Era teknologi 4.0. Semua lini hampir telah memanfaatkan perkembangan peradaban yang sedang melaju itu. Jika tidak, tergilas.
Lalu muncul Nadiem Makarim. Didaulat jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Kabinet Indonesia Maju. Sosok anak muda. Usianya baru 35 tahun. Namun kreatif, inovatif serta visioner.
Menteri Nadiem banyak diganjar penghagaan sebagai tokoh perubahan, kreatif, inovatif dan lainnya. Gojek yang dirintis berkat kreativitas Menteri Nadiem, kini jadi perusahaan kelas dunia. Memberikan arti besar bagi masyarakat Tanah Air.
Kembali ke sektor pendidikan, dengan era teknologi 4.0. Tentu saja juga harus menyesuaikan. Jika tidak: kualitas hasil pendidikan nasional jalan di tempat. Syukur-syukur tak mundur. Dan Menteri Nadiem adalah pilihan tepat.
Pilihan tepat bagaimana memadukan kemajuan zaman ke pendidikan. Namun tanpa meninggalkan karakter otentik budaya Indonesia: bermanfaat kepada sesama dan gotong royong.
Di Gojek, Menteri Nadiem telah menunjukkannya. Sebagai sebuah profesi yang banyak dilakukan masyarakat Indonesia -ojek- lalu mampu dikombinasi dengan kecanggihan teknologi 4.0.
Tidak menghilangkan sisi otentik profesi yang telah lama dilakoni masyarakat. Tidak menghilangkannya. Hanya dipadukan dengan kemajuan zaman. Keindonesiaan 'ojek' tidak lenyap.
Dan Gojek memberi arti besar bagi masyarakat Indonesia. Mengurangi pengangguran, menambah penghasilan baru dan memudahkan kebutuhan masyarakat terhadap transportasi di wilayah manapun. Aspek gotong royong sebagai kepribadian Indonesia terawat dilakukan Menteri Nadiem.
Optimisme wajah pendidikan yang mampu beradaptasi dengan zaman tumbuh di bawah pengelolaan Menteri Nadiem. Tanpa menghapus nilai asli kepribadian dan adab luhur Indonesia. Budaya asli yang mampu selaras dengan perkembangan zaman.*
Ikuti tulisan menarik Ahmad Irso Kubangun lainnya di sini.