x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menjaga Akal Sehat

Mereka lebih suka bermain kata ketimbang membangun perdebatan yang mencerahkan rakyat tentang persoalan-persoalan dasar yang kita hadapi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Dua bulan lebih menjelang hari-H pemilihan presiden, pertarungan kata di antara para elite politik semakin deras dan kencang. Saling serang kata-kata di antara kedua capres telah mengacaukan harapan rakyat yang menanti hadirnya perdebatan yang lebih berbobot. Isu-isu penting yang menyangkut masa depan bangsa, seperti utang, hak asasi, lingkungan hidup, kemiskinan, korupsi, ekonomi rakyat, dan banyak isu lain tidak terekplorasi lebih dalam.

Isu-isu ini tenggelam oleh pertarungan jargon, metafor, dan diksi yang diupayakan menarik perhatian publik tapi tidak menukik ke dalam substansi. Para elite politik terpeleset ke isu-isu pinggiran atau jangan-jangan kedua kubu memang menghindari perdebatan pada inti dari isu-isu yang jadi persoalan konkrit bangsa kita. Kedua kubu lebih suka baku pukul kata-kata ketimbang isi. Untuk kontestasi setingkat kepala negara, lontaran-lontaran pernyataan dan perdebatan mereka sukar disebut layak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perdebatan tentang utang, misalnya, terhenti bahkan sebelum masuk ke pokok persoalan. Ketika Prabowo menyebut Menteri Keuangan sebagai ‘pencetak utang’, Sri Mulyani membalas dengan puisi. Utang sebagai isu penting tenggelam oleh pertarungan metafor. Mereda tiba-tiba, dan setelah itu sepi. Rakyat sebenarnya menanti bagaimana penalaran pemerintahan Jokowi kok menambah utang dan apa solusi kubu Prabowo untuk menghindari peningkatan jumlah utang.

Dalam situasi seperti sekarang, ketika perang kata-kata di antara elite politik nyaris kehilangan bobot substansialnya, penting bagi warga masyarakat untuk tetap menjaga akal sehat. Jangan membiarkan diri terbius oleh pertarungan metafor pasangan capres-cawapres maupun tim suksesnya. Di balik pernyataan mereka, terdapat substansi yang belum terjawab.

Tim sukses dan partai pendukung lebih sibuk saling menggempur untuk menciptakan persepsi negatif lawan di depan rakyat. Mereka lebih suka bermain kata ketimbang membangun perdebatan yang mencerahkan rakyat tentang persoalan-persoalan dasar yang kita hadapi. Perdebatan antar pasangan capres seharusnya tidak berhenti di layar televisi dengan waktu yang jauh lebih terbatas.

Lalu-lalang informasi yang dimuntahkan oleh para elite sesuai kepentingan masing-masing telah mencapai tahap membingungkan masyarakat. Mana yang benar, mana yang salah, mana yang orisinal, mana yang manipulatif, mana yang utuh, mana yang dipotong, mana yang disambung-sambung, semuanya telah bercampur baur. Kita berada di tengah rimba informasi di mana ‘kebenaran yang sejati’ menjadi semakin kabur. Karena itu, semakin penting bagi rakyat untuk menjaga akal sehat agar tetap mampu menyadari apa sebenarnya yang sedang terjadi di tengah masyarakat kita.

Apabila situasi ini berjalan terus hingga saat rakyat datang ke bilik-bilik suara medio April nanti, pilpres kali ini barangkali akan dicatat sebagai kontestasi kepresidenan yang paling kurang bobotnya. Menyedihkan. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB