x

Internet untuk Miliaran Orang

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Algoritma Tahu Apa yang Kamu Mau

Melalui teknologi dan kapital, perusahaan telah mengubah cara kerja masyarakat, ukuran-ukuran sosial, juga struktur-strukturnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Dalam cerita pendeknya yang dimuat majalah Omni edisi Juli 1982, Burning Chrome, William Gibson menulis tentang apa yang ia sebut cyberspace—ruang virtual/maya di balik layar yang tercipta melalui interkoneksi komputer. Cyberspace dibayangkan sebagai tempat idaman bagi si kutu buku: dunia tanpa korporasi, tidak ada kejahatan, tidak ada spam, tidak ada perkataan yang memicu kebencian, tidak ada penjaga gawang editorial, tidak ada peraturan, dan tidak ada peran bagi mereka yang ingin berkuasa.

Sayangnya, gambaran itu terbukti hanya utopia. Tentu saja ada banyak kebaikan di dalamnya ketika komputer yang terkoneksi itu (atau internet) memudahkan orang bertukar informasi dan berkomunikasi, belajar jarak jauh dari kampus-kampus terkenal, maupun membaca dan mengunduh karya tulis yang sebelumnya sukar diakses. Dua puluh tahun yang lampau, di negeri ini, akses internet masih sangat terbatas hingga kemudian dunia demikian terbuka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi selalu saja ada sisi lain dari koin yang sama. Potensinya yang besar—dari banyak segi: ekonomi-bisnis, politik, pertahanan, pendidikan, hiburan, dsb—mendorong orang untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi internet. Komersialisasi internet dan cyberspace tidak terhindari dan ini mengubah pandangan orang terhadap internet dan dunia maya. Orang berusaha keras menambang emas dari internet dan cyberspace.

Dunia maya tidak lagi sepenuhnya maya. Lihatlah, orang saling memaki di situs-situs dan di media sosial (anak keturunan langsung dari internet), orang memajang agitasi dan kampanye yang memprovokasi, orang menyebarkan kabar palsu, apa saja yang membangkitkan sisi-sisi gelap manusia ada di cyberspace.

Perlahan tapi pasti, kekuatan baru menunjukkan kuasanya: korporasi. Perusahaan membangun kuasanya melalui kapital dan teknologi serta berusaha menandingi kuasa pemerintahan yang memperoleh mandat dari rakyat (bila negaranya berbasis demokrasi). Melalui teknologi (peranti lunak maupun keras), korporasi menggaet warga global (bukan hanya negara) untuk menjadi bagian dari kuasanya.

Melalui aplikasi dan situs media sosial, kita menjadi warga yang kuasanya dipegang perusahaan: ketika kita ingin memakai aplikasi tertentu, kita harus menyerahkan data pribadi tanpa negosiasi; jika perusahaan tidak suka, kita bisa kehilangan kewargaan itu. Melalui aplikasi, yang bekerja sebagai kepanjangan tangan, perusahaan ingin mengetahui dan merekam apa peranti yang kamu gunakan dan di mana lokasimu; jika kamu menolak memberi informasi itu, kamu tidak bisa memakai aplikasi itu.

Tapi itu baru awal, sebab selanjutnya aplikasi itu akan merekam apa yang kamu lakukan, apa saja yang kamu unduh dari dunia maya, apa yang kamu unggah, situs apa yang sering kamu kunjungi, dan isu politik apa yang sering kamu baca. Apa yang tidak kamu sadari: mereka mengawasimu, mencatat perilakumu—makan apa, senang sepatu apa, menyukai film apa, siapa teman-teman dekatmu, dan kemudian membuat profilmu. Mereka akan menyodorkan daftar lagu, buku, film, sepatu, busana, rumah yang sesuai dengan profilmu—dan mereka selalu mengikutimu. Mereka mengandalkan kedigdayaan algoritma untuk mengawasimu. Meminjam judul film: 'I know what you did last summer'.

Semua itu bukan lagi fiksi. Cambridge Analytica, melalui aplikasi ‘thisisyourdigitallife’ buatan Prof. Aleksandr Kogan, mengisap data 50 juta pemakai Facebook dan melihat profil mereka. Mengejutkan, ternyata Cambridge Analytca bekerja sebagai kampanye kepresidenan Donald Trump dalam Pilpres AS 2016. Meskipun baru mulai diinvestigasi untuk mengetahui bagaimana semua ini bekerja, yang jelas peristiwa ini nyata terjadi—bukan fiksi sains seperti yang diangankan William Gibson.

Melalui teknologi dan kapital, perusahaan telah mengubah cara kerja masyarakat, ukuran-ukuran sosial, juga struktur-strukturnya. Mereka mengawasi individu sebagai manusia yang kelak mampu dikendalikan perilakunya. **

 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu