x

Iklan

Aditya Harlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Belajar Ketulusan Yang Murni Dari KH Ma'ruf Amin

Sosok Ma’ruf Amin merupakan sosok yang dipilih Presiden Joko Widodo menjadi pendampingnya dalam Pemilu 2019 mendatang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sosok Ma’ruf Amin merupakan sosok yang dipilih Presiden Joko Widodo menjadi pendampingnya dalam Pemilu 2019 mendatang. Bukan suatu keputusan yang “asal-asalan” bagi Joko Widodo memilih Ma’ruf Amin yang notabene sudah berusia lanjut, yakni 75 tahun. Dengan umur demikian masih sangat dipercaya untuk menjadi pendamping dalam rangka memajukan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ada hal yang sangat luar biasa dalam diri Ma’ruf Amin yang mampu membawa Indonesia menuju kejayaan.

Tahapan Pemilu 2019 telah memasuki tahap kampanye. Setiap pasangan calon dan tim pemenangannya mulai melakukan promosi kepada masyarakat. Banyak cara yang bisa dilakukan dalam rangka menarik dukungan dari hati masyarakat Indonesia.Umumnya, kampanye ini dilakukan dengan sasaran masyarakat yang telah memiliki hak pilih pada Pilpres 2019. Sudah banyak contoh yang kita lihat, semisal blusukan ke lingkungan masyarakat, menghadiri acara deklarasi dukungan dari tim pemenangan dan masih banyak lagi. Namun hal nyata dari jenis kampanye yang telah kita lihat sekarang adalah mereka hanya peduli pada masyarakat dewasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun ada yang berbeda dengan seorang Ma’ruf Amin. Seorang Kiyai besar seperti beliau seharusnya tidak sulit untuk mengumpulkan massa karena masyarakat tahu bahwa beliau ini adalah ulama yang terpandang. Saya menunggu beliau untuk melakukan itu, namun tidak pernah terjadi. Justru yang dia lakukan adalah berkunjung ke sejumlah pesantren di Jawa Timur. Selama 3 hari mulai tangal 27-29 September 2018, beliau bersilaturahmi ke sejumlah pesantren di Jawa Timur. Dari sisi politik, tidak banyak calon pemilih di pesantren-pesantren yang mayoritas berisikan peserta didik (santri/santriwati). Lalu mengapa dia tidak blusukan ke pasar-pasar atau ke kelompok ibu-ibu masyarakat ? Apakah dia tidak ingin terkenal di kalangan pemilih ?

Dalam kunjungannya di sejumlah pesantren tersebut, seorang kiyai besar yang juga ketua Majelis Ulama Indonesia ini, meminta izin dari kiyai-kiyai yang lain dari sejumlah pesantren untuk maju dalam Pilpres 2019. Sungguh kerendahan hati yang luar biasa ketika seorang pemimpin tertinggi meminta restu dan izin dari “bawahannya” untuk melakukan sesuatu. Membutuhkan pembinaan karakter yang bertahun-tahun lamanya untuk mampu merendahkan diri di hadapan orang lain.

Beliau juga menyebutkan bahwa sudah mengundurkan diri dari jabatan Rais Aam PBNU. Hal ini dikutip dari pernyataan Ma’ruf Amin, “Saya sekarang di Mustasyar PBNU, baru tiga hari lalu. Kenapa saya harus mundur dari jabatan Rais Aam PBNU karena untuk menjaga aturan organisasi”. Hal ini menunjukkan jiwa yang rendah hari dan tidak serakah dari seorang Ma’ruf Amin dimana beliau ingin fokus dalam tugasnya sebagai wakil presiden jika terpilih nantinya.

Kunjungan Ma’ruf Amin di Jawa Timur memang mayoritas menuju ke sejumlah pesantren. Namun selama memberikan ceramah dalam setiap kunjungan, tiada satupun pernyataan beliau yang bernuansa provokatif dan menimbulkan kegaduhan. Beliau tidak ingin menarik perhatian masyarakat dengan menjatuhkan lawan tandingnya. Tidak seperti beberapa oknum yang selama ini berusaha menjadi pemecah belah di Indonesia. Sosok ini adalah sosok yang sangat adil. Dikutip dari pernyataannya, “Karena itu, jika saya terpilih akan membantu Presiden Jokowi menghilangkan kemiskinan, baik untuk orang muslim ataupun non muslim”. Sungguh pernyataan yang menyejukkan di saat pasangan calon lain hanya menyuarakan kesejahteraan kepada satu kelompok masyarakat saja.

Saya mengikuti jejak blusukan Ma’ruf Amin selama tiga hari di Jawa Timur. Sebelumnya saya khawatir dengan obrolan sejumlah orang yang mengatakan bahwa”Seorang Ma’ruf Amin kampanye di Pesantren”. Tidak, beliau tidak berkampanye. Beliau justru hadir disana untuk memohon doa restu, mengajar sejumlah santri, dan menyebarkan ajaran kedamaian dan persatuan kepada segenap pengisi pesantren tersebut”.

Ma’ruf Amin bukanlah manusia yang sempurna. Satu sosok yang sudah tua namun masih punya rasa memiliki akan Indonesia, dan masih semangat dalam berkarya di Indonesia. Dia tidak berkampanye ke tengah kerumunan massa, dia tidak melakukan orasi yang menggelegar. Namun dia berkampanye melalui perbuatan dan amal. Apa yang diinginkan oleh Ma’ruf Amin sehingga menerima tanggung jawab sebagai calon presiden dalam Pilpres 2019 mendatang? Harta dan kekuasaan? Tidak dari kedua pilihan tersebut.

Saya yakin beliau prihatin dengan kondisi keberagaman di Indonesia yang sudah mulai dirusak oleh sejumlah oknum. Ma’ruf Amin bukanlah sosok yang sempurna. Namun beliau selalu berusaha menjadi berkat bagi orang lain. Bukan omong kosong yang dipamerkan kepada masyarakat. Hanya sebuah ketulusan dalam melayani masyarakat. Beliau adalah Guru, Ayah, juga pemimpin yang baik.

Tidak banyak yang ditawarkan oleh Ma’ruf Amin. Hanya KETULUSAN YANG MURNI untuk kemajuan Indonesia.  

           

Ikuti tulisan menarik Aditya Harlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu