x

Iklan

Heidi Pah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Fellowship SoD UPH Ajak Mahasiswa Bertransformasi Bersama

School of Design Universitas Pelita Harapan (SoD UPH) mengawali perkenalan dengan angkatan 2018 dengan devosi merefleksikan tema ‘set apart’.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Faculty Fellowship UPH Festival 25 School of Design (SoD) mahasiswa baru dibekali fondasi mereka dalam memasuki suasana baru dalam hidupnya yaitu kehidupan perkuliahan. SoD mengawali perkenalan dengan angkatan 2018 dengan devosi merefleksikan tema ‘set apart’ dari Roma 12:2, dipimpin  Elya Kurniawan Wibowo, S.Sn., M.A., dosen Arsitektur SoD. Kegiatan ini diikuti mahasiswa baru SoD pada 16 Agustus 2018  di SoD Multifunction Room di Gedung B UPH Lippo Village, Karawaci.

 

“Roma 12:2 ini kelihatannya memang mudah, tetapi sebenarnya susah banget lho untuk dijalani. Karena sebenarnya, menjadi seorang Kristen di sebuah institusi Kristen itu paling susah,” kata Elya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Ia menyebutkan 3 tipe “Kristen bohongan”. Pertama, ada otherworldly Christian – yaitu orang-orang yang mau percaya Yesus hanya agar mendapatkan tiket ke Surga.  Kedua, cultural Christian, yaitu orang-orang yang seolah-olah memakai label Kristen cuma untuk aksesoris saja. Dan ketiga, ada orang yang “beriman pada iman” –  yang mengaku bahwa dia beriman pada Tuhan, namun sebenarnya beriman pada diri sendiri, hanya saja mengatasnamakan Tuhan untuk iman tersebut.

 

Menurut Elya,  sekarang ini manusia hidup di zaman post-truth, dimana kebenaran itu didasarkan pada perasaaan saja. Perasaan sudah menggantikan fakta. Semua orang dapat berkata apa saja benar, menurut diri mereka sendiri. Bagaimana sebagai orang Kristen mau hidup di dunia yang seperti ini? Sangat susah sekali untuk menjalankan Roma 12:2.

 

Namun, sebenarnya, di Roma 12:2 ini Tuhan sudah memberikan penghiburan untuk kita. Kita tidak melakukan transformasi ini sendiri. Dalam bahasa aslinya, perintah-perintah dalam ayat ini, seperti “menjadi serupa” dan “berubahlah” sebenarnya mengandung arti bahwa hal-hal ini telah dilakukan oleh Tuhan dan akan terus dilakukan. Di Roma 1-11 juga sudah terus-menerus ditekankan tentang kasih karunia Tuhan. Jadi ini sebenarnya bisa dilakukan meskipun memang susah, karena Tuhan sudah melakukannya terlebih dahulu.

 

“Transformasi apa yang perlu kita lakukan? Bagaimana kita harus menjadi seorang Kristen dalam dunia post-truth?” Kita tidak bisa hanya mentransformasi pikiran. Kita juga harus mentransformasi semua keinginan kita dan semua kehendak kita. Seluruh kehendak dan keberadaan kita harus kita taklukkan di bawah otoritas Tuhan. Saat kita bisa menyerahkan seluruh diri kita kepada Tuhan, baru saat itulah kita menjadi pribadi sesuai yang Tuhan inginkan dan bukan yang kita inginkan,” ungkap Elya.

 

Elya juga rindu agar semua pembekalan yang didapatkan oleh mahasiswa SoD UPH dapat dipakai untuk menunjukkan kebenaran kepada dunia.

 

“Di SoD, kami membekali para mahasiswa dengan filsafat dunia – kita mempelajari filosofi di balik bangunan-bangunan dari berbagai zaman dan ideologi yang melatari gaya bangunan tersebut. Kita mempelajari bagaimana tokoh-tokoh dan filsuf-filsuf dunia mempengaruhi dunia dan kaitannya dengan kebenaran Tuhan. Kita seolah memberi senjata kepada para mahasiswa. Semua pengetahuan ini bisa dipakai untuk memuliakan Tuhan, atau untuk menjadi penjahat yang lebih piawai karena memiliki senjata yang lebih ampuh,” jelasnya.

 

Untuk mengarahkan mahasiswa kepada jalan yang benar, butuh komunitas yang kuat. Elya berharap agar keluarga SoD dapat bertumbuh semakin erat, karena dengan begitu, seluruh anggota SoD dapat bertransformasi bersama. 

Ikuti tulisan menarik Heidi Pah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

10 Mei 2016

Oleh: Wahyu Kurniawan

Kamis, 2 Mei 2024 08:36 WIB

Terpopuler

10 Mei 2016

Oleh: Wahyu Kurniawan

Kamis, 2 Mei 2024 08:36 WIB