Ketika Jokowi Lebih Tertarik Menonton Konser Guns N Roses
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBJokowi bagi saya simbol kepala negara yang tampak unik, apalagi ia justru pengagum musik rock yang melegenda di dunia
Kelompok musik rock legendaris asal AS, Guns N Roses atau lebih dikenal sebagai GNR, nanti malam akan manggung kembali di Jakarta. Menariknya, kelompok ini telah “mengembalikan” sang legenda gitaris dunia, Slash, yang sebelumnya pernah diisukan cabut dan meninggalkan GNR gara-gara berselisih dengan sang vokalis, Axl Rose. GNR seperti legenda musik rock sepanjang zaman, karena hampir semua lagu-lagu besutannya tak pernah bosan untuk didengarkan. Sebut saja “November Rain”, “Sweet Child O’main”, “Patience”, “Don’t Cry” merupakan sederet judul lagu favorit GNR yang hingga saat ini masih sangat lekat di telinga masyarakat Indonesia.
Konser GNR kali ini mungkin saja lebih “hidup” setelah kembalinya Slash, berbeda dengan konser GNR di Jakarta beberapa tahun sebelumnya yang minus gitaris bertopi sulap ini. Bagi saya, GNR adalah legenda hidup musik rock yang piawai menyulap lagi-lagu lawas menjadi lebih enerjik dan menarik. Dua pentolan utamanya tentu saja Axl Rose dan Slash yang berkolaborasi menyuguhkan karya-karya rock mendunia sepanjang zaman. Ruh GNR justru mati suri ketika Slash hengkang dan membuat album sendiri pada 1993 dengan tema “Slash Snakepit”, terlebih dengan menggaet drummer GNR Matt Sorum, grup rock legendaris ini bahkan sempat diisukan bubar.
Saya sendiri salah satu pengagum GNR, bahkan sejak SMA bergabung membentuk grup band yang selalu membawakan lagu-lagu mereka. Entah kenapa, lagu-lagu GNR seakan tak pernah bosan didengarkan, bahkan hampir-hampir tak pernah mengenal lagu-lagu bergenre rock yang dibawakan grup-grup band baru yang belakangan muncul. Bagi saya, disinilah kekuatan “mistis” sebuah lagu yang diciptakan, meskipun dibawakan cukup sederhana namun mampu melekat dalam benak setiap orang yang mendengarkannya. Tidak hanya saya tentunya, banyak orang yang setia menjadi fans GNR yang tak peduli walaupun berubah formasi, bahkan termasuk Presiden RI, Jokowi.
Jokowi bagi saya simbol kepala negara yang tampak unik, apalagi ia justru pengagum musik rock yang melegenda di dunia. Mungkin sulit menemukan kepala negara yang justru menggandrungi musik rock, karena rata-rata, rock disimbolkan sebagai musik “keras”, berkonotasi semrawut karena lekat dengan simbol “orang jalanan” yang memprotes kondisi sosial. Umumnya setiap kepala negara di berbagai belahan dunia, justru gandrung musik-musik klasik atau musik populer bergenre jazz karena tampak lebih berkelas. Tak heran, ketika kemudian kelompok musik trash metal Megadeth, tak sungkan-sungkan mengundang Presiden Jokowi secara terbuka untuk menghadiri konsernya di Yogyakarta bulan lalu.
Kesukaan Jokowi akan musik-musik cadas, tak urung juga membuat band kawakan Metallica merasa terhormat ketika ia justru hadir di acara konsernya pada 2013 yang lalu. Bahkan konon kabarnya, Jokowi yang saat itu masih menjabat sebagai gubernur DKI, dihadiahi sebuah gitar bass yang kemudian “bermasalah” sehingga harus disita KPK sebagai barang milik negara yang harus dilelang. Hampir dipastikan, setiap konser musik rock yang dibawakan musisi-musisi rock legendaris, Jokowi tak pernah absen menghadirinya. Bahkan, ditengah kesibukannya menghadapi beragam kenyataan politik, Jokowi bakal memastikan hadir di konser GNR nanti malam.
Perhatian Jokowi nampaknya lebih tertarik untuk menghadiri konser disela kesibukannya sebagai kepala negara, daripada harus berjibaku dengan urusan-urusan politik formal ditengah masa kampanyenya saat ini. Seakan mempunyai ikatan batin tersendiri dengan musik rock, Jokowi sepertinya kecewa jika tak dapat menghadiri setiap konser musik rock di negeri ini. Hal ini dipastikan oleh ungkapannya sebagaimana dikutip detik.com, “jadi kalau memang ada kosong dikit, mau lihat lah”. Sepadat apapun kegiatan presiden, pasti ada waktu senggang walaupun sedikit dan inilah yang akan dimanfaatkan Jokowi untuk hadir di konser GNR bertajuk “Not In This Lifetime”.
Bagi saya, inilah sosok Jokowi yang selalu apa adanya dan biasa-biasa saja, tak perlu harus dibuat-buat bahwa seakan-akan ketika seseorang telah memiliki jabatan tinggi lalu terpaksa menghilangkan kebiasaannya. Karena mungkin saja ada sementara pejabat negara yang dulunya musikus atau pengagum musik rock justru tiba-tiba berubah, khawatir akan sebuah sangsi sosial yang kemudian menyoal jabatannya sendiri. Musik rock tentu saja kesukaan Jokowi sejak masih mudanya, sejak sebelum menjadi apa-apa, dan tak pernah merubah kebiasaannya sampai saat ini dan tak pernah khawatir soal adanya sangsi sosial yang menyoal jabatannya sebagai seorang kepala negara. Mungkin tak berlebihan, jika dikatakan bahwa dalam diri Jokowi ada keserhanaan, kejujuran, apa adanya yang justru seringkali disalah artikan oleh sebagian orang. Keep Rockin!
Menulis, Mengajar dan Mengaji
0 Pengikut
Ramai Makelar Doa di Tengah Politisasi Ulama
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBagimu Capresmu, Bagiku Capresku, Baginya Golputnya
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler