x

Iklan


Bergabung Sejak: 1 Januari 1970

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kenapa Kamu Susah Tenang di Tahun Politik?

Banyak orang memaksa ocehan miring, omongan garing di tahun politik. Pantas, bila kita susah tenang di tahun politik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di tahun politik seperti sekarang,banyak orang susah tenang.

Gaduh sendiri dan bikin orang lain reaktif. Tergesa-gesa, tanpa memverifikasi info langsung bikin komen dan ocehan di media sosial. Entah, siapa yang dibela dan mau dimenangkan? Tapi satu yang satu, mereka terjebak sendiri dalam narasi provokasi. Bikin tidak tenang, bikin gaduh.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenapa kamu susah tenang?

Sederhana jawabnya.Karena kamu berisik sendiri. Politik dibuat gak asyik. Politik dibuat untuk saling menjatuhkan, bukan menguatkan. Politik jadi alat memecahkan, bukan menyatukan. Susah tenang di tahun politik. Lagi-lagi, karena kamu ribet sendiri dan terlalu banyak ocehan. Celotehan kamu bermuatan sentimen. Tidak lagi objektif, tidak lagi realistis. Seolah-olah, segala cara dianggap benar. Tapi saying, itu bukan menguatkan tapi memecah-belah.

 

Kamu yang bilang sendiri. Mereka si capres sudah saling berpelukan. Kaum elite tidak ada gesekan. Perbedaan itu hak demokrasi. Bahkan katanya, sekarang sudah adem sudah sejuk. Tapi nyatanya, kamu pula yang memperkeruh suasana. Kamu berkicau dengan “nada yang lebih miring”. Kamu yang tidak suka bila politik itu adem. Kamu yang gak terima bila ada pemimpin saling berpelukan. Sekali lagi pantas, kamu susah tenang. Lalu, orang lain pun kamu ajak gaduh.Sungguh, itu semua politik sentimen. Bukan politik gagasan. Politik, yang berpijak pada perasaan yang lebay. Politik kegaduhan.

 

Kamu tahu gak, arti tenang?

Tenanglah. Tenang itu diam. Tenang itu tidak gelisah, tidak rusuh. Aman dan tenteram, itulah tenang yang berkaitan dengan keadaan atau perasaan. Tenang itu tidak memaksa dalam argument, tidak mempengaruhi dalam opini. Tenang itu bukan ingin menang sambil menghujat yang lain. Bukan pula membenci tanpa punya kesantunan. Kamu susah tenang. Karena kamu bikin diri kamu cake sendiri lalu mengumbar ocehan agar orang lain pun ikut capek seperti kamu. Politik yang penuh sentiment, bikin susah tenang.

 

Sungguh, kamu makin susah tenang di tahun politik.

Karena kamu fokus pada kejelekan orang lain. Bukan pada keunggulan kamu sendiri. Kamu lebih senang mencari aib orang lain, terlalu berpikir negatif. Padahal kamu gagal membangun empati pada orang lain, frustrasi pada pikiran positif. Terlalu gembira pada cara-cara tidak baik daripada cara-cara yang baik. Kamu berpolitik “terlalu banyak ocehan ketimbang guyuban”. Politik penuh sentimen, politik kegaduhan.

 

Makin susah tenang dalam politik.

Bila kamu tidak menghargai kelemahan orang lain tanpa melihat kelebihannya. Bila kamu lebih senang mencaci maki tanpa mau berempati. Bila kamu lebih gemar membenci tanpa mau mencintai. Bila kamu memilih yang tidak baik daripada yang baik. Dan bila kata-kata kamu lebih memprovokasi tanpa mau advokasi. Data kamu kebiri, fakta kamu bikin ilusi. Ocehan dan omongan “kosong” kamu justru dijadikan sensasi.Sungguh, politik semakin susah tenang. Karena kamu melulu menebar pikiran ilusi, maka kisruh menjadi obsesi.

 

Kamu yang bilang, politik harus lebih baik. Negeri ini harus lebih baik. Tapi kamu lupa bertindak dengan cara yang baik. Kamu lupa berjuanglah dengan baik. Kamu sering lupa politik kasih sayang, politik gagasan, politik kesantunan. Sungguh kok, kamu boleh benci, boleh tidak suka. Tapi jangan lupa, kamu pun sangat boleh “memilih” kata-kata yang penuh cinta, kata-kata yang penuh makna.

 

Bukankah kamu yang ajari aku.

Bahwa benci, caci, dan provokasi tidak tidak baik. Bahkan"Allah pun sama sekali tidak mengajarkan cara yang tidak baik untuk kebaikan”. Tapi kenapa kamu berpikir bahwa cara itu dianggap baik?.

 

Kita butuh hujan untuk bisa meraih pelangi.

Itu kata bijak yang kamu ajarkan dulu. Itu artinya, tidak semua yang kita pikir akan selalu berjalan sesuai harapan. Politik dan kehidupan, pasti saja ada tantangan, ada ujian. Selalu ada “kerikil” yang menghadang, selalu ada ujian yang harus dilawan. Bila salah, perbaikilah. Bila lemah, kuatkanlah. Bila benci, cintailah. Karena itu semua pelajaran.

 

Jadi, tenanglah dalam berpolitik

Karena sekeras apapun kamu berjuang. Sungguh kamu tidak bisa mendapatkannya. Apapun hasilnya, itu semata-mata karena kebaikan Allah dalam memberikannya. Dan itu semua, memang pantas untuk kita. Maka tenanglah dalam berpolitik ... ciamikk #TGS #2019SalingPelukan

Ikuti tulisan menarik lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu