x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kesenjangan Ilmuwan dan Masyarakatnya

Tatkala literasi sains semestinya bukan lagi kemewahan, kesenjangan pemahaman mengenai isu-isu sains di antara publik awam dan ilmuwan sangatlah lebar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sebagai bagian dari publik awam, bagaimana saya harus menyikapi beragam isu yang berlalu-lalang lewat koran, teve, maupun internet: mulai dari pemanasan global, reklamasi, perubahan peringkat jenis penyakit yang diderita masyarakat, pro-kontra tanaman transgenik, hingga obat tercemar yang mengakibatkan wabah meningitis di AS? Saya membaca laporan yang ditulis para jurnalis sains sembari mencari-cari di mana tulisan dan suara para ilmuwan (dalam pengertian natural scientist) di media-media ini perihal berbagai isu tersebut.

Tatkala literasi sains semestinya bukan lagi kemewahan bagi masyarakat untuk hidup di era sekarang, tetap harus diakui bahwa kesenjangan pemahaman mengenai isu-isu sains di antara publik awam dan para ilmuwan sangatlah lebar. Sebagai orang yang hidup di tengah masyarakat yang perkembangannya amat dipengaruhi oleh sains-teknologi, terdapat kebutuhan minimum bagi awam untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Sayangnya, tingkat literasi kita begitu mencemaskan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Laporan PISA (Programme for International Students Assessment) yang dikeluarkan oleh OECD menyebutkan, tingkat literasi siswa menengah kita sejak tahun 2000 selalu berada di bawah rerata internasional. Dalam laporan tahun 2009, Indonesia berada di urutan ke-57 dari 65 negara dalam literasi baca; 61/65 dalam literasi matematika; dan 57/65 dalam literasi sains. Posisi kita jauh di bawah Korea Selatan yang menempati posisi dua teratas peringkat tersebut. Tingkat literasi untuk orang dewasa belum diukur, tapi boleh jadi situasinya tidak berbeda.

Kondisi itulah yang membuat saya, sebagai bagian dari publik awam perlu mendengar suara para ilmuwan untuk memperoleh penjelasan mengenai segala keriuhan itu. Secara sederhana, publik dimaknai sebagai setiap orang dalam masyarakat dan awam ialah non-ilmuwan. Jelas, publik ini bersifat heterogen dalam kebutuhan, minat, sikap, maupun tingkat pengetahuan tentang sains.

Kompleksitas perkembangan sains-teknologi yang kian meningkat merupakan alasan lain mengapa ada kebutuhan komunikasi ilmuwan dan masyarakat. Banyak irisan terjadi antarbidang ilmu, seperti biokimia, rekayasa genetika, matematika dan penyebaran penyakit. Di sisi lain, terjadi pendalaman yang luar biasa pada spesialisasi. Diperlukan bantuan ilmuwan untuk memahami apa yang sedang berlangsung dan bagaimana konteks dan pengaruhnya terhadap masyarakat dan individu yang hidup di tengah-tengah perubahan yang kian kompleks itu.

Memang, sesekali geolog dan vulkanolog muncul di muka publik tatkala gempa mengguncang atau gunung meletus. Namun, kemunculan insidental serupa itu tidaklah cukup untuk membantu mengangkat tingkat literasi sains masyarakat yang diperlukan bukan hanya karena kita hidup di tengah alam yang menjadi subyek sains, tapi juga karena alasan bahwa masyarakat perlu terlibat dalam pengambilan kebijakan publik.

Proses produksi pengetahuan kini menyebar ke wilayah yang lebih luas daripada kampus universitas, lembaga riset, serta industri. Muncul pola hibrida, yang memadukan elemen publik dan privat, sehingga menimbulkan persoalan lain karena persilangan kepentingan yang mungkin berbeda. Meningkatnya keterlibatan sektor swasta dalam banyak area riset dan pengaruhnya terhadap pembuatan kebijakan publik mengubah konteks produksi pengetahuan.

Terdapat kebutuhan untuk mengkaji tantangan terhadap etika dan kebebasan akademis yang mungkin muncul dari moda produksi pengetahuan ilmiah ini. Berbagai studi mengenai sains, teknologi dan masyarakat memperlihatkan bahwa produksi pengetahuan tidak steril dari pertimbangan ekonomi-bisnis, politik, maupun lainnya. Di tengah lalu lalang informasi sains yang mungkin membingungkan, publik perlu mendengar suara ilmuwan yang integritasnya terjaga.

Laju dan skala produksi pengetahuan juga terus meningkat. Tentu saja, ini menghasilkan risiko-risiko baru dan menciptakan ketidakpastian. Sains dan teknologi menghasilkan bukan hanya banyak manfaat tapi juga kebaruan dan konsekuensi yang tidak terduga, secara fisik, sosial, maupun etis. Masyarakat yang dipandu oleh para ilmuwan berpeluang untuk lebih siap dalam menghadapi risiko ini dan memilih jalan keluar yang tepat saat menghadapi sebuah isu. Di sisi lain, melalui komunikasi dan dialog, para ilmuwan dapat mendengarkan secara langsung apa yang dipahami dan dirasakan oleh masyarakat dan bagaimana sikap masyarakat terhadap berbagai isu sains dan teknologi.

Bukanlah hal yang tepat jika ilmuwan membiarkan ketidaktahuan masyarakat umum mengenai suatu isu sains-teknologi demi kepentingan tertentu, baik itu kepentingan politik, ekonomi, maupun ‘sains demi sains’ sekalipun, atau ilmuwan merasa bahwa hal itu berada di luar bidangnya. American Academy of Arts and Sciences pernah mengingatkan perihal pentingnya ilmuwan memahami kewajiban mereka terhadap konteks sosial dan budaya yang lebih luas daripada ruang kerja mereka.

Sebagai orang yang hidup di tengah masyarakat, ilmuwan bukanlah makhluk asing yang merasa tidak perlu terlibat persoalan-persoalan di luar laboratoriumnya. Satu dan lain hal karena apa yang ia kerjakan di ruang-ruang sunyi itu menebarkan dampak dan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat luas melalui berbagai jalan. Manifesto Einstein-Russell, yang dikeluarkan pada tahun 1955, menyampaikan pesan yang relevansinya lebih luas dari isu senjata nuklir dan tetap kontekstual dengan masa kini. Manifesto ini mengingatkan para ilmuwan terkait satu persoalan kunci yang mengiringi peningkatan kompleksitas perkembangan sains-teknologi, yakni persoalan ‘tanggung jawab ilmuwan terhadap masyarakatnya’. ***

 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu