Merdeka Belajar itu tidak sekadar perubahan radikal sistem belajar-mengajar di Tanah Air. Mendikbud Nadiem Makarim bukan hanya ingin membabat akar pengganjal gerakan dinamisasi pendidikan.
Ada yang juga tidak boleh luput, yakni Merdeka Belajar merupakan fondasi untuk mencapai kualitas SDM (murid) Indonesia. Kualitas adalah bangunannya, jadi sasaran arsitektur Merdeka Belajar dari Menteri Nadiem, yang didalamnya terdiri dari multi-penopang.
Salah satunya: karakter.
Berkarakter moralis namun tidak cerdas, percuma. Murid berakhlak tapi tak bernalar logis, omong kosong. Berkepribadian santun namun malas belajar, sia-sia. Bersikap penolong tapi suka membolos sekolah, tidak berguna.
Pandai tapi pelawan, tak ada manfaat. Berpikir kritis namun cabul, tidak ada artinya. Pembaca buku yang rajin namun pembohong, mubazir saja.
Jadi semua saling berkaitan, itulah arah kualitas. Tidak setengah saja. Hanya karakter saja tapi menafikan aspek pendukung lainnya.
Bicara kualitas sebagai target Menteri Nadiem, berarti mencakup semua keunggulan dan kehebatan murid Indonesia. Hal itu ditopang dari segala lini. Religi, karakter, intelektualitas, kreativitas, visioner-inovatif, kebangsaan.
Saat ini kiranya yang sudah masuk fase pembahasan adalah lompatan tentang kualitas. Ketika mengkonsep capaian kualitas, maka kebaikan lain di belakangnya telah hadir.
Salah satunya: pendidikan karakter.
Karakter murid di ruang pendidikan hanya sub-bagian dari kualitas. Masih ada hal lain yang perlu dilampaui. Dan Menteri Nadiem sedang membawa ke arah lebih jauh lagi.
Untuk membawa capaian yang jauh itu dan sesuai dengan semangat zaman, maka "kendaraan" digunakan Menteri Nadiem adalah Merdeka Belajar.
Bisa dipahami, program yang digelar Menteri Nadiem bukan setengah-setengah pembentukkannya. Semua secara utuh bidikannya. Sebab, hanya menyasar fokus pada satu sisi saja akan mengabaikan syarat lainnya. Pendidikan Indonesia akhirnya tetap jalan di tempat *
Ikuti tulisan menarik Ahmad Irso Kubangun lainnya di sini.