x

Iklan

abadi mansur

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Generasi Milenial dan Penyadaran Kesehatan Mental

artikel ini menganalisis peran generasi milineal dalam peningkatan kesadaran mental yang semakin hari semakin mampun memberikan kontribuisi .

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Berbicara dan membahas tentang  kesehatan alangkah baiknya jangan hanya berfokus pada kesehatan fisik namun juga mental yang seringkali diabaikan padahal sudah sejak lama baik departement kesehatan republik indonesia dalam lingkup nasional maupun perserikatan bangsa-bangsa dalam lingkup internasional, mengingatkan jika kesehatan yang tepat bagi umat manusia adalah keseimbangan antara kesehatan fisik dan kesehatan mental namun di banyak negara berkembang seperti indonesia contohnya, kesadaran untuk memiliki kesehatan mental yang sehat masihlah rendah hal ini diakibatkan oleh banyak faktor bukan hanya oleh fasilitas yang kurang tetapi juga kurangnya gerakan penyadaran terkait kesehatan mental sendiri .

Faktor lainnya juga sudah kuatnya cara berpikir yang salah ditingkat akar rumput dalam merespon kesehatan mental itu sendiri, akibatnya berdasakan penelitian dari  organisasi kesehatan mental dunia indonesia masuk kedalam negara berkembang yang memiliki tingkat orang pengidap gangguan jiwa yang tinggi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan berdasarkan organisasi internasional pengamatan hak asasi manusia atau Human Right watch dalam rilisnya  tertanggal 20 maret 2016 mengungkapkan jika Orang-orang dengan masalah gangguan jiwa  di Indonesia sering dibelenggu dan mendapatkan pelecehan yang tidak berprikemanusian, dalam Laporan setebal 74 halaman, "Tinggal di Neraka: Pelecehan terhadap Orang dengan gangguan jiwa di Indonesia" mengungkapkan  bagaimana orang-orang dengan kondisi kesehatan mental sering berakhir dirantai atau dikurung dalam institusi yang penuh sesak dan tidak sehat, tanpa persetujuan mereka, karena stigma dan ketidakhadiran layanan pendukung berbasis masyarakat yang memadai atau perawatan kesehatan mental. Di institusi, mereka menghadapi kekerasan fisik dan seksual, perawatan paksa termasuk terapi kejut listrik, pengasingan, pengekangan dan kontrasepsi paksa.

Human Rights Watch mewawancarai 72 orang penyandang cacat psikososial, termasuk anak-anak, serta 10 anggota keluarga, perawat, profesional kesehatan mental, kepala lembaga, pejabat pemerintah, dan advokat hak-hak penyandang cacat.

Selain itu juga Human Rights Watch mengunjungi 16 institusi di seluruh pulau di Jawa dan Sumatra termasuk rumah sakit jiwa, lembaga perawatan sosial, dan pusat penyembuhan iman, dan mendokumentasikan 175 kasus di lima provinsi orang yang saat ini dibelenggu atau dikurung atau baru dilepaskan.

Dengan adanya keterbatasan layanan dan fasilitas kesehatan mental yang cocok dan sesuai dengan standar internasional membuat permasalahan terkait kesehatan mental di indonesia menjadi semakin rumit ditambah lagi dengan rendahnya kepedulian masyarakat sebagai element paling penting disamping pemerintah terhadap orang dengan kesehatan mental yang kurang sekali bahkan justru stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan gangguan mental datang dari masyarakat sendiri.

Akibatnya banyak sekali penderita gangguan mental dan keluarga mereka memilih diam daripada mencari pengobatan untuk mengatasi gangguan yang mereka derita dan yang paling ironis terkadang banyak dari penderita gangguan mental harus terusir dari keluarganya dan lingkungan sosialnya karena kuatnya diskriminasi dan stigma yang membuat mereka makin terlunta-lunta dijalanan.

 

Peran pemuda dalam membentuk lingkar penyadaran

Namun  meskipun masih terdapatnya masalah yang rumit yang datang dari masyarakat dan pemerintah terkait penanganan dan tanggapan mereka terhadap kesehatan mental itu sendiri  ada secercah harapan yang muncul untuk perubahan yang lebih baik datang dari  generasi milineal indonesia dalam bentuk banyaknya  gerakan sosial berbasis kesehatan mental  karena terpengaruh oleh kesadaran global untuk peduli dengan isu – isu seputar gangguan  kesehatan mental yang tidak lepas dari pengaruh makin boomingnnya tujuan pembangunan  global yang makin hari makin populer dibumikan dalam tataran praktik maupun teoritik , tentunya pembentukan berbagai gerakan sosial ini menandakan makin masifnya proses penyadaran terkait isu kesehatan mental disamping kesehatan fisik  dikalangan generasi milinieal yang patut diapresiasi dan dikelola dengan baik.

Para Generasi milinieal yang ambil bagian dalam pencapaian tujuan pembangunan indonesia yang berkelanjutan pada tahun 2030 tentunya pasti tidak asing dengan komunitas sosial berbasis kesehatan mental yang sudah berreputasi nasional dan menjadi bagian dari organisasi independen dalam membantu pemerintah meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental dan memmperkuat basis penyadaran di masyarakat seperti Into the light ( pencegahan bunuh diri),komunitas peduli skizofernia  indonesia , Komunitas bipolar care indonesia, komunitas gerd Anxiety indonesia, Komunitas yuk happy, indonesia mental health care comunity, dan lain sebagainya.

Berkembangnya komunitas kesehatan mental yang diinisiasi oleh para pemuda di kota-kota besar di indonesia dan keberhasilan mereka  yang bisa   mendapatkan  pengaruh di tingkat nasional menjadi daya dorong  kepada para pemuda di tingkat daerah untuk berbuat hal yang sama, dengan mendirikan banyak sekali gerakan sosial yang sudah berbentuk organisasi maupun hanya komunitas non formal yang berbasis pada kesehatan mental.

Sejauh ini ada 4 hal yang sudah dilakukan oleh gerakan sosial berbasis kesehatan mental yang digerakkan oleh generasi milineal baik ditingkat lokal maupun nasional   diantaranya ,menjadi fasilitator  atau penghubung antara pihak penderita gangguan jiwa dengan instansi kesehatan terkait, mengadvokasi dan mensosialisasikan pentingnya kesadaran terhadap kesehatan mental di akar rumput, membentuk lingkar studi yang terbuka untuk umum terkait isu-isu kesehatan mental , dan yang terakhir membentuk komunitas antar penderita gangguan mental sendiri untuk saling mendukung dan menguatkan.

Untuk kedepannya gerakan sosial kesehatan mental yang digerakkan oleh generasi milinieal baik ditingkat nasional maupun lokal harus  melakukan gebrakan lainnya untuk tetap eksis menjadi mita pemerintah dan masyarakat  misalnya dalam bentuk pembentukan forum antar komunitas kesehatan mental sehingga tercipta koneksi yang kuat  antar komunitas yang bergerak dalam bidang yang sama , membuat forum dialog untuk sarana dengar pendapat antara pemerintah dan element masyarakat  guna  meningkatkan pelayananan dan kesadaran  kesehatan mental, mendirikan gerakan literasi baik digital maupun non digital berbasis kesehatan mental, mendorong adanya kerjasama yang intens antara himpunan profesi kesehatan jiwa dengan komunitas sosial yang berbasis kesehatan jiwa di akar rumput, dan yang paling penting mengkoneksikan gerakan sosial kesehatan jiwa indonesia dengan gerakan sosial kesehatan jiwa internasional untuk menguatkan basis pemahaman.

Selain itu pula para generasi milinieal yang ambil bagian dalam gerakan sosial berbasis kesehatan mental hendaknya harus mulai memperlengkapi dirinya dengan komunikasi yang baik , keilmuwan yang mumpuni, dan semangat kerelawanan yang tinggi sehingga apa yang dilakukannya tidak bergantung kepada momentum tetentu  ataupun hanya untuk mengejar riwayat hidup atau bahasa populernya “ Cv hunter “ saja , tetapi harus digerakkan dari hati nurani untuk membantu memulihkan kembali fitrah kemanusiaan mereka yang menderita gangguan jiwa dengan cara – cara yang manusiawi, karena gangguan mental yang terjadi pada sebagian manusia lambat laun akan berpengaruh pada diri kita sendiri dan generasi selanjutnya.

 

Ikuti tulisan menarik abadi mansur lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu