x

Iklan

Hakimatul Mukaromah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Memanfaatkan Air Hujan sebagai Air Bersih? Kenapa Tidak

Pemanfaatan air hujan sebagai alternatif sumber air bersih dengan pembangunan infrastruktur sistem pemanenan air hujan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebutuhan air bersih masyarakat di perkotaan terus meningkat seiring dengan bertambah pesatnya jumlah penduduk dan tingginya tingkat urbanisasi. Di satu sisi, air merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi kebutuhannya. Di sisi lain, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai penyedia pelayanan air bersih perkotaan ternyata belum mampu memenuhi secara keseluruhan kebutuhan air bersih masyarakat. Kota Semarang contohnya, hingga bulan September 2016, PDAM Kota Semarang hanya mampu melayani sekitar 163.584 pelanggan dengan cakupan wilayah baru 64% dari total wilayah Kota Semarang (PDAM Kota Semarang, 2016). Beberapa wilayah yang sering tidak terjangkau oleh jaringan PDAM adalah wilayah yang memiliki topografi lebih tinggi dari sumber PDAM serta jauh dari pusat kota. Kesenjangan supply dan demand air bersih ini berusaha untuk diatasi melalui berbagai program seperti PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat) dan program penyediaan air bersih lain berbasis masyarakat.

Penyediaan sarana prasarana air bersih berbasis masyarakat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam pemenuhan kebutuhan air bersih karena masyarakat atau sektor domestik/rumah tangga memiliki proporsi terbesar kebutuhan air bersih dibandingkan dengan sektor lain seperti industri dan jasa lainnya. Penyediaan air bersih berbasis masyarakat dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber air lokal seperti air tanah, sungai, danau, dan lainnya. Pemanfaatan air tanah merupakan salah satu pilihan yang paling banyak digunakan karena kualitasnya yang relatif sama dengan air dari PDAM dan langsung dapat digunakan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Padahal pemanfaatan air tanah secara terus menerus dapat berdampak negatif pada lingkungan, seperti penurunan permukaan tanah dan ketidakstabilan struktur tanah. Oleh karena itu perlu adanya penggunaan alternatif sumber air bersih yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Salah satu alternatif sumber air bersih yang ramah lingkungan dan mudah didapatkan adalah air hujan. Potensi curah hujan di Indonesia cukup besar, salah satunya adalah Kota Semarang yang memiliki curah hujan hingga 1.733 mm pada tahun 2015 (BPS Kota Semarang, 2016). Kuantitas curah hujan yang cukup besar memerlukan pengelolaan yang baik agar air hujan tidak menjadi sumber bencana melainkan sebagai sumber penghidupan. Hal ini terkait adanya fenomena perubahan iklim yang mengakibatkan curah hujan di Kota Semarang menjadi bervariasi setiap tahunnya. Variasi cuaca ini menyebabkan Kota Semarang sebagai salah satu kota yang rentan terhadap perubahan iklim, yaitu menjadi rawan banjir saat musim hujan dan sebaliknya menjadi kekeringan saat musim kemarau.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu wilayah di Kota Semarang yang belum terjangkau layanan PDAM adalah Kelurahan Wonosari. Hal ini karena Kelurahan Wonosari terletak di pinggiran Kota Semarang dan memiliki topografi perbukitan. Mayoritas masyarakat di Kelurahan tersebut memanfaatkan air tanah dan air sungai sebagai sumber air bersih. Akan tetapi, kedua sumber air bersih tersebut terkadang mengalami penurunan kualitas saat musim hujan dan penurunan kuantitas saat musim kemarau. Dengan kondisi tersebut, dipilihlah kelurahan ini sebagai lokasi percontohan pembangunan sistem pemanenan air hujan oleh Tim ACCCRN (Asian Cities Climate Change Resilience Network) Kota Semarang di lima rumah tangga terpilih.

Tahapan yang dilakukan sebelum pembangunan seperangkat sistem pemanenan air hujan adalah sosialisasi terhadap masyarakat tentang penggunaan sistem serta sosialisasi kelayakan kualitas air hujan. Mekanisme kerja sistem pemanenan air hujan ini yaitu dengan mengalirkan air hujan dari atap rumah ke dalam bak penampungan dan selanjutnya dapat langsung digunakan. Berdasarkan hasil uji laboratorium, kualitas air hujan di Kelurahan Wonosari hanya layak untuk digunakan sebagai sumber air bersih non konsumsi (cuci, mandi, dan sebagainya).

Kelima rumah tangga tersebut menjadikan air hujan sebagai komplementer dari air tanah/air sumur atau air sungai yang biasa mereka gunakan. Dan ternyata mereka mampu menghemat hingga 20% dari total biaya air bersih yang biasa mereka keluarkan setiap bulannya. Besarnya penghematan tersebut mungkin tidak seberapa. Akan tetapi, dilihat dari aspek lingkungan, mereka juga turut berkontribusi dalam mengurangi limpasan air hujan dan penggunaan air tanah.

Dengan adanya percontohan pemanfaatan air hujan oleh kelima rumah tangga tersebut, diharapkan masyarakat lain tidak lagi segan untuk ikut memanfaatkan air hujan sebagai alternatif sumber air bersih. Karena kualitas air hujan ternyata layak dan aman digunakan sebagai sumber air bersih non konsumsi.

#InfrastrukturKitaSemua

 

Ikuti tulisan menarik Hakimatul Mukaromah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler