x

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Wonder Woman, Hanya Cinta yang Bisa Menyelamatkan Dunia

Banyak faktor yang mempengaruhi Film Wonder Woman untuk mendapat review positif .cantiknya paras dan akting Gal Gadot salah satunya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Tumben ngga ke bioskop? Wonder Woman udah tayang tuh”

“Ndak ah, wonder  woman kan wanita, aku suka pria”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

-------

Begitulah kira-kira percakapan absurd saya beberapa hari silam.  Kawan saya ini memang paham betul kalau saya penikmat segala macam film berbau superhero, tapi ya itu tadi, dengan dalih iri dengki saya terhadap tampilan mbak Gal Gadot dan alasan yang lebih religius untuk lebih menghargai waktu di bulan ramadan (pasti banyak yang menyangsikan) , terus terang saya agak ogah-ogahan menyeret kaki ke sinema terdekat.

Hingga takdir saya pun berubah ketika suatu ajakan nonton gratisan mendadak menghampiri saya pada suatu malam. Meski dengan kurang antusias, tapi hati yang sumringah tak bisa berbohong, terbayang syahdunya ndak perlu pakai duit untuk mendapat sejenak hiburan dan cemilan menjelang sahur. Yach, bagaimanapun prinsip mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya adalah misi hidup manusia di dunia.

***

Terus terang saya ndak ngerti banyak tentang Wonder Woman dibanding pahlawan DC lainnya seperti Batman dan Superman. Tapi untunglah di film duel dua manusia berjubah sebelumnya, sosok mbak cantik nan perkasa ini muncul di beberapa bagian. Sekedar flashback, di film itu diceritakan kalau Diana Prince (ini nama asli wonder woman, bukan putri diana yang itu) adalah dealer barang antik untuk sebuah museum. Walhasil, setelah melalui segala kesalahpahaman dan pertempuran tak kunjung henti, Diana membantu Batman dan Superman melawan Doomsday. Dan atas persatuan dan kesatuan yang dijalin dengan erat melebihi jargon saluran televisi pemerintah, ketiganya pun memenangkan pertarungan tersebut.

***

Sekarang, marilah kita kembali ke film Wonder Woman. Konon di waktu yang lampau, Zeus -raja dari segala dewa- menciptakan manusia dengan tujuan mulia agar mereka bisa hidup damai dan berdampingan dengan sesamanya. Namun hal ini mendapat tentangan keras dari Ares sang Dewa Perang yang tak lain anaknya sendiri. Kalau mau disederhanakan, mungkin Ares disini mirip sama provokator medsos zaman kekinian. Ia senantiasa berupaya dengan beragam cara agar bisa membuat manusia berperang satu sama lain. Kalau boleh pinjam judul lagunya Broery, pokoknya Jangan Ada Damai diantara Kita.

Dalam rangka menandingi keserakahan dan ambisi Ares yang sangat njelehi itu, maka diciptakanlah bangsa Amazon untuk menaklukkan Ares sehingga tercipta kedamaian di bumi manusia. Demikianlah kira-kira semua bermula, dan demikian pula keyakinan yang tertanam di benak sanubari Diana sejak kecil.

Diana dibesarkan dengan penuh kedamaian di Themyscira yang luar biasa indahnya dan limpahan kasih sayang seluruh penduduk Amazon. Meski melalui banyak rintangan terutama dari Ratu Amazon, ibundanya sendiri,  Diana tumbuh menjadi petarung  tangguh yang percaya bahwa kedamaian adalah hal yang selayaknya harus dipertahankan.

***

Namun apa boleh dikata, kehidupan Themyscira yang begitu mempesona dan jauh dari intrik terpaksa  ambyar ketika ada pesawat kesasar jatuh di lautan. Diana yang menyaksikan hal tersebut langsung bergegas memberi pertolongan pada pilot pesawat sebelum dia tenggelam. Belum juga Diana berhenti terpana dengan sosok lelaki yang dia tolong (ingat, bangsa amazon semuanya cewek ya) dan mencoba memahami situasi yang sedang terjadi, tiba-tiba datanglah sepasukan manusia siap tempur. Dengan persenjataan yang tak seimbang, banyak petarung Amazon yang harus gugur termasuk Antiope, Bibi sekaligus mentor yang mengajarkan Diana bertarung.

Kenyataan pahit ini membuat Diana (Gal Gadot) menyadari bahwa Ares telah kembali. Dengan bantuan Steve Carter (Chris Pine) spionase Amerika yang telah ditolong sebelumnya, Diana pun bertekad menghancurkan Ares agar perang bisa berakhir.

Diana yang dibawa Steve menuju dunia sebenarnya di era Perang Dunis I sangat bingung dengan keadaan yang dia hadapi. Di tengah Gegar budaya yang menjadikan beberapa adegan menjadi sedikit lucu dan lebih manusiawi, Diana mencoba mengerti apa yang sedang terjadi. Dengan bantuan Steve and the ganks, mereka mencoba menghentikan aksi Jenderal Jerman Erich Ludendorff (Danny Huston) beserta kameradnya Dr. Poison (Elena Anaya) yang berambisi memenangkan perang di saat gencatan senjata telah dikumandangkan.

Bagaimana akhirnya? Apa yang terjadi dengan Diana dan Kawan-kawan, akankah peperangan sanggup dihentikan? Hmm..untuk hal itu sih saya menyarankan anda segera ke bioskop kesayangan saja mumpung  filmnya masih nongkrong dengan cantiknya.

***

Jika melihat ulasan di berbagai media, sepertinya wajar jika Wonder Woman mendapatkan banyak respon positif. Di bawah penyutradaraan Patty Jenkins, film berdurasi 141 menit ini membuat mata terpukau dengan suguhan visualisasi yang menawan. Tak seperti gaya film superhero DC sebelumnya yang muram dan gelap, Wonder Woman digarap dengan sentuhan yang agak berwarna dan bercanda. Ah mungkin karena tokoh utama dan sutradaranya wanita hahaha.

Slow motion yang bertebaran sepanjang film digarap dengan mulus tidak berlebihan. Kostum yang keren juga akting Gal Gadot yang pas dengan segala keparipurnaannya -mulai wajah cantik, body aduhai dan suara sedikit seraknya yang beraksen khas- mampu membuat para penonton betah duduk sampai film rampung. Secara subyektif, meski wonder woman kostumnya kurang bahan, tapi hal itu tidak menjadikan dia tampak vulgar. Jempol deh buat mba Gadot yang tampil kece dari awal hingga akhir. Sekedar mengingatkan Film ini ratingnya PG-13, jadi buat para remaja berusia 13 tahun keatas masih oke lah untuk menikmatinya.

***

Akhirnya, biar agak sedikit bergaya maka review abal-abal ini akan saya tambahkan sedikit. Anggap saja pesan moral film gitu, uhuk. Kalau boleh saya bilang, Wonder Woman ini mengajarkan kita tentang indahnya kebhinekaan, lihat saja pas Steve mengajak Sameer, Charlie dan The Chief untuk bergabung dan berjuang bersama. Mereka yang memiliki latar belakang beragam bisa bersatu bahu membahu demi mencapai satu tujuan. Satu lagi yang menarik, bahwa kita jangan mudah percaya dengan penampilan luar. Sekinclong-kinclongnya citra seseorang dipoles untuk memukau orang lain, belum tentu hatinya juga kinclong. Oh ya, bicara tentang Ares, meski sosoknya sudah berhasil dihancurkan, tetapi sifat Ares akan senantiasa bertahan dalam bentuk yang lain. Hasut, dengki, iri dan adu domba akan selalu menjadi tantangan yang dihadapi manusia untuk bisa dikalahkan.

Ahh..sepertinya Diana Prince benar, meski terdengar naif dan terlalu lugu untuk dunia yang kejam seperti sekarang, tapi memang hanya cinta yang akan menyelamatkan kita.

***

Sedikit tambahan, bagi mas-mas yang mau nonton film ini sebaiknya pas habis buka puasa saja ya, terus mending going solo atau bareng teman-teman daripada bareng pasangan. Daripada nanti ndak bisa mengagumi keindahan ciptaan Tuhan dengan leluasa lho hahahaha...

It's about what you believe. And I believe in love.

Only love will truly save the world.

 Sumber gambar: imdb.com

 

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu