x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

F16 Israel Ditembak Jatuh, Menodai Gengsi Militer Israel

Jangan-jangan ini baru “awal dari sebuah permulaan”, yang ujungnya tak seorang pun bisa memastikan akan seperti apa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Peristiwa yang terjadi di wilayah udara perbatasan Suriah-Israel, pada Sabtu pagi sampai siang, 10 Februari 2018, selain langka juga mengisyaratkan perkembangan kualitatif terkait konflik di Suriah.

Di atas kertas dan pemberitaan, konflik itu memang hanya melibatkan secara langsung antara Israel vs Iran-Suriah. Tapi sesungguhnya, konflik itu adalah antara Amerika-Israel vs Rusia-Iran-Suriah.

Pada awalnya, sebuah drone mata-mata, yang diduga diterbangkan oleh unit-unit militer Iran dari sebuah titik di Suriah, untuk memantau wilayah udara perbatasan Israel dan Dataran Tinggi Golan Suriah. Israel bertindak lekas: mengirim helikopter tempur untuk menghadang dan menembak jatuh drone itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak lama setelah itu, satu squadron jet tempur F16 (tak jelas berapa unit) take-of dari pangkalannya di Israel, untuk sebuah misi dengan dengan perintah jelas: hancurkan 12 target di wilayah Suriah! meliputi 4 titik pertahanan udara Suriah, empat lokasi Iran di Suriah.

Lalu, salah satu jet F-16 Israel yang ikut menyerang berhasil ditembak jatuh dengan Rudal S-200, yang dimiliki oleh Suriah. Dua pilot Israel berhasil melontarkan diri dari kursi kokpit, dan mendarat di wilayah utara Israel. Satunya dalam kondisi stabil, satunya lagi dalam kondisi serius.

Israel langsung menuding Iran.

Selama beberapa jam kemudian, tidak ada komentar dari Teheran juga Damaskus. Tapi dari Tel Aviv, para pejabat politik dan militer Israel terlihat sibuk mencari cara untuk menutupi gengsi yang tercoreng akibat petaka jatuhnya F-16.

Salah satu pejabat teras militer Israel, Brigjen Tomer Bar, orang kedua di Angkatan Udara Israel menegaskan, “Serangan terhadap 12 titik di Suriah merupakan serangan Israel paling substantif terhadap target di Suriah sejak tahun 1982”. Tapi pernyataann ini tampaknya tidak mampu menutupi kasus jatuhnya pesawat F-16.

Media-media Israel terkesan ogah menayangkan atau memuat gambar reruntuhan pesawat F-16. Sementara semua media Israel, dengan bangga menayangkan bangkai drone (diduga milik Iran) yang ditembak jatuh oleh helikopter Israel.

Dari Moskow, Rusia, muncul pernyataan agar Israel tidak melakukan tindakan lanjutan yang akan memperburuk ketegangan di Suriah. Dan Tal Aviv menjawab, “Kami tidak berniat menaikkan tensi, tapi Israel akan menggunakan segala cara untuk mempertahankan diri”, kata PM Netanyahu.

Dan seperti biasanya, para pengamat punya sudut pandang dan analisis lain: Mungkin ini aksi balasan. “Sepekan sebelumnya, sebuah jet tempur Rusia jenis Sukhoi-25 ditembak jatuh di Idlib Suriah oleh milisi Kurdi (SDF), yang mendapatkan suplai rudal anti pesawat dari Amerika”, kata Vaclav Matzov, seorang pakar militer dari Rusia.

Catatan:

Pertama, sejak konflik Suriah meletus pada 2011, berkali-kali Israel melancarkan serangan udara ke wilayah Suriah. Alasannya mencegah munculnya pangkalan Iran di Suriah, dekat perbatasan utara Israel. Israel sangat cemas jika dukungan Iran kepada rezim Bashar Assad akan berujung pada adanya pangkalan militer Iran di Suriah.

Bagi Israel, Iran yang jauh secara geografis saja sudah menjadi ancaman bagi Israel, apalagi kalau Iran mendapatkan tempat di Suriah. Dan ncaman Iran dari Suriah semakin nyata, bila ditambahkan dengan faktor dukungan Iran kepada Hizbullah di Lebanon.

Kedua, bagi Iran, dukungan Teheran kepada rezim Bashar Assad dan Hizbullah di Lebanon adalah persoalan strategi regional Iran, yang tak bisa ditawar. Dan tak satupun negara yang bisa mencegah strategi regional Iran itu, apapun alasannya.

Ketiga, kebijakan pertahanan Suriah saat ini sebenarnya ada di tangan Rusia, tepatnya di tangan Vladimir Putin. Karena pertahanan udara Suriah dikendalikan oleh Rusia. Dan sejak konflik Suriah 2011, ada semacam “deal” antara Israel dan Rusia yang membolehkan Israel untuk “sesekali” melancarkan serangan terhadap target-target di Suriah, dan selama ini, selalu saja pesawat tempur Israel bisa kembali ke pangkalannya di Israel dengan selamat.

Keempat, setelah ISIS berhasil dijinakkan di Raqqah Suriah, kini pertempuran Suriah fokus untuk melawan milisi Kurdi yang bernama SDF (yang juga diperangi oleh Turki) dan milisi-milisi oposisi Bashar Assad. Tapi semua tahu bahwa SDF didukung oleh Amerika.

Kelima, sepekan sebelumnya, tepatnya pada 4 Feb 2018, sebuah jet tempur Rusia jenis Sukhoi-25 ditembak jatuh di udara Idlib Suriah oleh milisi Kurdi SDF (Syrian Defence Forces) dengan menggunakan rudal bumi-udara, yang disuplai oleh Amerika kepada pasukan SDF. Bagi Rusia, penembak-jatuhan Sukhoi-25 mengisyaratkan bahwa Amerika ingin mengubah “aturan main di Suriah”. Karena itu, boleh jadi, penembak-jatuhan F-16 Isarel adalah semacam “pesan” yang dikirim oleh Moskow kepada Washington untuk tidak seenaknya mengubah “permaianan di Suriah”.

Keenam, bagi Israel, penembak-jatuhan F-16 miliknya adalah sebuah peristiwa besar, memalukan dan mencederai air muka dan gengsi kedigdayaan militernya. Karena itu, dalam beberapa hari ke depan, bisa diduga Israel akan mencari “cara lain” untuk menutupi air muka yang tercoreng itu.

Ketujuh, meskipun bangkai jet F-16 jatuh di wilayah Israel utara, namun bisa dipastikan bahwa pesawat itu ditembak ketika masih berada di wilayah udara Suriah, lalu pilot masih menerbangkan pasawatnya ke arah wilayah udara Israel, dan akhirnya jatuh di Desa Harduf, Israel utara.

Kedelapan, apapun itu, peristiwa yang terjadi di wilayah udara perbatasan Suriah-Israel, yang berujung pada jatuhnya pesawat F-16 Israel, pada Sabtu (11 Februari 2018), adalah perkembangan kualitatif yang signifikan terkait dinamika konflik di Suriah. Dan jangan-jangan itu baru “awal dari sebuah permulaan”, yang ujungnya tak seorang pun bisa memastikan akan seperti apa.

Syarifuddin Abdullah | 11 Februari 2018 / 26 Jumadil-ula 1439H

Keterangan foto: Pesawat jet tempur F-16 Israel ditembak dan jatuh berkeping-keping di dekat Desa Harduf, Israel utara, Sabtu, 10 Februari 2018. (REUTERS/Herzie Shapira).

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu