x

Iklan

mibo XXX

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 Januari 2020

Senin, 20 Januari 2020 08:29 WIB

Pengader Revolusioner dalam Menjawab Problematika Umat di Era Post Truth

HMI adalah anak kandung sejarah, yang melahirkan momentum-momentum perubahan untuk menata arah perjalanan bangsa ke arah yang lebih baik lagi, sehingga di zaman post truth ini pengader HMI jangan sampai tidak bisa memverifikasikan kebenaran absolut. Para pengader harus memainkan peran kebangsaan yang vital dalam menjaga peradaban bangsa yang lebih baik. Para pengader harus mampu memformulasikan gagasan-gagasan revolusioner dalam membentuk kader yang militan dan tidak mudah tergerus zaman.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebuah organisasi mahasiswa yang masih tetap eksis dalam dinamika zaman yang saat ini telah mengalami perubahan-perubahan dan juga telah menghadapi berbagai macam ancaman, tetapi tetap menunjukkan sebuah ghirah perjuangan yang tak pernah lekang oleh waktu.

Amanat penderitaan rakyat yang sampai saat ini menjadi sebuah cita-cita dari revolusi kita yang belum selesai. Saat ini HMI masih konsisten dalam melakukan setiap proses perkaderan untuk mempersiapkan kader-kadernya menghadapi tantangan kebangsaan di masa depan, revolusi tidak hanya terjadi di Indonesia tapi semua umat manusia di seluruh dunia melakukan usaha untuk terus melakukan perubahan, dan kalau revolusi di Indonesia dikatakan selesai maka bersiaplah Indonesia akan digilas sendiri oleh rakyatnya. Sehingga kekonsistenan HMI dalam melakukan training-trainingnya harus tetap dijaga tapi bukan berarti meninggalkan sebuah bentuk ijtihad lapangan agar tidak meninggal sebuah discovery yang pada akhirnya menemukan sebuah inovasi nilai perkaderan.

Dari sekian fase yang dihadapi oleh HMI, baru kali ini kader-kader HMI merasa kalau HMI kian meleset dari tujuan luhur para pendirinya, salah satunya, adalah mengembangkan nilai-nilai ke-islam-an, ini sebenarnya yang menjadi keresahan bagi segelintir kader yang menyadari akan pentingnya melakukan pembaharuan terhadap nilai-nilai ke-islam-an, sehingga Islam tidak kembali pada sebuah keasingan bagi pemeluknya, karena Islam tidak lagi menjadi solusi terhadap problem yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melihat kader-kader HMI saat ini yang sudah kian menjauh dari ajaran qur’ani (Islam), yang kemudian banyak kader HMI yang tidak bisa membaca dan menulis Al-Qur’an, ini salah satu problem yang cukup mendasar dan tidak perlu dipahami dengan teori logika yang rumit, dan itu sudah bisa dijadikan bukti kalau banyak kader HMI yang sudah kian tidak memahami akan sebuah nilai yang ada dalam Islam, sehingga Islam hanya dipandang sebagai bentuk dari doktrin belaka tapi tidak dipandang sebagi ilmu pengetahuan, padahal kata Natsir kalau agama yang benar adalah agama yang tidak hanya bisa menentramkan buat diri pemeluknya saja, tapi juga mampu menjawab kegandrungan intelektualnya.


Kemudian, di era milineal ini post-truth sangat cepat berkembang layaknya virus yang datang menghampiri manusia melalui media sosial dan sejenisnya. Istilah post truth tidak hanya identik dengan arti pascakebenaran, tetapi sesuatu yang melampui kebenaran. Karena itu ketika sesuatu melampui kebenaran maka yang muncul adalah kebohongan, kepura-puraan, ilusi, dan dusta. Validitas informasi di era post-truth saat ini tidak menjadi parameter dari kelayakan suatu informasi, relatifitas berita menutupi mutlak dan tidaknya suatu berita. Media mengatur pola pikir masyarakat bisa kapan saja sesuai dengan wacana yang ingin dimunculkan oleh media.


Di zaman post-truth ini, dimana suatu kebohongan yang dikampanyekan secara terus menerus  dan sistematis akan menjadi suatu kebenaran, disnilah kebohan mengendalikan kehidupan sosial, hoax dan ujaran kebencian terus diproduksi. Sebagai sebuah entitas yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia, HMI adalah anak kandung sejarah, yang melahirkan momentum-momentum perubahan untuk menata arah perjalanan bangsa ke arah yang lebih baik lagi, sehingga di zaman post truth ini pengader HMI jangan sampai tidak bisa memverifikasikan kebenaran absolut. Para pengader harus memainkan peran kebangsaan yang vital dalam menjaga peradaban bangsa yang lebih baik. Para pengader harus mampu memformulasikan gagasan-gagasan revolusioner dalam membentuk kader yang militan dan tidak mudah tergerus zaman.

 

Peran Pengader HMI Dalam Pembangunan Peradaban Indonesia

HMI bermetamorfosa dalam menjalankan peran-peran kebangsaannya, namun apapun posisi dan perannya, kader-kader HMI tetap saja menjadi bagian dari entitas keluarga besar HMI yang menjadi pilar dalam mempertahankan nilai-nilai kebangsaan dan keislaman. Pada mulanya, peran HMI adalah sebagai organisasi perkaderan, dengan segenap nilai dan metodologi yang dimiliki untuk membina kader-kader umat dan bangsa menjadi insan ulil albab untuk menjadi pemimpin di masa mendatang. Tentunya dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan seorang pengader yang memiliki konsep dan visi revolusioner dalam mendidik kader untuk mencapai kemaslahatan umat dan bangsa. Kumpulan dari kader-kader ulil albab tersebut membentuk sebuah jaringan epistemic community yang merupakan wujud HMI sebagai kelompok strategis. Network ini memiliki sejumlah agenda untuk terus menggulirkan rekayasa sosial hingga cita-cita dan tujuan dari islam dan peradaban Indonesia tercapai.

Di zaman post truth ini telah menghantarkan peradaban umat manusia ke dalam suatu kondisi, dimana melalui pencapaiaan taraf teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi membuat ruang dan waktu tidak lagi menjadi hambatan signifikan bagi aktifitas kehidupan manusia, terutama di bidang ekonomi sebagai faktor utama yang membangun kesejahteraan sebuah bangsa. Dampak penyebaran informasi yang begitu meluas sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan iklim kehidupan manusia, perebutan wacana yang bergulir kini sejalan dengan kepentingan politik, keadaan ini semakin dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk mencari keuntungan, dan sekaligus merugikan orang banyak, ini disebabkan karena media telah dilogikakan sebagai alat kepentingan, bukan lagi sebagai media yang sebagaima kita ketahui seharusnya. 

Di tengah pesatnya arus informasi kita dituntut untuk berpikir kritis. Validitas suatu informasi saja tidak menjadi cukup. Diperlukan kecermatan terhadap siapa yang mengatakan informasi dan untuk kepentingan siapa hal itu disampaikan serta siapa yang diuntungkan dari suatu informasi tersebut. Maka untuk menghindari fenomena hoax, propaganda ujaran kebencian serta lain sebagainya,  sikap kritis sangat diperlukan dalam kondisi seperti  ini. Bersamaan dengan kepentingan politik saat ini di Indonesia, maka  secara otomatis media tidak terlepas dari strategi politik, media mengambil peran sentral dan merupakan instrumen yang strategis dalam membentuk dinamika dan mempengaruhi wacana. Media bertugas membranding para aktor politik sekaligus menjadi senjata bagi lawan-lawan politik aktor pada waktu tertentu. Sikap kritis masyarakat  tidak saja  kepada informasi yang diterima, namun juga kepada media yang menginformasikan berita. Emosinal masyarakat sangat rentan terpengaruh oleh pengolahan informasi. 

Kita sebagai generasi muda yang hidup di zaman post truth ini seperti ini, tidak boleh menegembangkan sikap permisif menghadapi keadaan ini. Tugas peradaban telah memanggil kita untuk menemukan kembali masa depan peradaban Indonesia yang sempat hilang di tangan generasi munafik. Dalam gejolak seperti inilah seorang pengader HMI yang mempunyai tanggung jawab dalam mencerahkan umat dan melepaskan umat dari belenggu ketidak adilan penguasa yang zalim harus menemukan kembali re-intrepretasi keindonesiaan dalam perkaderan yang kompatibel dengan zaman ini. Bagaimana menciptakan kader yang dapat membentuk politik yang berdaulat, ekonomi yang berdikari dan berkepribaadian dalam kebudayaan bangsa. Karena proses menemukan kembali ini, merupakan proyek tiap generasi yang mencoba untuk menangkap gejala-gejala pergerakan zaman, yang coba untuk dikontekskan dengan kehidupan bangsa kita, dan dengan begitu eksistensi peradaban kita tetap terjamin mengarungi persaingan global.

Selain kita generasi muda, siapa lagi yang dapat menyelamatkan keadaan ini? Hampir pasti dikatakan tidak ada. Virus munafik telah menghinggapi setiap unsur dari generasi terdahulu. Kenapa harus generasi muda, dalam hal ini pengader HMI yang harus menjadi pilar perubahan? Karena ada tiga pilar utama yang menentukan eksistensi dan superioritas suatu bangsa.

Pertama, keyakinan atau pandangan bangsa itu tentang kekuatan dan keunggulan bangsa tersebut atas bangsa lain. Kedua, kemampuan bangsa tersebut dalam menginterpretasikan secara intelektual dan saintifik atas keyakinan tersebutdalam realitas kehidupan. Ketiga, adanya manusia par excellence yang berani dan cerdas untuk mendasarkan hidupnya atas keyakinan tersebut secara penuh dan komprehensif.

Pengader HMI memiliki semua persyaratan untuk bisa mengemban misi peradaban bangsa tersebut, karena kadderisasi HMI bertujuan merekayasa seorang anak peradaban yang kreatif dan pioneer. Proses perkaderannya dilakukan dengan cara merumuskan ulang tentang konsep kebangsaan dan keislaman dengan menggunakan metode interaksi yang berbeda terhadap teks keagamaan yang sakral dan disertai pemikiran-pemikiran kebangsaan yang tidak lepas dari konteks zamannya. Memiliki rasa Nasionalisme yang tinggi, dan siap berjuang untuk mewujudkan mimpi-mimpi dari kejayaan peradaban bangsa atas dasar ridho Allah SWT.

Sebagai konsekuensinya pengader HMI memiliki peran-peran vital dalam masalah kebangsaan di Indonesia yang embeded dengan aktivitas perjuangannya. Setidaknya ada tiga peranan penting yang dimiliki oleh pengader HMI bagi proses kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Pertama, pengader HMI sebagai pedagogi kritis. Sebagai seorang pengader fungsi utamanya adalah mendidik putra-putri bangsa, muslimin dan muslimah pilihan yang berada pada jenjang perguruan tinggi untuk menjadi pemimpin umat dan bangsa nantinya di masa yang akan datang.

Peran kedua, pengader HMI sebagai kelompok strategis. Pengader insan ulil albab dari seluruh pelosok nusantara harus bisa membentuk sebuah jaringan epistemic community yang terkoneksi oleh karena adanya kesamaan gagasan, ide, visi, dan misi perjuangan, serta tidak terpengaruh oleh perbedaan yang sifatnya lokal.

Potensi ini menjadikan HMI sebagai aset penting bagi bangsa Indonesia, sebagai sumber perekrutan regenerasi “elite-elite modern muslim nasionalis” dan wadah cross cutting dari sekian banyak perbedaan yang melingkupi masyrakat Indonesia. Dengan begitu HMI mampu menjadi partner strategis baik bagi pemerintah maupun rakyat ketika berperan dalam kancah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Peran ketiga, pengader HMI harus sebagai kelompok kepentingan. Pada dasarnya, sebuah nilai, ide, doktrin, maupun ajaran tidak berjalan di ruang yang hampa dan bebas dari nilai lainnya bila ia ingin termanifestasi di dalam ruang kehidupan yang nyata. Nilai-nilai tersebut harus mampu berinteraksi dengan banyak faktor lain diluar dirinya dan juga ia harus sesuai dengan konteks zaman dimana ia berada.

Pada dasarnya pengader HMI harus menjadi kelompok intelektual yang terus membuat formula baru dalam merancang kemaslahatan kepentingan umat manusia secara menyeluruh. Maka dari itu melalui kekuatan elite, jaringan dankeintelektualitasnya tersebut, HMI alat untuk ideologisasi alam bawah sadar masyarakat melalui rekayasa sosial agar nilai-nilai yang dianut oleh HMI tersebut dapat menjadi ruh dari kehidupan masyarakat.

Jadi, kepentingan HMI terhadap politik tidak kekuasaan un sich melainkan HMI menjadikannya sebagai salah satu jalur mekanisme perjuangan. Ini merupakan manifestasi kader HMI sebagai intelektual organic, ia tidak boleh hidup di menara gading diantara megahnya kampus-kampus tetapi harus turun ke bawah memberi pencerahan dan menyadarkan rakyat akan perlunya sebuah perubahan sosial demi tercapainyya tujuan.

Merancang Revolusi Mindset Kader Milenial Di Era Post Truth


Menghadapi kondisi zaman post truth seperti saat ini, generasi muda harus melakukan penafsiran ulang dan kritis terhadap kontemporer Indonesia. Mengenai apa dan bagaimana cara terbaik untuk segera menyelamatkan peradaban di Indonesia. Dunia yang sedang bergerak menuju suatu zaman yang tidak pernah dialami dan tidak dapat diramalkan keadaanya oleh manusia manapun. Dengan demikian membutuhkan strategi khusus dan taktik jitu untuk dapat membangun dan mempertahankan eksistensi peradaban kita. Jurang kehancuran kapitalisme yang semakin dekat, tumbuhnya kutub-kutub kekuatan ekonomi, politik, dan militer baru di dunia, merupakan gambaran sederhana dari pertarungan antar peradaban yang semakn meruncing. Kesemuanya itu di dorong oleh motif semakin menipisnya sumber daya alam dan meningkatnya jumlah penduduk menjadi pola relasi tarik menarik kepentingan internasional di era post truth ini.


Perubahan sosial yang terus terjadi seiring dengan perkembangan peradaban umat dan bangsa Indonesia, tentu saja memiliki implikasi bagi tumbuh kembangnya HMI di dunia pergerakan pemuda dan mahasiswa. HMI hari ini telah hilang sentuhan kulturnya, karena kegiatan perkaderan organisasi telah kehilangan ruh kekritisan dan progresifitasnya, sekedar menjadi kewajiban menjalankan rutinitas belaka. Padahal saatnya peran pergerakan pemuda dan mahasiswa yang utama adalah untukmelakukan perubahan, pembaharuan dan pembangunan di dalam peradaban bangsanya. Untuk itu apabila HMI ingin kembali ke jalurnya, maka HMI perlu menyegarkan orientasi aktifitas organisasinya sebagai organisasi pergerakan dengan menciptakan sejarah baru, sejarahnya generasi transisi.


Langkah pertama yang perlu di ambil HMI dalam zaman post truth ini adalah perlu adanya revolusi mindset, tentang nilai kebangsaan dan peradaban Indonesia. Sebuah pemahaman baru mengenai “ilmu tua” tentang cita-cita luhur membangun peradaban Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, namun dengan cita rasa futuristik yang sesuai dengan kontes dunia saat ini yang semakin modern dan rasional. Oleh karena itu, HMI harus mampu mengubah mindset dirinya sendiri secara khusus dan generasi muda (terutama muslim) secara umum dengan tiga konsep pokok.

Ketiga konsep tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, konsep pengilmuan islam, sebagai pengejewantahan objektifikasi nilai-nilai islam ke dalam kehidupan masyarakat. Kedua, konsep keadilan sosial dan keadilan ekonomi sebagai jalan menghapus ketidakadilan dan penindasan modal dalam tatanan kehidupan rakyat Indonesia. Ketiga, Konsep Nasionalisme Progresif, sebagai jalan untuk mereinterpretasi keindonesiaan di era post truth, demi terjaganya kepentingan bersama rakyat Indonesia untuk mewujudkan cita-cita luhur pembentukan bangsa ini.

Ketiga konsep tersebut disempurnakan oleh manajemen strategis organisasi guna memaksimalkan fungsi HMI baik sebagai organisasiperkaderan, sebagai epistemic community, maupun sebagai kelompokkepentingan sehingga tiap jengkal potensi yang dimilikinya dapat menjadi sumber daya bagi perjuangannya.

Ikuti tulisan menarik mibo XXX lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler