x

Iklan

Eka Wahyu Hestya Budianto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Resistansi Perbankan Syariah terhadap Krisis Keuangan Global

Sejak terjadi krisis global yang menimpa negara adidaya, Amerika Serikat, banyak lembaga keuangan terkena imbasnya. Bagaimana dengan perbankan syariah?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia yang menganut sistem perekonomiannya terbuka, pastinya tidak akan lepas pada imbas dinamika pasar keuangan global. Berawal dari Amerika Serikat yang terjadi krisis keuangan disana akhir-akhir ini, tentu berimbas pada negara-negara lainnya termasuk Indonesia yang meluas secara global sejak semester kedua tahun 2008. Dalam data pertumbuhan ekonomi dunia menurut International Monetary Fund (IMF), terjadi perlambatan dari 3,9% pada 2008 menjadi 2,2% pada tahun 2009. Lambatnya pertumbuhan ekonomi ini tentunya akan mempengaruhi kinerja ekspor nasional, yang pada akhirnya berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Terdapat sebuah studi perbandingan yang meneliti pengaruh krisis global pada bank syariah dan bank konvensional, yang dilakukan oleh ekonom IMF Timur Tengah, Jemma Dridi, dan Maher Hasan, Ekonom IMF Departemen Pasar Modal. Mereka berdua melihat dampak krisis terhadap profitabilitas, kredit dan pertumbuhan aset bank di negara di mana kedua jenis bank tersebut memiliki pangsa pasar yang signifikan. Di sini ditemukan kerjaan baru yang menambah dimensi empiris untuk perdebatan tentang hubungan antara perbankan Islam dan stabilitas keuangan global. Dengan membandingkan kinerja bank syariah dan bank konvensional selama krisi keuangan baru-baru ini, dan menemukan bahwa bank-bank Islam rata-rata menunjukkan ketahanan yang lebih kuat selama krisis keuangan global. Namun, studi juga menemukan bahwa bank syariah juga menghadapi kerugian yang besar dari bank konvensional ketika krisis melanda ekonomi di bidang riil.

Kita tidak bisa mengabaikan sistem keuangan islam, karena keuangan Islam adalah salah satu segmen yang tumbuhnya paling cepat dari industri keuangan global lainnya. Diperkirakan industri perbankan syariah di tingkat global sebesar hampir mencapai USD 820 miliar pada akhir 2008. Bank-bank Islam terbesar berada di negara-negara Teluk (Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagian besar bank-bank Islam memainkan peran yang hampir sama dengan bank konvensional, hanya ada beberapa perbedaan mendasar antara keduanya. Perbedaan utamanya adalah bahwa bank Islam beroperasi sesuai dengan aturan syariah, dan memakai kode hukum Islam. Konsep utama dalam perbankan Islam adalah keadilan, terutama berbagi risiko. Para stakeholder dalam perbankan syariah sudah seharusnya berbagi keuntungan dan kerugian.

Terdapat juga perbedaan dalam hal intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan pada bank konvensional sebagian besar berbasis utang, sebaliknya dalam Islam, intermediasi keuangannya berbasis aset dan berpusat pada pembagian risiko. Menilai dampak krisis keuangan global ini adalah dengan melihat perubahan profitabilitas, pinjaman bank, aset bank, dan peringkat eksternal bank. Analisis menunjukkan bahwa bank syariah bernasib berbeda dari bank konvensional.

Bank syariah memberikan kontribusi untuk stabilitas keuangan dan ekonomi selama krisi, mengingat bahwa kredit dan aset pertumbuhan bank syariah dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Dan secara fakta, bank syariah meminjamkan bagian yang lebih besar dari portofolio mereka ke sektor-sektor konsumer kecil, yang menjadikannya kurang begitu terpengaruh oleh krisis. Temuan ini diperkuat lagi oleh lembaga survei pemeringkat risiko pada bank-bank, yang umumnya bank syariah lebih menguntungkan daripada bank konvensional.

Sementara krisis global memberikan bank syariah kesempatan untuk membuktikan ketangguhan mereka, hal itu juga membawanya ke beberapa tantangan penting. Ke depannya, industri perlu fokus pada prioritas, antara lain: membangun insfrastruktur yang berfungsi untuk manajemen likuiditas, memastikan bahwa ada pengawasan infrastruktur, menyelaraskan upaya reformasi dengan agenda reformasi regulasi keuangan global, dan peraturan harmonisasi produk untuk mendorong pertumbuhan yang efisien dan berkelanjutan dari industri perbankan syariah.

Jika kita lihat di Indonesia terdapat setidaknya dua faktor yang dinilai telah menyelamatkan bank syariah di Indonesia dari dampak langsung guncangan sistem keuangan global, menurut analisis Bank Indonesia, pertama, eksposure pembiayaan perbankan syariah yang masih lebih diarahkan kepada aktivitas perekonomian domestik, sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global dan kedua, belum memiliki tingkat sofistikasi transaksi yang tinggi.

Dengan positioning khas perbankan syariah sebagai beyond banking), yaitu perbankan yang menyediakan produk dan jasa keuangan yang lebih beragam serta didukung oleh skema keuangan yang lebih bervariasi, kita yakin bahwa di masa-masa mendatang akan semakin tinggi minat masyarakat Indonesia untuk menggunakan bank syariah. Dan pada gilirannya hal tersebut akan meningkatkan signifikansi peran bank syariah dalam mendukung stabilitas sistem keuangan nasional, bersama-sama secara sinergis dengan bank konvensional dalam kerangka Dual Banking System (sistem perbankan ganda) Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

Untuk mengatasi tantangan ini, bank-bank Islam dan para dewan pengawas harus bekerja sama untuk mengembangkan sumber daya manusia yang dibutuhkan, karena keahlian di bidang keuangan Islam belum sejalan dengan pertumbuhan industri.

Eka Wahyu HB, Lc. (Mahasiswa Pascasarjana UI)

Ikuti tulisan menarik Eka Wahyu Hestya Budianto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu