x

Markas OPEC di Wina, Austria.[REUTERS]

Iklan

Makmun Syadullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2020

Selasa, 14 April 2020 08:57 WIB

Perang Minyak Saudi-Rusia dan Reaksi Amerika

Pertempuran epik untuk menguasai minyak antara Rusia dan Arab Saudi telah memperbesar kekacauan coronavirus di Wall Street. Harga minyak jatuh ke posisi terendah dalam 18 tahun terakhir. Stok energi hancur dan hasil junk-bond energi mengalami lonjakan. Bagaimana industri minyak Amerika akan bertahan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Reaksi Amerika

Penolakan Rusia untuk memotong produksi menampar produsen minyak AS yang membutuhkan harga minyak yang lebih tinggi untuk bertahan hidup. Untuk itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengambil langkah untuk mengenakan tarif pada impor minyak mentah, hal ini guna melindungi melindungi puluhan ribu pekerja energi dan perusahaan besar yang menghasilkan semua pekerjaan dari jatuhnya harga minyak.

Sebagaimana diketahui bahwa Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi produsen minyak terbesar di dunia, dan menempatkan ekspornya dalam persaingan dengan Rusia dan anggota OPEC.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun di sisi lain, pengenaan tarif pada impor minyak mentah mendapat reaksi negatif, terutama American Petroleum Institute dan American Fuel and Petrochemical Manufacturers, karena akan membahayakan bisnis penyulingan dalam negeri yang masih bergantung pada minyak mentah dari luar negeri. Menurut U.S. Energy Information Administration, Amerika mengimpor lebih dari 1 juta barel minyak per hari dari Rusia dan Arab Saudi pada tahun 2019.

Pemerintahan Trump mungkin akan mempertimbangkan untuk ikut campur dalam perang harga minyak Saudi-Rusia atau mempertimbangkan untuk mengurangi produksi minyak mentah untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, karena produsen AS menderita dari kejatuhan harga yang bersejarah.

Pada masa lalu, Presiden Trump pernah memalukan OPEC karena menjaga harga minyak terlalu tinggi. Sekarang, Rusia sengaja menahan harga dalam upaya untuk menggagalkan booming shale oil Amerika. Dan Arab Saudi menghukum Rusia dengan meningkatkan produksi pada waktu yang paling buruk.

Pertempuran epik untuk menguasai minyak antara Rusia dan Arab Saudi telah memperbesar kekacauan coronavirus di Wall Street. Harga minyak jatuh ke posisi terendah dalam 18 tahun terakhir. Stok energi hancur dan hasil junk-bond energi mengalami lonjakan. Untuk bertahan, industri minyak Amerika memangkas pengeluaran, memotong dividen dan mempersiapkan PHK. Tak terhitung pekerja bisa kehilangan pekerjaan.

Ikuti tulisan menarik Makmun Syadullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler