x

Iklan


Bergabung Sejak: 1 Januari 1970

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Terlalu Sibuk dalam Kejelekan

Banyak orang sibuk dalam kejelekan. Hingga mereka lupa berbuat baik. Kenapa bisa?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sibuk urusan kejelekan, mungkin lagi musim. Bahkan sebentar lagi panen. Tidak di media sosial, tidak di chat WA, mereka saling bersahutan urusan kejelekan. Entah, siapa yang mereka bela? Atau siapa yang hendak mereka menangkan? Sibuk kok dalam urusan kejelekan.

 

Bila yang dibela agamanya, lalu kenapa harus berselisih dan saling ngotot?  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sungguh, agama itu tidak diminta untuk dibela bila kita belum kelar menunaikannya dengan lebih baik. Lagipula, kenapa agama dan perbedaan malah jarang diperkenalkan sebagai berita gembira dan janji cinta. Melainkan dijadikan alat seperti “tukang cambuk” atau “satpam yang otoriter”

 

Bila yang dibela idola politiknya, lalu kenapa harus bertengkar hingga tak berkesudahan?  

Sungguh, politik itu hanya kamuflase. Politik itu penuh kepentingan dan menyesatkan walau subjektif. Lagipula, kenapa politik malah jarang diperkenalkan sebagai kabar unntuk menyatukan. Melainkan dijadikan alat memecah belah. Apa yang diharapkan dari cara berpolitik seperti itu?

 

Sibuk urusan kejelekan.

Bisa jadi itu muncul karena kita mengidap penyakit hati. Terlalu sibuk pada urusan yang jelek dan tidak produktif. Terlalu ngurusian urusan orang lain, sibuk ngurus postingan orang lain. Sibuk mencari kejelekan negaranya, gemar mencari hal yang negatif dari pemimpinnya.

  

Kita lupa, orang yang sibuk urusan kejelekan itu manusia gagal.

Gagal dalam berpikir baik, gagal dalam bertindak baik. Karena mereka lebih senang melihat orang lain susah, gemar terjebak dalam perselisihan yang tak berakhir.

 

Merekalah, orang yang merasa sesak ketika orang lain gembira. Merasa hasad saat orang lain berhasil. Sangat murung bila orang lain sukses, Mudah baper ketika orang lain memberi nasehat. Ujung-ujungnya, mereka lupa bersyukur. Bahwa mereka bisa seperti hari ini karena anugerah Allah SWT.

 

Orang yang sibuk pada urusan kejelekan. Pastinya, tidak bisa ngapa-ngapain. Semua yang terujar di mulut mereka hanya omong kosong. Itu saja.

 

Mereka lupa. Terlalu sibuk memikirkan urusan orang lain itu merugikan. Terlalu sibuk dalam kejelekan pun tidak akan membaikkan. Hidupnya persisi sep[erti “gunung berapi”; marah-marah, mencari kesalahan orang lain hingga memendam kebencian yang tidak pernah berakhir.

 

Sibuk dalam kejelekan.

Jika hati dan pikiran dibuat sibuk seperti "gunung berapi", lalu gimana mungkin kita bisa mengharapkan pohon berbuah lebat atau bibit tanaman bisa tumbuh?

Di mata orang yang sibuk dalam kejelekan. Sungguh, tidak ada yang perlu dijelaskan, Karena ketika kita baik mereka sama sekali tidak butuh kebaikan. Ketika kita berbuat yang beda dengan mereka, maka kebencian itu pun makin berkibar.

Mereka lupa, sibuk itu bukan soal berpikir untuk membalas dengan lebih pedih apa yang dilakukan orang. Tapi sibuk itu soal cara berbuat lebih baik di usia yang tersisa. Sibuk itu bukan untuk menjadi yang terbaik. Tapi sibuk untuk tak lain hanya ikhtiar untuk memulai dan mengakhiri apapun dengan lebih baik.

 

Maka harusnya, gak usah terlalu sibuk dalam urusan kejelekan. Karena di luar sana, si orang lain tak punya waktu untuk membenci orang yang membencinya. Si orang lain hanya sibuk mencintai mereka yang mencintainya.

 

Berhati-hatilah sahabat. Jangan terlalu sibuk dalam kejelekan dan prasangka buruk. Karena itu semua adalah sedusta-dusta ucapan. Tak perlu saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, dan saling membenci.

 

Maka sibukkan diri kita dalam kebaikan. Hingga kebencian dan kejelekan lelah meningkuti kita ... ciamikk #TGS 

Ikuti tulisan menarik lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler