Hari ini saya sedih, ditulis dari negeri jauh yang tidak pernah dijajah sama sekali oleh bangsa lain.
Karena apa? karena pemimpinnya saat itu sangat pintar dan cerdik. Kecintaan terhadap rakyatnya dia buktikan dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya lewat fisik namun akal pikiran supaya rakyatnya tidak tersakiti.
Tahu kan, jika Thailand adalah negara satu-satunya di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Hal ini karena pada pemerintahan raja masa itu mereka melawan. Bukan dengan fisik tapi dengan dignity dan smart. Dengan kecintaan yang terbaik untuk rakayat. Beliau tahu perperangan fisik, apapun itu selalau akan menyakiti dua belah pihak, apalagi yang merasa dirinya lebih inferior dari musuhnya. bukan hanya fisik, dan harta yang habis, namun nuansa kebatinan yang akan dibanting setelahnya.
Tapi raja Thailand saat itu tahu akan hal tersebut, maka beban bangsawan yang bukan hanya membawa kemewahan tapi juga beban negara nasib rakyat seluruh negeri.
Caranya adalah, raja saat itu belajar bahasa Inggris, berpakaian dan beradat beradab seperti bangsa barat. Sehingga para penjajah itu tidak melihat bangsa Tahiland sebagai mangsa jajahan yang empuk, penuh akan kebodohan, dan ketidak beradaban. Pun raja tersebut kemudian mengirim pangeran dan tuan putrinya untuk bersekolah di luar negeri. Sehingga hampir semua royal family saat itu bisa berbahasa inggris.
Di lain cerita, tahun-tahun tersebut Indonesia mulai di jajah, oleh Belanda 350 tahun, lalu bergantian Inggris, Jepang, Portugis. semua berdatangaan karena dianggap Indonesia adalah surga duniawi yang murah dan pribuminya sangat mudah dibodohi. dan kini, rasa itu masih mengalir dalam benak siapa saja masayarakat kita. bahwa memang nasib kita terlahir seperti ini. Beberapa saat sebelum ini, sebelum saya ke luar negeri saya merasa bahwa memang bangsa kita inferior. Tapi setalah mencicipi sebagai global citizen disini, bercengkerama dengan orang-orang barat dan negara serumpun ya kita sebenaranya sama saja, sebagai manausia.
Dan hari hari ini, hari berkabung negeri. Setelah di tinggal sosok negarawan penuh cinta Bapak Demokrasi, Eyang Habibie, mati pula hasil jerih payah reformasi. Seakan Orba bangkit dan menujukan silent killer-nya lagi. Seakan semua penjahat ini satu persatu bermunculan dan merayakan kemenangan atas kalahnya rakyat melawan penguasa korup.
Tidak menyangka di usia produktif saya di perkuliahan, sebagai mahasiswa semester 7, saya harus menjadi saksi matinya KPK. Kiamatlah Pemberantasan Korupsi. Berbagai jeritan rakyat dari berbagai kalangan pun memantul secara mentah. Tidak di gubris.
Semakin nyata terlihat skenario jahat bagi negeri ini. oleh orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai wakil rakyat.
Ah betapa sedihnya menyaksikan hari-hari suram negeri sendiri, apalagi saat saya di tengah lingkungan masyarakat global yang terus maju.
Betapa senang sekali mendengar cerita-cerita moral tinggi para negarawan dahulu. Moh Hatta, Buya Hamka, Agus Salim, Sri Sultan HB IX, dan deretan putra-putri terbaik bangsa lainnya.
Mentang-mentang tidak ikut berjerih payah dalam kemerdekaan secara langsung, jangan sampai bangsa Indonesia yang sekarang berlaku amoril dan semena-mena.
Bagaimanapun negara ini pernah bermandikan pejabat penuh integritas. Yang memiliki standar moral tinggi untuk menghindari kepentingan dan korupsi dalam ranah pejabat publik. Yang amat sangat tinggi menghormati kemerdekaan. Yang mencintai tanah air dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga.
Ikuti tulisan menarik alfiyatul laeli lainnya di sini.