x

Iklan

Safinatun Naja Akaleva

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Merajut Soliditas ASEAN Melalui Pendidikan

Duta besar Thailand untuk Indonesia, Mr Pitchayaphant Charnbhumidol mengapresiasi penyerahan beasiswa tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belum lama ini, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) genap berusia setengah abad. ASEAN mengusung cita-cita untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan anggota; memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regional; serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai.

ASEAN mulai berhasil menggapai mimpi-mimpi itu. ASEAN mampu mengakselerasi perbaikan standar hidup warganya. Dihuni oleh sekitar 620 juta penduduk, lebih dari separuhnya saat ini menikmati status sebagai kelas menengah dengan daya beli kuat. Integrasi ekonomi ASEAN (MEA) semakin membuka kesempatan yang besar dalam mendongkrak kualitas hidup warga ASEAN.

Bila dibandingkan dengan organisasi regional serupa, ASEAN tegolong solid dan stabil. Berbagai isu-isu bersama baik terkait keamanan, politik kawasan, ekonomi hingga sosial budaya bisa dibahas dan diselesaikan dengan baik. Ini tentu sebuah prestasi jika kita bandingkan dengan Uni Eropa misalnya yang kerap terganggu oleh tarik menarik kepentingan dan bahkan berujung keluarnya Inggris Raya dari organisasi itu (Brexit). Keputusan politik yang melemahkan Uni Eropa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita berharap hal demikian tidak terjadi di ASEAN. ASEAN tetap kompak. Soliditas ASEAN merupakan modal kuat untuk semakin mengokohkan berbagai jalinan antara bangsa yang bahkan bisa meleburkan identitas menjadi identitas regional yang tunggal. Apalagi secara kultural, ASEAN cenderung homogen dan bisa saling berasimilasi karena masyarakatnya terbuka.

Membangun dan menguatkan dunia pendidikan merupakan salah satu kunci untuk tetap menjaga soliditas di tingkat ASEAN. Melalui dunia pendidikan, masa depan ASEAN bisa lebih baik. Terlebih, ASEAN menikmati komposisi penduduk yang menugntungkan secara usia. Yaitu masyoritas merupakan penduduk produktif. Dengan sokongan pendidikan, maka generasi ASEAN ini akan lebih berdaya.

 

Belum lama ini, salah satu perusahaan yang berbasis di ASEAN, Siam Cement Group (SCG) menunjukkan komitmennya dalam membangun dunia pendidikan. Konglomerasi yangbergerak di bidang kontruksi tersebut, membagikan 400 beasiswa kepada pelajar Indonesia. Terutama di daerah-daerah basis operasi SCG.

Duta besar Thailand untuk Indonesia, Mr Pitchayaphant Charnbhumidol mengapresiasi penyerahan beasiswa tersebut. Dia mengungkapkan rasa bangga melihat masyarakat ASEAN yang saling menghormati satu sama lain, terutama terhadap orang yang lebih tua. Budaya santun dan tatakrama serta solidaritas antara sesame memang masih kuat terasa di bangsa-bangsa ASEAN. Modalitas budaya semacam ini harus dipupuk melalui dunia pendidikan dan semakin menguatkan ikatan kebersamaan sebagai warga ASEAN.

Pemberian beasiswa yang rutin dilakukan setiap tahun ini merupakan bentuk komitmen SCG dalam membangun manusia Indonesia. Selaras dengan komitmen sebagai perusahaan di bidang konstruksi yang membangun membangun secara fisik. "Kami ingin menyoroti pentingnya setiap siswa untuk memiliki nilai moral dan sikap yang baik. Karena itu, para siswa penerima beasiswa SCG tidak hanya memiliki catatan akademis, tetapi juga menjunjung tinggi rasa terima kasih kepada keluarga dan hormat kepada guru sebagai sosok yang membantu mereka dalam meraih impian," kata Country Director SCG Indonesia, Nantapong Chantrakul, saat menyerahkan beasiswa SCG Sharing the Dream ini di Balai Kartini Jakarta, (10/8/2017).

Program yang dilakukan SCG ini menarik diadopsi oleh korporasi lain yang beroperasi di lingkup ASEAN. Termasuk perusahaan-perusahaan Indonesia yang telah berekspansi ke negara-negara di kawasan. Bisa saja memberikan beasiswa untuk pelajar di negara tempat bisnis beroperasi sembari mengenalkan budaya Indonesia. Tapi kecurigaan-kecurigaan harus dihapus. Tapi jangan sampai ada yang berpandangan dangkal menganggap pertukaran dan interaksi antar budaya sebagai kolonialisasi.  

Ikuti tulisan menarik Safinatun Naja Akaleva lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu