hidup yang beraneka, dan dukungan sosial—keluarga, teman, sahabat, rekan kerja yang bervariasi. Ada yang berkata, “(Untuk bahagia), kadang-kadang kamu hanya perlu membuang peta. Peta adalah kehidupan yang sudah dijalani orang lain. Lebih menyenangkan bila kamu membuat petamu sendiri.’
Meskipun begitu, ada pula pepatah asing yang berbunyi: “Jika engkau ingin kebahagiaan satu jam, tidurlah siang. Jika engkau ingin kebahagiaan sehari, pergilah memancing. Jika engkau ingin kebahagiaan setahun, warisilah keberuntungan. Jika engkau ingin kebahagiaan seumur hidup, bantulah orang lain.”
Membantu orang lain, menurut pepatah ini, merupakan sumber kebahagiaan yang bertahan paling lama—sepanjang hayat. Memberi, bederma, bersedekah, menolong, dan membantu selalu disarankan di lingkungan budaya apapun. Jika agama menganjurkan dan bahkan mewajibkan kebaikan itu, sesungguhnya adalah ikhtiar mengingatkan manusia terhadap fitrahnya.
Bersedekah dan menolong merupakan salah satu resep universal untuk merasakan kebahagiaan. Berbagai riset sains menunjukkan bukti-bukti yang menguatkan pandangan ini. Dengan bantuan brain imaging technology, para peneliti menemukan tanda-tanda keaktifan dalam otak ketika kita bederma. Riset lain menyimpulkan, bersedekah membuat kita lega dan tekanan darah turun.
Bersedekah dan menolong tak selalu dalam konteks materi. Seperti kata Jackson Brown, Jr.: “Jika engkau hanya bisa memberi senyuman hari ini, berikanlah senyuman kepada orang lain. Senyummu itu boleh jadi satu-satunya sinar mentari yang ia lihat sepanjang hari.” Lewat senyuman, Anda sudah memberi kegembiraan kecil kepada orang-orang sekitar dan menebarkan energi relasi yang membuat mereka nyaman.
Menjadi bahagia, kata seorang teman, adalah soal pilihan—kamu bisa memilih untuk hidup bahagia atau sebaliknya. Lantaran itu, menurut dia, menemukan kebahagiaan adalah proses yang aktif, harus diikhtiarkan; bahagia juga bukan destinasi, melainkan keadaan pikiran yang selalu mengalir melalui tindakan-tindakan bersahaja: tersenyum, bersyukur, menolong—sekalipun hanya memindahkan sebuah kardus.
“Lakukan aktivitas yang menstimulasi,” kata psikolog Mihaly Csikszemihalyi, “sehingga kamu senantiasa dalam keadaan mengalir—bekerja, membesarkan anak, atau mengejar passion artistik.” Juga tindakan-tindakan kecil seperti tersenyum. Para peneliti semakin percaya bahwa menolong, bederma, berempati, dan kebaikan-kebaikan lain memang melekat dalam kromosom kita.
Ada banyak tindakan sederhana yang mampu membuat suasana hatimu tenang, bersyukur di antaranya. Bersyukur dapat mengubah hari-hari biasa menjadi penuh terima kasih, mengubah pekerjaan rutin jadi menyenangkan, dan mengubah kesempatan biasa menjadi rahmat. (sumber ilustrasi: neatoday.com) ***
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.