x

Iklan

Tatang Hidayat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Aktualisasi Peran Syarikat Islam Dalam Membangun Ekonomi Umat

Sebersih-bersih tauhid, setinggi-tinggi ilmu pengetahuan, sepandai-pandai siyasah. Indonesia berzakat Syarikat Islam.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aktualisasi Peran Syarikat Islam Dalam Membangun Ekonomi Umat

Oleh : Tatang Hidayat *)

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar baik jika dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki maupun Sumber Daya Manusia (SDM) dengan jumlah terbanyak keempat di dunia. Indonesia merupakan negeri yang memiliki kekayaan alam sangat melimpah, negeri ini memiliki tambang emas terbaik di dunia, tambang batu bara terbesar di dunia, cadangan gas alam yang melimpah, hutan hujan tropis terbesar di dunia, kekayaan bawah laut yang melimpah luas, kesuburan tanah terbesar di dunia, dan memiliki beberapa kekayaan fauna atau binatang (ilmugeografi.com, 20/6/2016). Tetapi dengan banyaknya kekayaan alam yang dimiliki negeri ini, tidak serta membuat masyarakatnya hidup sejahtera.

            Bagaimana tidak, hari-hari yang dilalui, bertambah pula tetesan air mata di bumi pertiwi. Negeri ini semakin terjajah, berbagai  permasalahan lengkap sudah mewarnai bumi pertiwi. Kehidupan di negeri ini sedang mengalami krisis multidimensional, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan dan hukum. Sehingga mengakibatkan kemiskinan, bertambahnya pengangguran, tindak kriminal, kezaliman, kebodohan, kemorosotan moral, instabilitas moneter, penguasaan sumber daya alam negeri ini oleh kekuatan asing dan aseng melalui kaki tangannya para komprador, maraknya korupsi di seluruh sendi, kerusakan lingkungan dan meningkatnya penyakit sosial hingga prustasi sosial yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan negeri ini.

Melihat kondisi negeri kita saat ini, saya jadi teringat akan sebuah lirik lagu karya grup band Marjinal yang beraliran punk rock yang sering dilantunkan oleh seorang kawan ketika masa putih abu dahulu kurang lebih seperti ini “Lihatlah negeri kita, yang subur dan kaya raya, sawah ladang terhampar luas samudra biru. Tapi rataplah negeri kita, yang tinggal hanya cerita, cerita dan cerita (cerita terus). Pengangguran merabah luas, kemiskinan merajalela, pedagang kaki lima tergusur teraniaya, bocah-bocah kecil merintih melangsungkan mimpi dijalanan, buruh kerap dihadapi penderitaan. Inilah negeri kita, alamnya gelap tiada berbintang dari derita dan derita menderita, derita terus. Sampai kapankah derita ini, yang kaya darah dan air mata yang senantiasa mewarnai bumi pertiwi”. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika kita berpikir dan merenung apa yang ada didalam lirik lagu tersebut memang ada benarnya juga, lirik lagu tersebut menggambarkan kondisi bumi pertiwi saat ini. Menafikan kerusakan yang terjadi di negeri ini merupakan suatu bukti tidak peduli terhadap negeri. Mulai dari tingginya angka kemiskinan, kerusuhan, kriminal, pembunuhan, kenakalan remaja, perzinahan, prostitusi, bahkan ternyata Indonesia masih di jajah, salah satunya dari segi ekonomi, Indonesia sudah dijajah oleh Kapitalisme Global. Dijelaskan oleh anggota MPR, Ahmad Basarah, di depan peserta Training of Trainers 4 Pilar di lingkungan TNI dan Polri di Bandung, mengatakan bahwa bangsa ini secara ekonomi sudah dijajah oleh kapitalisme global. ia mengatakan bahwa tak hanya dalam soal kepemimpinan yang sudah terkontaminasi unsur kapitalisme namun saat ini juga ada sekitar 173 undang-undang yang berpihak pada asing dan tak sesuai dengan Pancasila (reportaseindonesia.com, 29/08/2015).

Berbagai kebijakan yang ada di negeri ini semakin menyengsarakan kehidupan rakyatnya, sehingga mengakibatkan angka kemiskinan di negeri ini terus bertamhah. Badan Pusat Statistik merilis data angka kemiskinan terbaru. Angka kemiskinan bertambah, per Maret 2017 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,7 juta bertambah 6.900 orang dibandingkan dengan September 2016 yang sebesar 27,76 juta (cnnindonesia.com, 17/07/2017). Bahkan menurut Rokhmin Dahuri selaku Guru Besar Institut Pertanian Bogor menjelaskan bahwa yang paling mencemaskan adalah angka ketimpangan sosial antara yang kaya dan yang miskin semakin melebar. Hal ini dapat dilihat dari rasio GINI yang pada 2004 sebesar 0,31 meningkat menjadi 0,41 pada 2014 dan 2015, lalu sedikit turun menjadi 0,397 tahun 2016. itu pun karena perhitungannya berdasarkan pada pengeluaran individu. Bila perhitungannya atas dasar pendapatan, maka rasio GINI tahun lalu sekitar 0,46 (sindonews.com, 14/03/2017).

Selaras dengan pendapat diatas, menurut laporan Credit Suisse’s Global Wealth Report 2016, 1% orang terkaya di Indonesia menguasai 49,3% kue ekonomi nasional. Dalam hal kesenjangan kaya vs miskin, Indonesia merupakan negara terburuk keempat di dunia (sindonews, 14/03/2017). Berbagai macam krisis yang melanda negeri ini patut kita renungi bersama, terutama dari sektor ekonomi. Karena, dari sektor ekonomi tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan politik suatu negeri. Krisis yang melanda negeri kita sebagai negeri zamrud khatulistiwa yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah tetapi keadaan masyarakatnya berada dalam kemiskinan, tentunya menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak kita semua, mengapa semua ini bisa terjadi ?

Beberapa penyebab krisis yang melanda berbagai sektor yang ada di negeri ini, maka perlu adanya solusi dari berbagai sektor untuk kembali meningkatkan stabilitas nasional khususnya dalam sektor ekonomi. Dalam hal ini, Syarikat Islam sebagai organisasi yang telah berkontribusi di negeri ini selama ratusan tahun perlu hadir untuk memberikan gagasan-gagasan dalam bidang ekonomi. Karena, dalam sejarahnya pun, Syarikat Islam dahulu bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada 16 Oktober 1905 yang pada awalnya dibentuk sebagai perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang masuknya pedagang asing yang ingin menguasai ekonomi rakyat (syarikatislam.or.id).

Berdasarkan sejarah berdirinya Syarikat Islam, maka situasi masa lalu saat masuknya pedagang asing yang ingin menguasai ekonomi rakyat ternyata sama yang dialami generasi kita saat ini. Bahkan apa yang dihadapi generasi kita saat ini lebih berat, begitu kuatnya cengkraman kekuatan asing (kapitalisme barat) dan aseng  (kapitalisme timur) yang menguasai negeri ini, menyebabkan negeri ini tidak bisa lepas dari cengkraman ekonomi kapitalisme global. Salah satunya hutang luar negeri Indonesia semakin membengkak. Bank Indonesia (BI) melansir data terbaru mengenai posisi utang luar negeri Indonesia. Per April 2017, utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar USD 328,17 miliar atau setara dengan Rp 4.365 triliun (kurs hari ini). Angka hutang ini naik dibanding bulan sebelumnya atau Maret 2017 yang tercatat hanya USD 326,45 miliar (merdeka.com, 27/06/2017).

Hutang negera ini terus membengkak dan hutang tersebut akan diwariskan kepada generasi kita di masa depan, padahal dalam pandangan Islam jelas-jelas bahwa yang namanya riba diharamkan. Tetapi, mengapa negara ini terus menambah hutang, padahal jika mau, pengelola negeri ini bisa mengoptimalisasi potensi SDA dan SDM yang dimiliki. Namun, semua itu belum terealisasi dengan baik. Maka dalam hal ini, perlu adanya kekuatan bersama untuk membangun ekonomi. Salah satunya optimalisasi membangun potensi ekonomi umat. Oleh karena itu, disinilah peran Syarikat Islam harus hadir ke depan dengan ciri  khasnya untuk kembali kepada khittah 1912 yang berbasis ekonomi berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya.

Aktualisasi peran Syarikat Islam dalam membangun ekonomi umat pertama-tama harus dimulai dengan merubah cara berpikir masyarakat yang telah terkontaminasi oleh paradigma ekonomi kapitalisme. Karena, kebangkitan yang hakiki merupakan kebangkitan yang dimulai dari bangkitnya pemikiran, kebangkitan tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kepada para sahabatnya. Orang-orang Qurasy Makkah yang awalnya merupakan bangsa jahiliah, tetapi setelah mendapatkan dakwah Rasulullah Saw bisa menjadi bangsa yang menguasai dunia. Orang-orang Quraisy telah mendapatkan kebangkitan yang hakiki, yakni kebangkitan yang diawali dengan bangkitnya pemikiran, sehingga orang-orang Quraisy memiliki ketinggian taraf berfikir. Maka, dalam hal ini Syarikat Islam perlu melakukan pembinaan yang intensif terhadap para kadernya supaya memiliki kesamaan gerak sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Syarikat Islam. Di sisi lain, sangat penting bagi seluruh kader Syarikat Islam untuk menjiwai trilogi Syarikat Islam yang khas yakni sebersih-bersih tauhid, setinggi-tinggi ilmu pengetahuan dan sepandai-pandai siyasah.

Setelah melakukan pembinaan yang intensif, maka Syarikat Islam bisa mengoptimalisasi kader yang dimiliki di seluruh Indonesia untuk terjun ke tengah-tengah umat dalam rangka mengedukasi mereka untuk kembali membangun ekonomi umat. Pentingnya mengedukasi umat bahwa potensi ekonomi yang dimiliki umat sangat besar, salah satunya dalam bidang zakat, infak, shodaqoh dan wakaf. Dalam perkara ini, perlu adanya sosialisasi dari para kader Syarikat Islam untuk terjun di tengah-tengah umat dan bergerak bersama-sama umat dalam rangka optimalisasi potensi ekonomi umat. Di sisi lain, perlu adanya edukasi di tengah-tengah umat untuk menerapkan konsep jujur, adil dan bertanggung jawab dalam berekonomi sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Kemudian penting untuk ditekankan kepada umat untuk menjauhi riba karena riba merupakan dosa besar yang sangat menghancurkan, namun saat ini masih banyak dari sebagian umat yang terjerat dalam riba.

Di sisi lain, masjid bisa dioptimalkan fungsinya bukan hanya sebagai tempat ibadah shalat saja, namun masjid bisa dioptimalkan sebagai pusat peradaban Islam dibangun salah satunya berkaitan dengan ekonomi. Masjid bisa dikelola untuk berbagai kepentingan umat, baik dibidang ekonomi, pendidikan, sosial dan lain-lain. Dalam hal ini, para kader Syarikat Islam perlu untuk mendampingi umat dan membaur di tengah-tengah umat untuk optimalisasi peran masjid sebagai tonggak peradaban Islam yang dalam hal ini ekonomi umat dibangun. Jika umat telah memahami bahwa harta merupakan amanah dari Allah Swt, dan umat mulai berbondong-bondong untuk membayar zakat fitrah dan zakat harta, ditambah umat berbondong-bondong untuk menginfakkan sebagian hartanya dan mewakafkan tanah yang dimilikinya untuk kepentingan umat, maka potensi pendapatan umat akan sangat besar. Oleh karena itu, dalam hal ini masjid yang akan dijadikan pusat pengelolaan ekonomi umat dan disinilah para kader Syarikat Islam bersama-sama dengan umat yang mengelola dana tersebut perlu mengoptimalkan kepercayaan umat terhadap pengelolaan keuangan umat.

Zakat merupakan potensi ekonomi umat bahkan dari zakat saja cukup untuk mengentaskan kemiskinan yang ada di Indonesia. Berdasarkan catatan Lazismu, survei Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC, 2007) mencatat potensi zakat di Indonesia pada 2007 ditaksir mencapai Rp 9,09 triliun. Angka tersebut mengalami kenaikan hampir dua kali lipat dibandingkan potensi zakat pada 2004 yang jumlahnya mencapai Rp 4,45 triliun.  Dalam survei tersebut ditemukan jumlah rata-rata zakat yang ditunaikan para muzaki meningkat. Pada 2004 rata-rata zakat para muzaki Rp 416 ribu per orang setiap tahunnya. Kemudian, pada 2007 rata-rata zakat para muzaki menjadi Rp 684.550 per orang setiap tahunnya. Data tersebut didapat dari hasil survei di sepuluh kota besar yang ada di Indonesia. Sementara, penelitian Baznas melaporkan pada 2011 potensi zakat nasional diperkirakan menembus angka Rp 217 triliun per tahun. Padahal pada 2010, Baznas memperkirakan potensi zakat nasional mencapai Rp 100 triliun. Tapi, di tahun 2015 potensi zakat diperkirakan mencapai Rp 286 triliun. Jumlah tersebut dihasilkan dengan menggunakan metode ekstrapolasi yang mempertimbangkan pertumbuhan PDB pada tahun-tahun sebelumnya (republika.co.id, 13/01/2017).

Potensi baik zakat, infak, shadaqah dan wakaf perlu adanya pengelolaan yang serius sehingga distribusinya bisa merata, supaya dana umat ini bisa menunjang kebangkitan ekonomi umat. Dalam bidang zakat saja, jika optimalisasi pengelolaan zakat ini cukup baik, maka potensi dana zakat tersebut sudah mampu mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Menurut Ahmad Juwaini (2016) selaku Presiden Direktur Dhompet Dhuafa membagi kedudukan dan peran zakat menjadi 3 diantaranya : Pertama, memenuhi kebutuhan sekunder yang penting seperti melakukan pembelaan hukum, pelestarian lingkungan, dakwah dan advokasi mengurangi kemiskinan. Kedua, mendukung kemandirian dan pengembangan ekonomi seperti pengembangan kewirausahaan, bantuan modal usaha, asistensi usaha dan penguatan usaha. Ketiga, memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.

Di bidang infak dan shodaqoh, pengelolaannya bisa digunakan dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, hukum dan tentunya untuk kesejahteraan umat. Di sisi lain, wakafpun bisa dioptimalisasikan untuk kepentingan-kepentingan umat, sehingga dengan wakaf tersebut bisa terwujud sarana dan pra sarana yang diperuntukan untuk kepentingan umat, baik berbentuk masjid, sekolah, universitas, rumah sakit, tempat kepentingan umum dan berbagai macam sarana dan pra sarana lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh umat, yang mana jika pengelolaannya berjalan dengan baik, bukan hal yang mustahil baru dari zakat, infak, shadaqah dan wakaf saja bisa untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Namun, untuk optimalisasi potensi ekonomi umat dalam bidang zakat, infak, shadaqah dan wakaf bukanlah hal yang mudah. Tetapi, di sini perlu peran seluruh potensi nasional khususnya umat untuk melakukan edukasi bersama kepada masyarakat mulai dari peran Ulama, intelektual, pengusaha, pemuda, mahasiswa, pelajar dan santri untuk bersatu bahu membahu dalam rangka mengedukasi masyarakat untuk optimalisasi potensi ekonomi yang dimiliki umat. Di sisi lain, para kader Syarikat Islam harus hadir di tengah-tengah umat dan berjuang bersama-sama umat untuk mengoptimalisasi ekonomi yang dimiliki umat mulai dari tingkat kelurahan/desa dan dilakukan pengelolaan ekonomi umat berdasarkan Syariah Islam, karena hanya dengan Syariah Islam pula kita bisa meraih kebangkitan ekonomi yang hakiki. Disinilah relevansi aktualisasi peran Syarikat Islam dalam membangun ekonomi umat. Wallohu A’lam bi ash-Shawab.

*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia / Ketua Badan Eksekutif Koordinator Daerah Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BE Korda BKLDK) Kota Bandung

#SyarikatIslam #blogcompetition #sebersihbersihtauhid #setinggitinggiilmupengetahuan #sepandaipandaisiyasah #khittah1912 #ekonomiumat #indonesiaberzakat

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Tatang Hidayat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler