Jessie Setiono, Lawyer Sekaligus Model Internasional Lulusan Magister Hukum UPH

Kamis, 19 September 2019 17:34 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Profesi hukum identik dengan karakter yang kaku dan serius, berbeda dengan profesi model yang dituntut luwes dan dinamis. Namun, siapa sangka keduanya melekat pada diri Jessie Setiono,. Parasnya yang cantik dan menawan membuat wajah model papan atas asal Indonesia ini sudah tidak asing lagi dalam dunia mode.

Profesi hukum identik dengan karakter yang kaku dan serius, berbeda dengan profesi model yang dituntut luwes dan dinamis. Namun, siapa sangka keduanya melekat pada diri Jessie Setiono,. Parasnya yang cantik dan menawan membuat wajah model papan atas asal Indonesia ini sudah tidak asing lagi dalam dunia mode. Berbagai cover dan fashion spread di hampir semua majalah fashion ternama pernah memajang wajahnya sebagai cover magazine.

Model yang tampil di ajang bergengsi  Louis Vuitton’s Fall/Winter 2019 Collection ini merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan (UPH), dan bekerja sebagai Lawyer di salah satu firma hukum ternama, yaitu Baker McKenzi. Jessie, begitu biasa dia dipanggil, mengaku dengan menjadi Lawyer mengajarkannya bahwa orang dapat berpikir lebih dalam dan filosofis.

Jessie Setiono - Alumni Magister Hukum UPH

Seperti yang dilansir oleh Prestige Online, disela-sela sesi pemotretan Louis Vuitton’s Fall/Winter 2019 Collection yang berlangsung di Tokyo, 16 September 2019, Jessie mengungkapkan pengalamannya menjalani profesi Lawyer.  “Keterampilan yang saya peroleh, orang-orang yang bekerja dengan saya, dan klien di tempat saya bekerja adalah bagian dari proses pembelajaran untuk menjadikan saya sebagai seorang profesional yang lebih baik”, jelas Jessie.

Jessie juga menyampaikan pandangannya tentang gerakan global #MeToo jika diimplementasikan di Indonesia.

“Pelecehan seksual adalah masalah yang sering terjadi di Indonesia. Ini perlu ditangani dengan salah satu cara. Namun, gerakan #MeToo kemungkinan akan mengarah pada substansi suara di Indonesia. Indonesia belum membahas masalah yang sangat mendasar seperti: Apakah perempuan Indonesia cukup berdaya untuk berbicara? Bisakah perempuan Indonesia bebas dari peran yang dipaksakan masyarakat terhadap mereka? Bisakah perempuan Indonesia mandiri? Apakah Indonesia memiliki sistem penegakan yang kondusif untuk mendukung hak-hak perempuan?”, tutur Jessie.

Jessie menilai Indonesia perlu mengatasi masalah dasar terlebih dulu, sebelum menerapkan gerakan #MeToo, agar gerakan ini tidak menjadi boomerang bagi perempuan Indonesia.

Sebelum mendapatkan gelar Master in International Trade, Investment and Competition Law, tahun 2014, dan Sarjana Hukum, tahun 2011 di UPH, Jessie juga sudah mendapatkan gelar Bachelor of Commerce di Curtin University Perth, Australia.

Memiliki profesi ganda di bidang yang berbeda membuat Jessie tidak lepas dari tantangan yang dihadapinya. Salah satu tantangan yang diakuinya masih sulit untuk diatasi adalah menyeimbangkan dua profesinya yang harus serba cepat dan menuntut, dengan kehidupan pribadinya.

“Akhir-akhir ini saya sedang mencoba lebih banyak meluangkan waktu untuk kehidupan pribadi saya dengan bermeditasi, olahraga, menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga, serta bepergian sesekali”, tutup Jessie.

Semangat dan sukses selalu Jessie !!!

Bagikan Artikel Ini
img-content
Aurelia Natasya

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua