x

Sekjen

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 18 April 2020 06:00 WIB

Drs. Supartono, M.Pd: Siapa Layak Menjadi Kandidat Sekjen PSSI?

Tugas Sekjen PSSI sangat berat. Sayang PSSI harus melepas Ratu Tisha yang hampir sempurna duduk sebagai Sekjen. Sulit mencari pengganti Sekjen sekelas Tisha.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tugas Sekjen PSSI sangat berat. Sayang PSSI harus melepas Ratu Tisha yang hampir sempurna duduk sebagai Sekjen. Sulit mencari pengganti Sekjen sekelas Tisha.

Setelah saya menulis Kisah Ratu Tisha dan Panggung Sandiwara PSSI pada Kamis, (16/4/2020) di Kompasiana.com, tenyata saya diberikan bocoran menyoal kandidat Sekjen PSSI baru, yang model pemilihannya langsung dikontak oleh pihak PSSI kepada para calon. 

Tidak ada lagi pembukaan lowongan seperti era kepemimpinan Edy Rahmayadi yang sekadar settingan. Atas pesan yang saya terima, dari pihak yang tidak mau menyebut identitasnya, disampaikan bahwa Ketua Umum PSSI membutuhkan masukan dan saran dari pihak lain, untuk memilih siapa yang layak duduk sebagai Sekjen baru. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pihak tersebut berharap saya menulis tentang masukan, siapa dari kandidat-kandidat itu yang layak. Ternyata di luar sepengetahuan publik, hingga saya menulis artikel ini, PSSI telah menghubungi 11 (sebelas) kandidat calon Sekjen PSSI yang baru. Sebagai mantan pelamar kandidat Sekjen angkatan Ratu Tisha, saya cukup memahami siapa yang seharusnya dan selayaknya ada dikursi Sekjen PSSI, karenanya, waktu itu, saya pun melamar. 

Kini saat saya dimintai pendapat tentang calon kandidat tersebut, saya hanya tersenyum. Berikut bocoran kandidat itu: 1) Budi Setiawan ( mantan deputi sekjen pssi ), 2) M Kusnaini ( jurnalis ), 3) Ahmad Syaiqi ( mantan liga Amatir ), 4) Umuh Muhtar ( manager persib ), 5) Viola Kurniawati ( mantan Media officer persija ), 6) Rezza Lubis ( cEo IJL liga usia dini ), 7) Tommy Welly ( presenter ), 8) Moh Farhan ( mantan marketing persib ), 9) Aldi Karmawan ( wakil asprov Dki ), 10) Rudolf Paulus Yesaya ( mantan deputi sekjen pssi ), dan ada satu kandidat yang tidak disebut nama, namun dari instansi mana, saya tahu. 

Demi memastikan bahwa bocoran kandidat itu bukan hoaks, saya pun menghibungi salah satu kandidat yang sangat dekat dengan saya. Malah sebelum dapat bocoran itu, kandidat ini, sudah cerita bahwa beliau sudah dikontak PSSI. 

Saat saya kroscek lagi, saya mendapati penjelasan bahwa kandidat-kandidat tersebut dikontak PSSI, tidak semuanya mengarah pada persoalan Sekjen. Lalu, saat saya coba baca berita, sudah ada salah satu kandidat yang muncul di media massa. 

Kembali kepada permintaan pandangan tentang siapa kandidat yang layak menjadi Sekjen PSSI baru, sebetulnya dalam artikel Kisah Ratu Tisha dan Panggung Sandiwara PSSI sudah jelas. 

Maksud artikel tersebut, jelas bila di analisis dari judul, isi, solusi, dan kesimpulannya. Artinya, bila judulnya kisah, maka bagi saya cerita tentang Tisha dan sandiwara PSSI itu sudah usai. Pada isi, solusi, dan kesimpulan juga sudah jelas. Kasus mundurnya Tisha karena apa? Keinginan Ketua PSSI baru apa? Dan, tugas Sekjen harus seperti apa. 

Sebab, Tisha bukan pilihan Ketua Umum baru, dan mimbar PSSI juga ditarik kembali menjadi milik Ketua Umum, maka jelas bahwa siapa pun Sekjen baru nanti tidak harus memenuhi kriteria yang ideal. Toh, hanya akan di belakang layar, bukan seperti Tisha. 

Bila mau ideal, sosok Tisha sebagai Sekjen sudah hampir sempurna. Ada beberapa kekurangan yang di antaranya sudah saya sebut di artikel Kisah Tisha. 

Namun, kelebihan yang menonjol dari Tisha adalah penguasaan bahasa asing, yang sangat memudahkan dia dapat berkomunikasi langsung dengan stakeholder sepak bola mancanegara dan dunia. Ini, satu kelebihan yang dimiliki Tisha selain prasyarat ideal seorang Sekjen. 

Jujur, dari 10 nama kandidat tersebut, saya dapat mengatakan bahwa, bila syarat ideal menjadi Sekjen PSSI ada sepuluh item, maka dari masing-masing kandidat itu, tidak ada yang saya sebut memiliki prasyarat minimal menguasai 8 item alias mendapat poin 8. 

Paling, tidak, masing-masing kandidat itu, hanya menguasai bidang keahliannya, tetapi tak mumpuni secara ideal sebagai Sekjen. Ringkas kisah, menurut hemat saya, 10/11 kandidat itu belum ada yang layak menggantikan Tisha, bila mutlak harus duduk sebagai Sekjen. 

Selanjutnya, bila Ketum, mungkin hanya menjadikan Sekjen sebagai orang di belakang layar, maka prasyarat ideal itu tidak perlu dipikirkan, siapa saja dari 10/11 kandidat itu layak-layak saja di dudukkan di kursi Sekjen. 

Kecuali, Ketum akan menjadikan Sekjen sebagai "bemper" organisasi, seperti sepak terjang Tisha selama ini, maka harus dicari kandidat yang lain. 

Harus diingat bahwa tugas Sekjen sangat berat. Bila Sekjen tak mumpuni dan tak berkualitas, maka taruhannya organisasi PSSI akan kembali berantakan. 

Seharusnya, ibarat menanam pohon dari biji, begitu akhirnya tumbuh dan berkembang ada parasit atau hama menyerang pohon itu, yang dibasmi bukan pohonnya, tetapi, parasit dan hamanya. 

Kini, sudah pohonnya tumbang, saat pohon berkembang, tidak ada kaderisasi pohon lain. Meski coba dilakukan kaderisasi, pohonnya ternyata bukan pantas tumbuh di lahan PSSI. Itulah deskripsi organisasi PSSI sepanjang sejarah sejak lahir, tentang keorganisasian. Miskin kaderisasi. Yang ada hanya hanya gerbong ini, dan gerbong itu.

PSSi hanya sekadar menjadi "kendaraan" pribadi atau kelompok saja dan penuh dengan intrik, taktik, dan politik.

Begitu sedikit gambaran menyoal kandidat Sekjen PSSI yang baru. Siapa pun yang nantinya akan dipilih ketua, yakin sulit mengikuti jejak Tisha, dan PSSI bakal di terjang masalah lagi. Program utama PSSi selama ini, yang menjadi andalan adalah "program mengulang kesalahan". Itu catatan saya sejak puluhan tahun yang lalu bahkan 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler