Sering kali ketika berwisata menuju suatu wilayah, yang dikunjungi adalah tempat-tempat umum atau mainstream, yang selalu muncul di mesin pencari ketika mengetik ‘tempat yang cocok untuk dikunjungi’ atau ‘what to visit in….’. Jarang sekali wisatawan berkunjung ke lokasi-lokasi yang tidak muncul di mesin pencari. Beberapa penyebabnya adalah karena tidak ada satupun pihak yang mengulas tempat tersebut dan belum ada yang memiliki ide untuk menjadikan tempat itu sebagai destinasi wisata.

Ketika satu pihak berpikir tempat tersebut sepertinya belum bisa diidentikkan sebagai destinasi wisata, sebetulnya yang tersirat adalah belum adanya pikiran lebih lanjut mengenai pengelolaan dan nilai apa yang ingin diunggulkan dan bagaimana mengemas supaya nampak lebih unik. Daya kreatif tersebut yang harus digugah untuk muncul.

Salah satu hidden gem yang jarang dikunjungi adalah hutan mangrove. Di beberapa wilayah memang sudah ada yang menjadikan sebagai tujuan wisata, namun di beberapa tempat, hutan mangrove hanya dikenal sebatas lanskap lingkungan saja. Seperti yang dijumpai di Jakarta saat awal-awal sebelum wisata hutan mangrovenya menjadi hits di kalangan warga. 

Wilayah lain di Indonesia yang memiliki hutan bakau adalah Teluk Semanting di Kabupaten Berau. Kawasan hutan mangrove ini dahulu sepi dan hanya dilewati wisatawan ketika akan menuju Pulau Derawan. Padahal di kawasan ini selain terdapat mangrove, wisatawan juga bisa menyaksikan aneka monyet bekantan (nasalis lavartus) yang hidup di pohon-pohon mangrove serta beraneka jenis burung.

Bupati Berau, H. Muharram melihat fenomena ini berpotensi dan mengajak warga untuk terus berkreasi dengan potensi kampung masing-masing. Dengan visi beliau untuk memajukan potensi tiap kampung, maka warga pun akhirnya bergerak untuk membuat aneka kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan, seperti menanam mangrove di lahan khusus yang sudah disediakan.

Ikuti tulisan menarik Mentari Pagi lainnya di sini.