x

Iklan

Syarif Yunus

Pemerhati pendidikan dan pekerja sosial yang apa adanya
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Buta Norma; Anak Muda Pengacung Kartu Kuning

Kartu Kuning diberikan ke Presiden Jokowi. Tapi sayang, anak muda pengacung kartu kuning "buta norma"

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ini cuma buat anak muda pengacung kartu kuning.

Boleh jadi, sebagian orang bilang kamu hebat, keren, berani dan sejenisnya. Dan sangat mungkin juga sebagian orang tadi, persis seperti kamu pula;  “buta norma”. Ya, buta norma.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kamu tahu apa itu norma? Izinkan saya memberi tahu.

Norma itu aturan, norma itu kaidah. Bersifat mengikat, termasuk anak kampus seperti kamu. Karena norma, hidup kita jadi ada tatatan; ada kendali dalam bertingkah laku, di antara yang pantas dan tidak pantas.

 

Anak muda. Kalo urusan mencetak orang pintar, bangsa ini sudah sangat mahir. Dan itu tidak perlu lahir dari kampus. Kalo urusan mencetak orang pemberani, bangsa ini pun banyak yang pemberani. Pergi dan bergaulah dengan tukang daging, hidupmu akan sangat berani dan penuh darah. Kalo urusan pengen jadi orang keren, bangsa ini un bejibun orang keren. Di senayan ada, di televise ada, dan kalo mau lebih banyak lagi pergilah ke tempat wisata.

Tapi sayang anak muda. Semua orang pintar, orang berani, dan orang keren yang kamu temui itu persis seperti kamu, “buta norma”, Alias buta aturan. Persis seperti kamu dan sebagian orang yang bilang kamu keren.

 

Kenapa kamu buta norma?

Karena kamu sendiri tidak tahu cara menggunakan “kartu kuning”.  Kamu patut tahu, anak muda. Di dunia olah raga, kartu kuning itu “boleh digunakan” dengan dua syarat. Satu, karena ada pelanggaran. Dan kedua, dikeluarkan oleh pengadil alias wasit. Nah, kamu siapa? Lalu, apa pelanggaran yang kamu maksud? Di situlah, kamu buta norma.

 

Cukup jelas anak muda? Buat saya belum. Kamu memang buta norma.

Kartu kuning, atau bahkan kartu merah itu punya arti bila ada di pertandingan. Kamu sedang bertanding di mana? Dan siapa lawan kamu? Negara kamu, atau presiden kamu? Atau kampus kamu sendiri? Ahh,, kamu itu buta norma anak muda. Kamu lupa anak muda. Semua tim yang “bertanding” itu tujuannya meraih kemenangan. Dan tidak ada satupun dari mereka yang berniat untuk mencederai lawannya, apalagi rakyatnya.

 

Anak muda. Saya gak kenal kamu. Kamu pun tidak perlu tahu saya.

Tapi patut kamu ketahui. Kartu kuning bahkan peluit kamu sama sekali tidak berguna.  

Karena kamu “buta norma”. Kamu tidak tahu aturan dalam sebuah pertandingan. Kamu tidak bicara apa-apa. Mungkin kamu tidak tahu apa-apa. Sama sekali, tidak ada isu yang “membumi” yang kamu utarakan. Sayang anak muda, jika kamu berlelah-lelah untuk sensasi bukan esensi.

 

Berhati-hatilah, anak muda.

Saya khawatir, kamu jadi manusia yang “terlalu keras berteriak mulut ketimbang berjbaku pikiran”. Lebih dari itu, jangan-jangan kamu lebih suka berdiskusi dan ngomongin orang tanpa pernah mau membaca buku.

 

Sekali lagi, kamu buta norma, anak muda.

Kamu kuliah di kampus negeri. Tapi kamu lupa berterima kasih kepada negeri ini.

 

Belajarlah lagi, anak muda.

Agar kamu tahu. Hidupmu bahkan negaramu bisa baik bukan hanya ditentukan oleh kartu yang baik. Tapi kita butuh cara dan norma untuk memainkan kartu buruk dengan baik.

 

Anak muda pengacung kartu kuning.

Ali bin Abi Thalib yang bilang. “Kalau kamu tidak ingin susah, maka jangan menyusahkan orang lain”. Itu sudah cukup. Selamat "bertanding" lebih keras lagi anak muda dan tak akan pernah ada "kartu kuning" untukmu … #KartuKuning

Ikuti tulisan menarik Syarif Yunus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler