x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Siti Aisyah, Siapa Dia?

Siti Aisyah, TKI asal Banten diduga menjadi eksekutor pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kasus Siti Aisyah, TKI asal Banten, yang diberitakan terlibat dalam pembunuhan Kim Jong-nam di bandara internasional Kuala Lumpur Malaysia, bisa jadi akan menjadi ikon babak baru dinamika para buruh migran asal Indonesia di luar negeri. Kasus ini menjadi sangat istimewa karena korbannya adalah kakak tiri Presiden Korea Utara, Kim Jong-un.

Selama ini, kita akrab dengan kasus-kasus wanita asal Indonesia yang menjadi kurir penyelundupan narkoba lintas negara. Dan bisnis narkoba biasanya identik dengan dunia mafia. Dan tiap mafia adalah komuntias yang bisa melakukan apa saja, termasuk pembunuhan.

Kasus ini semakin menarik saja, setelah BNP2TKI memastikan, nama Siti Aisyah tidak terdaftar dalam database TKI yang bekerja di luar negeri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejauh ini, informasi memang masih sepotong-sepotong. Benang merahnya belum jelas betul. Tapi dalam beberapa hari ke depan, kita akan tahu riwayat lebih detail tentang Siti Aisyah.

Dan salah satu sumber yang mungkin bisa memberikan gambaran relatif utuh terkait jelajah pergerakan Aisyah adalah data imigrasi di Indonesia, Malaysia, mungkin Vietnam, untuk memastikan pergerakan lintas negara Siti Aisyah.

Mungkin karena terpengaruh dengan film-film spy, saya awalnya sempat menilai nama “Siti Aisyah” gak pas banget untuk nama seorang agen intelijen, yang beraksi membunuh kakak tiri presiden Korea Utara. Negara yang pernah dijuluki – oleh Presiden Amerika George W Bush dalam pidatonya pada 29 Januari 29, 2002 – sebagai salah satu negara "axis of evil (poros setan)". Padahal mungkin saja Siti Aisyah telah mengganti dan menggunakan nama keren, yang punya sentuhan spy, misalnya, SITISA, biar satu timbangan kata dengan NIKITA.

Namun, mengacu pada informasi yang sepotong-sepotong itu, saya merunut kehidupan Siti Aisyah, dan kesan awalnya memang agak unik. Pernah menikah dengan seorang warga negara Malaysia pada 2009 (atau 2010), dan dikarunia satu anak, yang dititipkan kepada mertuanya di Tambora, Jakarta. Lalu pasangan ini bercerai pada 2012.

Yang agak aneh, sebab menurut informasi awal dari catatan Imigrasi Malaysia, Siti Aisyah tercatat terakhir masuk ke Malaysia pada 16 November 2016, melalui Terminal Feri Antarabangsa Stulang Laut, Johor Bahru. Informasi ini memperkuat keterangan ibunya, Banah (50 tahun), yang mengaku hanya mengetahui Siti Aisyah bekerja sebagai penjual baju/pakaian di Batam.

Tapi menurut keterangan ibunya juga, pada 21 Januari 2017, sekitar tiga pekan sebelum aksi pembunuhan Kim Jong-nam, Siti Aisyah tercatat berkunjung ke rumah orangtuanya di Banten, dan mampir ke rumah mantan mertuanya di Tambora-Jakarta, mungkin untuk menjenguk anaknya.

Rekap rute perjalanan yang zigzag dan terputus ini, hanya mungkin ditelusuri dan dipastikan melalui rekaman CCTV di setiap embarkasi. Sebab, tidak cukup hanya mengandalkan dokumen perjalanan sejenis paspor, karena terbuka kemungkinan Siti Aisyah menggunakan beberapa paspor.

Selain itu, foto wanita yang berbaju kaos lengan panjang warna putih, dengan tulisan di dada “LOL”, yang diduga sebagai Siti Aisyah – berdasarkan rekaman CCTV di Bandara Kuala Lumpur – wajahnya berbeda dengan foto di Paspor Siti Aisyah, yang dikeluarkan pada 17 November 2014 oleh Imigrasi Jakarta Barat.

Untuk memastikan apakah Siti Aisyah benar terlibat dalam jaringan spy Korea Utara, mungkin sebaiknya menanti pengungkapan fakta lanjutan. Terutama keterangan dari Siti Aisyah sendiri yang kini sudah ditahan polisi Malaysia (PDRM).

Karena itu, kesimpulan bahwa Siti Aisyah adalah korban penipuan, atau dijebak, kayaknya terlalu prematur dan kurang beralasan. Meskipun ada berita awal yang menyebutkan bahwa Siti Aisyah dijebak dengan kedok menjadi tamu untuk sebuah program reality show, meski belum ada penjelasan untuk stasiun televisi apa.

Fokus kasusnya sebenarnya adalah jika nantinya Siti Aisyah terbukti terlibat dalam pembunuhan Kim Jong-nam, maka itu mengindikasikan Siti Aisyah adalah agen unggulan. Karena untuk menjadi eksekutor terhadap target elit – sekelas Kim Jong-nam – bisa dipastikan pelakunya telah melewati beberapa tahapan pelatihan. Ngeri-ngeri sedap, sih memang.

Di samping itu, beberapa pemberitaan juga terkesan ramai-ramai mengarahkan jari telunjuk ke dinas intelijen Korea Utara. Menurut saya, tidak harus. Boleh jadi, Siti Aisyah justru direkrut oleh dinas intelijen dari negara lain, yang ingin menjadikan kasus pembunuhan Kim Jong-nam sebagai bahan untuk semakin mendiskreditkan rezim Kim Jong-un.

Apapun itu, sekali lagi, kasus Siti Aisyah telah membuka babak dalam episode tentang dinamika para diaspora Indonesia di luar negeri.

------------------------

Kronologi kasus Siti Aisyah (diolah dari berbagai sumber):

Nama lengkap: Siti Aisyah kelahiran 11 Februari 1992. Ibunya bernama Benah (50 tahun). Anak bungsu dari empat bersaudara.

2003-2009: Siti Aisyah bekerja di konveksi milik Liang Kiong di wilayah Tambora, Jakarata. Artinya Siti Aisyah sudah mulai bekerja di usia sekitar 12 tahun.

2009/2010: Siti Aisyah menikah dengan Gunawan Hasyim alias Ajun, anak majikan konveksi tempatnya bekerja. Perkawinan itu dikaruniai seorang seorang anak, yang konon anaknya dititipkan di rumah mertuanya di Tambora.

2012: Siti Aisyah bercerai dengan Gunawan Hasyim alias Ajun.

2014: Siti Aisyah mengurus paspor yang dikeluarkan oleh Imigrasi Jakarta Barat tertanggal 17 November 2015. Ibu Siti Aisyah, Benah mengaku hanya mengetahui Siti Aisyah bekerja sebagai penjual pakaian di Batam, Kepulauan Riau.

Rabu, 16 November 2016: Siti Aisyah tercatat terakhir kali masuk Malaysia melalui Terminal Feri Antarabangsa Stulang Laut, Johor Bahru (menurut informasi awal dari catatan Imigrasi Malaysia).

Ahad, 21 Januari 2017: menurut pengakuan ibunya, Siti Aisyah terakhir pulang ke rumahnya di Kampung Rancasumur RT 11 RW 10, Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten. Pada periode yang sama, Siti Aisyah juga terlihat menengok mantan mertuanya di Tambora, Jakarta. Mungkin sekaligus menengok anaknya yang bernama Rio.

Senin, 13 Februari 2017, sekitar pukul 09.00 LT: rekaman video CCTV bandara internasional Kuala Lumpur, memperlihatkan Kim Jong-nam tengah berdiri di meja check-in bandara internasional Kuala Lumpur untuk terbang kembali ke rumahnya di  Macau.

Lalu dua perempuan, salah satunya memakai kaos bertuliskan “LOL”, berdiri di belakangnya (Wanita berbaju “LOL” inilah yang awalnya diberitakan teridentifikasi sebagai Siti Aisyah).

Lalu seorang perempuan lainnya tiba-tiba berdiri di depan Kim Jong-nam (wanita yang tampak di depan Kim Jong-nam itu diduga warga negara Vietnam).

Saat Kim Jong-nam lengah, perempuan yang awal berdiri di belakangnya, dan mengenakan sarung tangan gelap menyemprotkan cairan dari belakang tubuhnya ke wajah Kim Jong-nam. Sekalabat kemudian, kedua wanita itu langsung menghilang di tengah kerumunan penumpang di bandara.

Merasa pening, Kim Jong-nam berusaha berjalan menuju kamar mandi bandara, tetapi kemudian merasa sangat kesakitan dan kembali ke meja check-in. Sempat terhuyung-huyung sekitar 50 kaki. Lalu Salah seorang staf maskapai AirAsia mengantarnya ke klinik setelah kondisinya memburuk. Matanya terlihat memejam. Ia sangat kesakitan. Saat diantar menuju rumah sakit Putrajaya, Kim Jong-nam dinyatakan meninggal dunia.

Analisa awal menyebutkan, racun yang disemprotkan ke Kim Jong-nam, diduga jenis ricin atau tetrodotoxin (catatan: sianida adalah racun pembunuh paling mematikan. Tapi tetrodotoxin ternyata 1,200 kali lebih mematikan daripada sianida).

Rabu  15 Februari 2017: PDRM menangkap Doan Thi Huong, perempuan berusia 28 tahun, pada saat tiba di bandara Malaysia (tidak disebutkan datang dari mana?). Polisi mengidentifikasinya berdasarkan rekaman kamera pengawas saat ia berdiri di dekat antrean taksi pada hari kematian Kim Jong-nam.

Kamis, 16 Februari 2017: PDRM menangkap Siti Aisyah, 25 tahun, warga Indonesia, bersama kekasihnya Muhammad Farid Bin Jalaluddin, 26 tahun, warga Malaysia.

Sejauh ini, menurut PDRM, total ada enam tersangka yang diduga terlibat pembunuhan Kim Jong-nam. Namun mereka berenam tidak saling mengenal sebelum aksi dilakukan.

Syarifuddin Abdullah | Sabtu, 18 Februari 2017 / 24 Jumadil-ula 1438H.

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB