Parenting: Pengaruh Doktrin Orang Tua terhadap Pola Pikir dan Tingkah Laku Anak

Rabu, 8 Mei 2019 13:57 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Wawasan yang rendah serta kurangnya informasi, membuat orangtua dapat memberikan doktrin-doktrin yang berbeda. Doktrin dilakukan didasarkan oleh keinginan ataupun harapan yang digantungkan kepada anak oleh orang tua. Ada beberapa contoh dari doktrin tersebut yaitu orang tua yang memberikan harapannya kepada anak dengan bentuk lisan maupun tindakan. Respon anak pada setiap doktrin yang diberikan pun memiliki perbedaan sesuai dengan umur serta sifat anak itu sendiri. Efektifivitas dari doktrin yang diberikan pun juga memiliki dampak positif serta negatif bagi pihak orang tua maupun anak.

Anak merupakan harta berharga yang orangtua miliki. Anak adalah emas, harapan, dari impian bagi mereka. Bimbingan dari orangtua diperlukan untuk membentuk kepribadian anak. Bimbingan disini yang dimaksud adalah bagaimana orangtua memberikan arahan sesuai dengan kebutuhan dan sifat anak. Perlukah doktrin untuk mendidik anak? Apakah orangtua perlu memberikan doktrin secara terus menerus?

Wawasan yang rendah serta kurangnya informasi, membuat orangtua dapat memberikan doktrin-doktrin yang berbeda. Doktrin dilakukan didasarkan oleh keinginan ataupun harapan yang digantungkan kepada anak oleh orang tua. Menurut Aryani (2015: 226), anak-anak akan merekam semua doktrin, imajinasi dan peristiwa yang ada di dalam alur cerita. Dengan dasar pemikiran seperti ini, maka cerita merupakan bagian terpenting yang disukai oleh anak-anak bahkan orang dewasa.

Doktrin yang diberikan orang tua kepada anak ada berbagai macam. Ada beberapa contoh dari doktrin tersebut yaitu orang tua yang memberikan harapannya kepada anak dengan bentuk lisan maupun tindakan seperti:

  1. “Nak, nanti masuk di PTN ini aja, bagus, dulu Mama gabisa masuk situ, jadi kamu harus bisa lolos masuk sini ya” yang diulang-ulang setiap harinya sehingga menjadi ingatan jangka panjang bagi sang anak.
  2. Perkataan “Kamu jangan main sama temanmu yang itu, bahaya” dan “Nanti kalau sudah besar, jadi PNS aja Nak, enak”.
  3. Ucapan “Ayah bebaskan kamu buat main kemana aja, tapi harus izin dan jelas”
  4. Atau kalimat “Ibu mah bebas, kamu mau kuliah dimana aja, asal niat”.

Semua doktrin yang disampaikan berdasar pada harapan-harapan orangtua yang tinggi namun terkadang tidak sejalan dengan pikiran anak-anak mereka.

Doktrin-doktrin yang telah disampaikan orangtua terhadap anaknya memiliki respon yang berbeda-beda pada setiap anak. Doktrin pada poin pertama dan kedua, ada anak yang merespon dengan menyetujui hal tersebut dikarenakan memang sesuai dengan keinginannya, namun ada pula yang memiliki respon yang berbeda. Respon anak bisa menolak secara langsung namun juga bisa memilih diam, memendam dan mencoba untuk menyetujui keinginan orangtua mereka. Anak-anak cenderung diam dan tertutup jika sudah diberikan doktrin-doktrin yang memaksa. Anak-anak yang diam juga cenderung mengesampingkan keinginan atau impian mereka demi orangtuanya. Namun, bagi anak-anak yang menolak secara langsung doktrin tersebut, cenderung tidak melakukan apa yang orangtua mereka sampaikan dan menentukan pilihan sesuai dengan apa yang memang diimpikan oleh anak tersebut.

Doktrin pada poin ketiga dan keempat menunjukkan bahwa orangtua lebih membebaskan apa yang anak inginkan serta percaya akan pilihan anak. Hal ini dilakukan orangtua yang memiliki harapan agar anaknya mampu menentukan sendiri masa depannya sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Respon anak pun disini berbeda-beda, ada yang merasa mempunyai tanggung jawab karena diberikan kepercayaan oleh orangtua namun juga ada yang merasa bahwa ia bisa bebas sebebas bebasnya untuk melakukan apapun dikarenakan sudah diberi kebebasan ole orang tuanya.

Doktrin pada poin satu dan dua memiliki dampak positif dan negatif pada sisi orangtua maupun anak. Dampak positif bagi orangtua yaitu dimana orangtua lebih mampu mengontrol anak mereka namun dampak negatifnya adalah adanya rasa takut dan pengambilan hak anak untuk berbicara, pengambilan hak anak untuk mengemukakan pendapatnya dikarenakan sudah terpaku oleh doktrin yang diharapkan oleh orang tua. Hal ini juga bisa masuk kedalam penyimpangan pancasila sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, dimana anak merasakan ketidakadilan karena suara atau pendapatnya tidak bisa didengar, tidak bisa dipertimbangkan. Dampak positif bagi anak yaitu anak bisa lebih menaati perintah orangtua ssedangkan dampak negatif yang ditimbulkan yaitu mental anak yang dapat terganggu akibat doktrin yang diberikan oleh orangtua.

Sedangkan, pada doktrin poin tiga dan empat memiliki dampak positif bagi orang tua yaitu orang tua bisa jauh lebih dekat dengan anak-anaknya dikarenakan anak tidak perlu sungkan untuk bercerita, sedangkan dampak negatif yaitu kepercayaan yang diberikan disalahgunakan oleh anak, sehingga mengecewakan orangtua. Dampak positif bagi anak yaitu rasa aman dan tak perlu takut untuk izin atau bercerita apapun karena orangtuanya yang sangat terbuka sedangkan dampak negatif bagi anak yaitu penyalahgunaan kepercayaan sehingga dapat terjadi hal-hal yang tidak baik.

Memang bukan tidak baik untuk mewujudkan impian orang tua, namun anak pun perlu untuk ditanya, perlu untuk diketahui isi hatinya. Kebanyakan orang tua melakukan doktrin kepada anak dikarenakan kurangnya wawasan orang tua tentang perkembangan zaman atau bisa pula karena tidak bisa percaya pada anak dengan sepenuhnya. Orangtua merasa bahwa ajaran orangtua mereka terdahulu cocok untuk diterapkan pada masa sekarang. Sedangkan dapat kita ketahui bahwa sekarang adalah era digital dimana anak-anaknya disebut dengan generasi milenial. Anak dibimbing dengan cara lama? Tentu boleh namun juga perlu ada modifikasi sehingga maksud dan tujuan cara lama bisa tersampaikan dengan mudah dan diterima oleh anak.

Anak seharusnya diberikan porsi untuk berbicara, entah itu menolak atau bertanya dan orangtua pun harusnya mendengarkan dan menghargainya. Jika tidak setuju, anak bisa diberikan arahan yang lebih baik. Keterbukaan orangtua kepada anak pun sangat berpengaruh agar doktrin yang diberikan tidak menimbulkan dampak negatif pada anak maupun orangtua. Anak perlu alasan kenapa ini atau itu boleh atau tidak boleh dilakukan.

Doktrin yang diberikan kepada anak berpengaruh pada pola pikir anak serta tingkah lakunya. Menurut Gunawan (2008), pola pikir adalah sekumpulan kepercayaan atau cara berfikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang, yang ahirnya akan menentukan level keberhasilan hidupnya. Disinilah doktrin sangat berperan penting dalam pola pikir anak karena anak akan merekam setiap kejadin, perkataan ataupun pengalaman yang dia rasakan. Doktrin yang terus menerus ditekankan pada anak pun berpengaruh pada tingkah laku dimana tingkah laku berasal dari pola pikir anak.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa doktrin berpengaruh dalam pola pikir serta tingkah laku anak. Pola pikir dan tingkah laku ini pun berbeda setiap anak dikarenakan setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Semua doktrin sesungguhnya tidak ada yang salah asalkan disesuaikan oleh kondisi serta sifat anak, agar doktrin yang diberikan anak tidak salah sasaran. Anak perlu didengar bukan hanya didoktrin.

Sebagai anak haruslah dapat memilah mana doktrin yang baik atau buruk bagi dirinya. Namun orangtua pun juga perlu tau agar anak tidak mendapatkan dampak buruk yang mungkin saja dapat terjadi karena doktrin yang disampaikan. Karena doktrin sangat berpengaruh bagi pola pikir serta tingkah laku anak dimana dua hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupannya bermasyarakat nanti.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler