x

Iklan

cristie

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Masihkah Pantas PDI P Disebut Partai Wong Cilik?

Jika ditanyakan partai yang memakai tagline partainya wong cilik, tentu kita akan mengatakan itu milik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P). Denga

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Jika ditanyakan partai yang memakai tagline partainya wong cilik, tentu kita akan mengatakan itu milik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P). Dengan menyandang status partainya wong cilik, tentu ada beban besar yang diemban oleh PDI P, karena dengan menjual nama wong cilik artinya PDI P harus menjadi partai yang terdepan dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Dan tentu juga harus menjadi partai yang paling sensitif dalam merasakan keresahan hati masyarakat kecil.

Melihat dari apa yang disuarakan PDI P saat menjadi partai oposisi, mungkin banyak yang yakin akan tagline sebagai partai wong cilik tersebut. Misal saat PDI P lantang bersuara menentang rencana kenaikan BBM oleh Pemerintah saat itu (era SBY). Apapun alasannya, PDI P menolak dengan tegas rencana kenaikan BBM. Bahkan politisi PDI P bercucuran airmata menolak rencana itu karena mereka sangat merasa itu akan menyengsarakan rakyat. Aksi demonstrasi juga sering dilakukan dalam menyikapi rencana pemerintah tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begitu juga jika ada rencana atau kinerja pemerintah yang kurang atau tidak sukses. PDI P akan menyerang dari segala arah, tentunya nama rakyat dibawa sebagai pihak yang paling dirugikan. Ibarat kata, jika ada rakyat tersakiti PDI P ingin selalu dianggap membela. Pro rakyat kecil lah kata kerennya.

Suara lantang PDI P mendapatkan tempat istimewa dimedia, sehingga jargon partai wong cilik dengan cepat melekat pada partai besutan Megawati Soekarnoputri tersebut. Sikap kritis yang menjadi alat untuk mengambil simpati masyarakat tersebut terbukti membuahkan hasil. Pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014, PDI P menjadi partai pemenang dan harus diakui bahwa peran wong cilik dalam memenangkan PDI P sangatlah besar.

Setelah wong cilik berhasil mengantarkan PDI P menjadi partai penguasa. Apa yang diterima wong cilik saat ini?, apakah suara PDI P masih lantang dalam membela wong cilik seperti dulu?. Setelah 2,5 tahun menjadi partai penguasa, kita bisa nilai sendiri bagaimana konsistensi partai yang dulu getol membela wong cilik tersebut.

Saat Presiden menaikkan harga BBM, PDI P tidak lagi menjadi partai paling keras menentang. Jangankan berharap ada aksi demonstrasi dan tangisan politisi mereka, untuk mengkritik saja tidak mau. Padahal mereka paling paham dampak dari kenaikan BBM, sama seperti dulu saat mereka menentang kenaikan BBM. Harga kebutuhan pokok naik, karena biaya transportasi juga ikut naik.

Kenaikan BBM yang biasanya ribut dimedia dan nara sumber paling ramai adalah PDI P mendadak sunyi. Pembenaran akan kenaikan BBM terus dilakukan, bahkan saat harga minyak dunia turun. Aneh aja melihat PDI P tiba-tiba menjadi partai pendiam, partai yang seperti terkena penyakit lupa ingatan. Lupa kalau mereka menyebut kenaikan BBM menyengsarakan rakyat, lupa kalau pernah mengatakan pemerintah yang menaikkan BBM tidak pro rakyat. Lupa kalau mereka pernah mengkritik SBY begitu keras karena berencana menaikkan BBM. Lalu kenapa sekarang diam?, kalau memang ada kebaikan dalam kenaikan BBM, kenapa tidak dari dulu disetujui. Kenapa harus pakai air mata dan mengerahkan orang untuk demonstrasi.

Saat di Parlemen, seberapa besar perhatian PDI P pada kepentingan wong cilik?. Saat jutaan orang berkumpul menyuarakan tentang penegakan hukum, PDI P bukannya menyerap aspirasi tapi malah sibuk menggalang dukungan demi perubahan UU MD3 yang ujung-ujungnya memberikan mereka kursi jabatan di gedung parlemen. Saat petani ditembak dengan gas air mata oleh polisi, PDI P sibuk berkampanye untuk Ahok. Saat harga cabai meroket, PDI P malah memilih untuk tidak bersuara. Yang kesulitan membeli cabe itu wong cilik loh PDI P, kok diam tidak mengkritik seperti dulu.

Dan yang terakhir saat ada aksi cor kaki petani dari Kendeng. Kenapa PDI P tidak bersuara membela wong cilik tersebut, apakah karena Gubernur Jawa Tengah kader PDI P, atau karena Presiden merupakan sosok yang pernah disebut Megawati sebagai petugas partai?. Sudah ada yang meninggal saat melakukan aksi, kenapa tidak tersentuh hati para kader partai wong cilik.

Memang PDI P itu partainya pemerintah, tapi membela pemerintah saat salah itu adalah pengingkaran terhadap janji kepada masyarakat. Kecuali PDI P memang hanya menjual nama rakyat kecil demi meraih kekuasaan.

Atau memang layak kalau disebutkan PDI P itu tidak lagi partainya wong cilik?.

 

 

Ikuti tulisan menarik cristie lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu