x

Iklan


Bergabung Sejak: 1 Januari 1970

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Plong Jelang Nyoblos

Kampanye usai, debat selesai. Kini tinggal gunakan hak pilih. Agar semuanya kembali "plong" bukan "blong"

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PLONG Jelang NYOBLOS

 

Plong. Adem lagi sejuk. Harinya libur, semua pada akur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Plong jelang nyoblos. Karena PLONG itu artinya berasa lega; berasa bebas dari beban pikiran macam-macam. Gak perlu lagi ada rasa benci. Semua tinggal dijalani, dinikmati, lagi disyukuri. Nyoblos bukan untuk menghibur. Tapi wujud syukur untuk dapat pemimpin yang paling manjur.

 

Semua PLONG pada waktunya. Sebentar lagi, kita tahu siapa presiden-nya.

Biar plong. Agar gak ada lagi caci-maki, hujatan, bahkan bahasa kebencian. Plong. Seperti  mahasiswa yang bertahun-tahun skripsi, lalu akhirnya bisa selesai juga. Seperti jomblo yang bertahun-tahun pacaran, lalu akhirnya menikah. Pasti perasaannya PLONG.

 

PLONG itu rasa yang positif. Seperti orang lagi baca buku di sungai sambal tiduran.

Plong  karena kita kembali jernih. Tetap rendah hati dan tidak perlu berlebihan. Karena nantinya, Allah SWT pasti punya alasan yang tepat untuk menempatkan bangsa ini seperti apa, persis seperti sekarang ini.

 

Plong bukan blong.

Kalo BLONG itu artinya gak berfungsi karena tidak ada penahan. Alias dol, bablas lepas gak bisa ditahan. Mungkin juga gak bisa dibilangin lagi. Sepeti bis atawa mobil, kalo udah blong pasti celaka. Begitu juga pendukung capres. Kalo tiap hari membenci, menghujat bahkan setelah nyoblos pun mencaci. Sudah pasti mereka itu udah “blong”.

 

Plong bukan blong.

Hati-hati dan waspada, jangan sampai blong tiap hari. Karena bila kita merasa baik, belum tentu orang lain tidak baik. Bila kita gak sama, tentu orang lain jangan dilarang beda. Kan tinggal nyoblos doang. Bikin plong jangan blong.

 

Tiap hari tiap saat. Pilihnnya hanya PLONG atau BLONG.

Plong bila kita mampu realistis dan tinggal kerjakan bagian kita saja. Blong pun pasti terjadi bila kita bawaannya benci sama orang lain. Banyak pikiran jeleknya daripada baiknya. Jadi, mau plong atau blong nih?

 

PLONG itu enaknya bukan main.

Sederhana tapi nikmatnya tiada tara. Kalo kita gak bisa jadi matahari. Cukuplah jadi LENTERA yang bisa menerangi orang-orang di sekitar. Gak usah urusin orang lain. Urus aja diri sendiri biar PLONG. Gak usah membanding-bandingkan dengan orang lain, ikhtiar dan berbuat saja yang terbaik untuk diri sendiri biar TIDAK BLONG.

 

Plong bukan blong. Karena siap tahu?

Yang berdiam diri itu rajin berzikir kepada Allah.

Yang murah senyum itu rajin bersedekah.

Yang bermuka masam itu rajin mengenang dosa.

Yang menawan itu rajin bersihkan hati.

Dan yang cerah ceria itu karena rajin mengingat Allah.

Udah PLONG belum hari ini?

Karena “plong” itu bersih lagi jernih; karena yang dilihat kebaikan dulu. Tapi plong mudah berubah jadi “blong” alias kotor; karena yang dilihat keburukan melulu.

 

Plong, karena selalu ada seribu alasan untuk berbuat baik. Blong, karena hanya punya satu alasan untuk selalu membenci. Tetaplah plong jelang nyoblos.

Maka, katakan PLONG bukan BLONG …. Ciamikk #TGS

Ikuti tulisan menarik lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu