x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Sabtu, 15 Februari 2020 17:43 WIB

Indonesia Dihuni Orang-orang Galak

Zaman now makin banyak orang-orang galak. Emosional lalu menyalahkan orang lain, menuduh realitas. Sebutlah, orang galak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seorang kawan saya bercerita. Katanya punya teman akrab tapi galak. Orangnya mudah marah, gampang meletup-letup. Emosional gitu, katanya. Hampir setiap hari, bertutur tentang kemarahan, hujatan, bahkan caci maki. Siapapun dianggap salah. Mulai dari orang lain yang tidak kenal, orang lain dikenal, bahkan negara pun digalakin. Katanya, semuanya gak becus. Harusnya begini, harusnya begitu kata si kawan saya yang galak itu.

 

Saya pun gak punya saran. Hanya mendengarkan. Sambil berpikir dan bertanya, “kenapa harus galak ya?”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Memang bisa jadi, orang galak makin banyak di zaman now.

Orang-orang yang temperamen. Dan tidak boleh melihat orang lain berbuat kesalahan sedikitpun. Apalagi bila orang lain itu beda pendapat, beda pilihan. Semua disikapi dengan galak. Tanpa peduli yang penting galak. Lupa pada kelembutan, lalai pada kesantunan. Hingga menyurus deras dari karakter pribadi hingga ke lini masa media sosial.

 

Orang-orang galak. Semuanya harus sama dengan yang diinginya, harus sama dengan apa yang dipikirkannya. Di mata orang galak, tidak ada istilah “bila gak bisa sama kenapa gak boleh beda?”. Orang galak yang selalu memaksa kehendak. Mudah nyolot, gampang menyalahkan orang lain. Lalu lupa, bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna. Orang galak pun menyalak.

 

Orang-orang galak. Sedikit-dikit marah. Sebentar-sebentar berteriak. Samnbil “menuduh” orang-orang tidak sepaham atau yang tidak disukainya salah. Saking galaknya, sesuatu yang tidak perlu diributkan malah diributkan. Sambil menebar kebencian, mengumbar hujatan ke sana ke sini. Orang-orang galak sulit untuk berhenti menyalak.

 

Orang-orang galak itu kadang lupa.

Bahwa mereka sudah dirasuki pikiran buruk, prasangka yang negatif. Apapun yang diperbuat orang lain bahkan negaranya salah. Apapun yang diperbuat orang yang tidak disukainya pasti salah. Orang galak lupa. Menurut hukum manusia itu, orang yang dituduh itu adalah ”benar” alias tidak bersalah. Tapi sayang, kata orang galak “orang yang tertuduh itu dianggap bersalah hingga terbukti kebenarannya”. Buat orang galak “kebenaran” itu ada di tangan mereka, bukan di tangan Tuhan.

 

Walau tidak tahu banyak tentang suatu hal. Atau tidak punya bukti yang cukup. Orang galak bilang lebih baik menyangka terlebih dulu. Lebih baik menuduh daripada membiarkan, begitulah motto orang galak. Pokoknya, orang yang gak disuka harus salah, apapun caranya.

 

Lagi-lagi, orang galak. Bila tidak sama maka tidak boleh beda, katanya.

Kebenaran hanya menurut versinya sendiri. Dia peduli pada urusan sendiri. Obsesinya atau harapannya harus tercapai. Dan realitas yang tidak sesuai dianggap bukan kenyataan. Boro-boro peduli pada orang lain. Orang galak hanya ingin, pikirannya benar dan jadi kenyataan. Walau itu hanya sebatas mimpi…

 

Orang galak selalu membela pendapatnya. Orang galak lupa. Bahwa pendapatnya bisa salah. Dan pendapat orang lain pun bisa jadi “pencerahan” untuk dirinya. Bahwa berbeda pandangan itu lazim. Dan pasti terjadi di belahan bumi manapun.

 

Orang galak harus menyalak, orang galak selalu menyentak.

Tidak perlu baik, yang penting galak. Tidak perlu dekat, asal tetap jauh. Tidak perlu hangat, yang penting dingin. Bahkan tidak perlu sama, yang penting berbeda.

 

Coba deh bertanya, kenapa sih harus galak? Galak itu boleh, tapi jangan lupa pula lunak … Salam ciamik #OrangGalak #TGS

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

17 jam lalu

Terpopuler