x

satu pintu

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 19 Maret 2020 14:35 WIB

Satu Pintulah dalam Tip Corona!

Maksud hati membantu, namun bila setiap yang merasa tahu dan ahli lalu berbagi tips tentang pencegahan virus Corona, bagaimana?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat kita sewajibnya bersatu melawan virus corona, dan Kementerian Kesehatan  (Kemenkes) RI menjadi ujung tombak dari pintu segala informasi, khususnya terhadap pencegahan dan panduan untuk masyarakat agar satu visi misi dalam hal memandu, mengarahkan, mengedukasi, hingga menjadi teladan masyarakat, kini justru sang Menteri diusulkan untuk dicopot oleh berbagai pihak karena dianggap kurang mampu dalam hal bencana wabah virus corona ini. 

Setali tiga uang, khususnya di media sosial (medsos), malah terus tersebar informasi, arahan, atau anjuran, dan lain sebagainya dari para insan yang merasa ahli di bidangnya dengan menyebarkan informasi yang membikin masyarakat jadi mudah turut memviralkan, meski informasinya belum tentu terekomendasi oleh pihak berwenang atau pemerintah. 

Ada petugas medis yang sampai menulis surat terbuka untuk Presiden. Banyak petugas medis atau praktisi serta yang mengaku ilmuwan, juga tak ketinggalan memberikan informasi dan panduan yang sumbernya juga tak valid, maksudnya membantu masyarakat mencegah virus corona. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jadi, informasi dan panduan tentang pencegahan virus corona serta obat-obatan yang memungkinkan dapat membantu meringankan untuk atisipasi pun sangat mudah beredar, dari berbagai sumber yang boleh dikatakan hampir semua tak terekomendasi oleh stakeholder terkait dalam hal ini Kemenkes RI. 

Sebagai contoh, di medsos malah ada arahan dari seorang dosen biologi sebuah perguruan tinggi ternama, malah meminta masyarakat tidak mengkonsumsi/minum kunyit dan temulawak karena mengandung curcumin. 

Sebabnya, beberapa penelitian dari jurnal ilmiah telah membuktikan bahwa curcumin meningkatkan ekspresi enzim ACE2  yang merupakan receptor Covid-19, sehingga membuat tubuh lebih mudah menerima Covid-19. 

Hal tersebut juga didukung oleh seorang profesor bahwa dari literatur yang mereka baca, curcumin dapat meningkatkan ekspresi ACE2 receptor. Sehingga sebagai kesimpulan, untuk sementara kunyit dan temulawak justru dihindari khusus untuk tipe virus ini. 

Sebab, pernyataan tersebut disampaikan oleh ahli, tersebar dan viral di medsos, lalu apakah menjadi berita yang benar atau hoaks, dan juga banyak informasi sejenis yang terus setiap detik muncul dan viral di medsos, maka memang sudah saatnya, Kemenkes RI menertibkan simpang siurnya berbagai informasi dan panduan tentang pencegahan virus Corona dari berbagai sumber yang banyak mengatasnamakan dirinya tenaga medis, dokter, ilmuwan atau praktisi biologi dll. 

Bahkan pernyataan tersebut kontradiksi dari apa yang dianjurkan oleh Presiden Jokowi menyoal kunyit dan temulawak.

Sejatinya, semua informasi menyangkut panduan dan tips pencegahan virus Corona dari berbagai pihak dan sumber, tetap hal yang positif, namun "liar dan bebasnya" mereka menjadi pemandu "tak resmi" justru membikin masyarakat resah. 

Panduan, informasi, dan tips mana yang seharusnya diikuti. Sementara anjuran resmi pemerintah yang dipahami masyarakat adalah berdiam diri di rumah, bekerja di rumah, belajar di rumah, beribadah di rumah, bila berada di lingkungan umum/sosial, menjaga jarak, lalu menjaga kebersihan dan kesehatan. 

Sederhannya, silakan pemerintah mencegah penyebaran informasi dan panduan dari para petugas medis/dokter/praktisi kesehatan secara sendiri-sendiri. 

Arahkan dan berikan kepercayaan kepada masyarakat, informasi dan layanan yang benar adalah dari pemerintah. Bukan seperti sekarang, seolah semuanya turun gunung menjadi "tim ahli". 

Banyak sekali pintu-pintu, yang seharusnya, pemerintah bisa bersikap tegas agar masyarakat percaya dan hanya mengikuti satu pintu arahan dan informasi dari pemerintah.

Bagi para petugas medis, dokter, yang merasa ahli dan praktisi, juga setop menjadi pahlawan meski maksudnya juga tak salah.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler