x

Iklan

Dinda Desinta

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 Oktober 2019

Senin, 7 Oktober 2019 08:19 WIB

Menuju Swasembada Bawang Putih pada 2021

Artikel ini mengdeskripsikan data BPS tentang produksi bawang putih dan memaparkan permasalahan bawang putih yang cukup kompleks serta menarik untuk diketahui.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tidak asing rasanya saat menjumpai bawang putih di dapur-dapur mengepul pada rumah-rumah penduduk sampai ke restaurant berbintang. Tetapi, iseng-iseng saya berpikir: rata-rata berapa sih penggunaan bawang putih dalam satu hari?

Memang kalau membahas khasiat dan kegunaannya sepertinya tulisan ini tidak cukup untuk menampungnya. Mulai dari sebagai bumbu utama dalam masakan hingga obat-obatan untuk pilek, batuk dan penyakit lainnya si kecil. Bawang putih ini dapat diandalkan.

Bawang putih dilapisi dengan kulit yang keras. Berbeda dengan jenis bawang lainnya, bawang putih tidak berbentuk seperti buku. Bawang putih berbentuk umbi yang utuh dan mempunyai karakteristik khas yakni beraroma tajam dan memiliki rasa pedas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau membahas tentang bawang putih sepertinya akan kurang “menarik” jika dibandingkan dengan hasil produksi yang pergolakan harganya cenderung lebih mahal, seperti beras, bawang merah, dan daging sapi. Tetapi kalau publik sedikit memberikan perhatian terhadap perubahan sosial ekonomi dari si kecil ini sepertinya topik ini akan sangat renyah jika kita simak. Data Kementerian Pertanian (Kementan) yang mencatat konsumsi bawang putih masyarakat pada 2016 mencapai 465,1 ribu ton dan pada tahun 2017  konsumsi terhadap komoditas ini mencapai sekitar 482,19 ribu ton. Lalu, kira-kira apakah produksi dari dalam negeri mampu memenuhi hal tersebut?

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penghasil komoditas bawang putih terbesar pada tahun 2016 dan 2017 adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan produksi sebesar 11 ribu ton dan  10,2 ribu ton. Lalu disusul Provinsi Jawa Tengah dengan produksi 6,8 ribu ton dan 6 ribu ton. Namun kedua provinsi ini bertukar posisi pada tahun 2018, dimana Provinsi Jawa Tengah menghasilkan 19,5 ribu ton sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Barat menghasilkan bawang putih sebesar 13,11 ribu ton.

Walaupun demikian dari data statistik itu pula dapat dilihat bahwa pada tahun 2018 komoditas bawang putih mengalami kenaikan produksi yang cukup signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dilihat dari total produksi Indonesia yang diambil dari seluruh provinsi yang ada maka pada tahun 2016 Indonesia memproduksi 21,15 ribu ton, sedangkan pada tahun 2017 produksi bawang putih mengalami penurunan yaitu sebesar 19,51 ribu ton.

Pada tahun 2016 kebutuhan Indonesia yang mencapai 465,1 ribu ton sedangkan dari produksi dalam negeri hanya mampu menyuplai 21,15 ribu ton, yang artinya sebanyak sekitar 443,95 ribu ton lainnya harus di impor dari negara lain.

Impor komoditas pangan dirasa sebagai pangsa pasar yang “menggiurkan” bagi pihak-pihak tertentu. Dalam kasus kali ini dikuatkan dengan fakta bahwa hampir 95% bawang putih dipenuhi dengan cara impor. Dalam kata lain berarti saat ini Indonesia tengah berada di fase “sangat membutuhkan” bantuan dari negara lain dalam pemenuhan bahan pangan bagi masyarakatnya.

Dalam salah satu situs media online dituliskan bahwa Direktur Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Hortikultura mengatakan bahwa dahulu Indonesia pernah swasembada pangan pada tahun 1994, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan bawang putih dari dalam negeri. Namun, krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 yang berujung pada ekonomi yang lebih liberal maka impor bawang putih menjadi tidak terkendali. Dan kini ketergantungan pada impor bawang putih dari negara lain menjadi sangat tinggi.

Hal yang paling mengerikan yang terjadi adalah bawang putih impor menjadi raja dalam pasar Indonesia dimana nantinya bisa saja masyarakat tidak dapat membedakan yang mana bawang putih lokal dan mana yang impor. Dan lebih mirisnya lagi dengan harga bawang putih impor yang dirasa lebih “murah” maka masyarakat cenderung lebih menyukai membeli bawang putih dari luar negeri.

Jelas tidak mudah untuk memenuhi hampir 500 ribu ton bawang putih pertahun. Gebrakan Indonesia saat ini salah satunya adalah untuk mencapai swasembada bawang putih pada 2021, hal tersebut sudah cukup terbukti dengan meningkatkan produksi bawang putih yang cukup tinggi pada tahun 2018.

Bawang putih impor yang peling digemari masyarakat adalah bawang putih yang berasal dari negara China, dimana negara tersebut menghasilkan bawang putih dengan ukuran yang besar-besar. Maka dari itu, para petani bawang putih di himbau agar menanam bawang putih dengan bibit unggulan sehingga menghasilkan bawang putih dengan ukuran besar pula.

Data statistik yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik pula pada provinsi-provinsi lain yang sebelumnya tidak menghasilkan bawang putih di tahun 2018 sudah mulai dijadikan sebagai provinsi yang membantu menyuplai bawang putih. Seperti Provinsi Jambi yang pada tahun 2016 dan 2017 tidak menghasilkan produksi si kecil putih ini, sedangkan pada tahun 2018 Provinsi Jambi menyumbang 41 ribu ton bawang putih untuk pemenuhan konsumsi di Indonesia. Begitu pula dengan Provinsi Bengkulu di tahun 2018 provinsi ini menyumbang 20 ribu ton bawang putih.

Berpindah pulau, hal tersebut juga terjadi pada Provinsi Sulawesi Tengah yang pada tahun 2016 hanya menyumbang 9 ribu ton dan tidak ada produksi di tahun 2017. Namun pada tahun 2018 Provinsi Sulawesi Tengah ini menyumbang bawang putih sebesar 20 ribu ton. Provinsi selanjutnya adalah Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan dimana kedua provinsi ini pada tahun sebelumnya tidak berkontribusi pada pengadaan bawang putih, tetapi di tahun 2018 menyumbangkan 16 ribu ton dan 3 ribu ton untuk pengadaan bawang putih dari dalam negeri. Provinsi lainnya juga mengalami peningkatan produksi yang cukup tinggi pada tahun 2018.

Dengan peningkatan produksi bawang putih yang sangat “mengesankan” tersebut rasanya proyek swasembada bawang putih di tahun 2021 akan dapat tercapai, Indonesia diharapkan tidak bergantung lagi pada negara lain dalam hal ini dan menjadi negara yang mendiri dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya.

Ikuti tulisan menarik Dinda Desinta lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler