Saya adalah seorang perempuan berusia 45 tahun, yang tumbuh dari keluarga sangat sederhana. Saya anak ke 2 dari 5 bersaudara dan kami tinggal dengan ibu karena saat itu ayahku telah mempunyai istri lain. Saya besar dikampung bernama Wonogiri, dengan keadaan keluarga yang sangat sederhana.
Walaupun keluarga Saya sangat sederhana dan serba kekurangan,saya beserta saudara-saudara saya berpendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) menamatkan sekolah karena perjuangan Ibu. Kami tidak merasa minder walaupun kami sering kekurangan uang saku dan uang sekolah yang sering telat. saya tetap semangat untuk menyelesaikan sekolah demi ibu dan juga mimpi kami bersama.
Ibu bagi kami adalah segalanya, Ibu adalah hidup kami. Saya melihat bagaimana Ibu bangun tengah malam untuk membuat dagangan yang akan dijual diterminal Wonogiri, Ibu saya adalah penjual nasi. Ibu berjuang sendiri membesarkan,membiayai dan mencari nafkah untuk kami anak-anaknya. Agar anak-anaknya bisa hidup layak seperti orang lain.
Seiring berjalannya waktu. saya merasa bersalah dan berdosa karena sampai saat ini saya belum bisa membalas semua pengorbanan ibu. Apalagi membahagiakannya, dengan pernikahanku yang gagal,karena perbedaan status ekonomi akhirnya saya memilih berpisah,dari pernikahan selama 18 tahun dari tahun 1992-2010 saya mendapatkan 3 orang anak. Dengan gagalnya rumah tangga ini, saya merasa gagal mewujudkan impian Ibu. Maafkan anakmu ibu yang belum bisa membahagiakan dan membalas pengorbanan Mu
Ikuti tulisan menarik Tiwie lainnya di sini.
