x

Iklan

Rafi Putra

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Desember 2019

Senin, 16 Desember 2019 12:47 WIB

Komunikasi Antar Lintas Budaya Etnis Arab dengan Pribumi di Embong Arab Malang


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Salah satu ciri masyarakat kolonial adalah adanya segregasi ras, alias pemisahan berdasarkan suku atau ras. Politik segregasi ras sangat penting diterapkan di negara-negara jajahan oleh si penjajah, mengingat salah satu kekuatan mereka adalah jargon bahwa orang-orang kulit putih memiliki tingkat peradaban yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat kulit berwarna.

Setiap orang barat yang datang ke Indonesia dengan niat mencari kekayaan di sini akan mengalami suatu transformasi. Saat mereka meninggalkan Eropa, ia telah menjadi “Orang Eropa”. Tinggi rendahnya kedudukan mereka berbanding terbalik dengan besar kecilnya jumlah mereka. Jika di suatu tempat terdapat hanya satu atau dua orang Eropa, proses superioritas dalam dirinya akan berlangsung lebih cepat.

Pemerintah Hindia Belanda membentuk kebijakan Regering Regleement yaitu peraturan pemerintah yang membedakan kelompok masyarakat menjadi tiga kelas di Hindia Belanda, yaitu kelas paling atas adalah kulit putih (Eropa, Amerika, Jepang), kelas kedua adalah Timur Asing ( Arab, India, Cina ), dan kelas ketiga adalah pribumi (masyarakat asli Indonesia). Dengan adanya kebijakan atau pembagian strata ini akan mempengaruhi tata kehidupan sosial, ekonomi, dan politik terutama bagi Pemerintah Hindia Belanda dan orang Timur Asing (orang Arab).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Malang merupakan salah satu kota yang dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda di Jawa Timur. Awal kedatangan orang Arab ke kota Malang tidak jauh dari tempat-tempat agama seperti masjid. Alasan mereka hijrah dan memilih bertempat tinggal di Malang yaitu untuk menyebarkan agama Islam, melakukan perdagangan serta melihat latar belakang kondisi geografis yang tidak subur. Mereka jua melihat adanya sistem pelapisan masyarakat di Hadramaut yang secara tidak langsung membatasi ruang gerak dalam segala aspek, termasuk perolehan hak yang berbeda dalam satu Negara. Mereka datang ke Malang untuk memgubah nasib yang lebih baik dari tanah air mereka seperti pepatah mengatakan “Mencari Cincin Nabi Sulaiman”.

Pemisahan orang Arab dengan dengan masyarakat pribumi di Malang yang dibentuk pemerintah berdasarkan tempat tinggal memberikan pengaruh terhadap orang Arab sendiri. Mereka menjadi terbatas untuk berbaur dengan orang pribumi dan tidak bebas untuk melakukan hubungan sosial dengan masyarakat pribumi di Malang. Mereka dibatasi untuk melakukan hubungan dengan masyarakat pribumi, padahal dalam kenyataannya asal usul Ibu mereka tidak terlepas dari perkawinan yang dilakukan oleh orang Arab dengan penduduk pribumi.

Daerah Embong Arab yang ada di Malang ini semakin sempit untuk melakukan hubungan sosial semenjak diberlakukan kebijakan mengenai penempatan wilayah atau Wijkenstelsel. Dan pada prosesnya orang Arab telah membentuk PAI (Partai Arab Indonesia). Hal tersebut seakan memaksa masyarakat Arab untuk membatasi hubungan dengan masyarakat pribumi sendiri.

Pengaruh lainnya yaitu pada bidang ekonomi dimana dengan adanya kebijakan Passenstelsesl yaitu yang mengharuskan komunitas Arab dan Timur Asing lainnya membawa kartu paspor jalan jika mengadakan perjalanan keluar daerah. Hal tersebut yang membuat usaha perdagangan komunitas Arab tersebut tidak berkembang mengingat barang dagangan orang Arab yang akan dijual keluar kota mengalami kerepotan hanya untuk mengurus kartu jalan. Sedangkan pengaruh pada bidang budaya adala komunitas Arab mendirikan sekolah sendiri untuk komunitas mereka, yaitu Al-Irsyad. Sementara pengaruh pada bidang agama adalah banyak para ulama yang menentang untung ikut campur dalam urusan agama orang Arab.

Meskipun, dalam beberapa hal dapat terjadi interaksi antara masyarakat pribumi dengan orang Arab. Baik dari masyarakat pribumi sendiri maupun orang arab dapat berkumpul dengan damai, seakan-akan tidak ada suatu hal yang membedakan diantara mereka. Hal tersebut dapat diambil contoh pada suatu kegiatan keagamaan, misalnya dengan sholat Jum’at. Para penduduk pribumi dan orang arab berbagi tempat untuk beribadah dan menyatu dalam tempat yang sama. Hal tersebut dapat dijumpai di masjid Agung Kota Malang, masjid ini letaknya tak jauh dari kampung arab itu sendiri. Alasan geografis yang dekat dan jalan yang mudah diakses adalah salah satu alasan dari dipilihnya masjid tersebut sebagai tempat beribadah orang Arab.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang terjadi antara masyarakat pribumi dengan orang arab berada pada kehidupan sosial yang ada dilingkungan kampung Arab sendiri. Masyarakat kampung Arab cenderung menutup diri terhadap kelompok lain yang ada di sekitar. Hal tersebut mengakibatkan adanya batas yang terjadi antara masyarakat kampung Arab i dengan para pribumi yang ada di sekitarnya. Dalam beberapa hal, dapat juga ditemui interaksi yang muncul diantara masyarakat Aarab dengan masyarakat pribumi seperti dalam kegiatan keagamaan yang terjadi.

Ikuti tulisan menarik Rafi Putra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler