x

Iklan

Verona Fitria

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ribut soal Klaim Para Pendukung ‘Rezim Klaim’

Sikap Jokowi ini sangat bertolakbelakang dengan cara SBY. Dulu, saat meresmikan jembatan Suramadu SBY tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pendahulunya

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendukung calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) bersikap sangat reaktif terkait klaim kubu oposisi yang menyamakan Sandiaga Uno dengan Mohammad Hatta. Berbagai komentar miring mereka sematkan terhadap klaim lawan politik tersebut. Mulai dari politik manipulatif hingga pembodohan terhadap rakyat.

Namun, sadarkah mereka bahwa selama ini justru pemerintah sendirilah yang paling sering mengumbar klaim? Seperti gemar mengakui keberhasilan orang lain sebagai prestasi diri sendiri. Ini sebuah ironi yang menggelikan.

Jika dikaji lebih dalam, klaim Sandiaga sebagai ‘The Next Hatta’ sebenarnya tidak ada yang salah. Tak perlu diributkan. Bung Hatta merupakan bapak bangsa milik seluruh rakyat Indonesia. Siapapun berhak berangan-angan ingin menjadi seperti dirinya.

Kalau dianggap sosok Sandi yang kurang tepat untuk disamakan dengan Proklamator RI, itu persoalan lain. Hal ini bisa jadi lebih mengarah kepada perbedaan sudut pandang. Mungkin saja, kubu oposisi melihat ada persamaan, sementara kubu petahana memandang sebaliknya.

Ini hal yang lumrah saja. Yang tak wajar itu adalah mengklaim capaian pemerintah sebelumnya tanpa sedikit pun memberi kredit kepada mereka yang berjasa. Prestasi orang lain disebut karya sendiri. Klaim seperti inilah yang tidak bisa dibenarkan.

Selama empat tahun Jokowi memimpin Indonesia, berulang kali pemerintahannya mengklaim capaian pemerintahan sebelumnya. Seperti di sektor infrastruktur, sering sekali pemerintah Jokowi mencaplok karya pendahulunya.

Padahal ia sebagian besar hanya kebagian menggunting pita peresmian, tetapi kredit keberhasilan tidak pernah ia bagi dengan era pemerintah sebelumnya. Seolah-olah pembangunan itu hanya berkat kerja pemerintahnya yang baru berjalan baru empat tahun ini.

Seperti klaim pembangunan jalan tol Sumatera, bendungan Jatibarang Semarang, hingga trans Papua. Padahal, semua proyek itu telah direncanakan dan dimulai pembangunannya sejak zaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tetapi bagi pemerintah Jokowi, semua itu diklaim sebagai program mereka.

Maka wajar jika kemudian pendukung SBY kembali mengampanyekan semua capaian kinerja yang dulu pernah diraih. Ini dilakukan semata karena merasa gerah akan klaim sepihak penguasa yang seolah menafikan prestasi pemerintah sebelumnya.

Sikap Jokowi ini sangat bertolakbelakang dengan cara SBY menghargai presiden-presiden sebelumnya. Dulu, saat meresmikan jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dengan Madura, SBY tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pendahulunya.

Menurut Presiden RI ke-6 itu, keberhasilan itu adalah kerja bersama. Memang kajian pembangunan jembatan itu dimulai di era Presiden Soeharto. Kemudian berlanjut ke pemerintahan BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), hingga akhirnya di zaman Megawati dilakukan ground breaking, tapi kemudian mangkrak sehingga dibangun di era SBY.

Begitulah seharusnya jiwa besar seorang pemimpin. Meski pembangunan itu dilakukan SBY, tetapi ia merasa pendahulunya tetap memiliki andil terhadap capaian itu. Ia tidak mau mengklaim sendiri.

Ikuti tulisan menarik Verona Fitria lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler