Amerika Serikat kini telah menjadi negara dengan jumlah penderita dan tingkat kematian kasus corona tertinggi di dunia. Setelah sebelumnya dia berleha-leha dan bersantai-ria di awal Januari, kini Amerika mengalami kegaduhan luar biasa karena pandemi corona.
Awalnya China yang menjadi pusat perhatian dunia karena menjadi pusat menculnya virus Covid-19, kemudian disusul oleh Italia dengan tingkat kematian yang luar biasa. Sekarang giliran Amerika yang hanya dalam waktu hitungan hari ribuan korban corona berjatuhan, dan angka tersebut melebihi rekor-rekor negara-negara lainnya.
Dunia, khususnya penduduk Amerika Serikat patut menyalahkan Presiden mereka, Donald Trump dalam hal parahnya penyebaran virus corona di daratan Amerika. Bagaimana tidak, kebijakan Trump yang dinilai lamban oleh sebagian besar pihak merupakan salah satu faktor yang memperparah tingginya kasus penderita corona di seluruh negara bagian Amerika Serikat.
Bukti dari kelambanan dan sikap menyepelekan Trump adalah dengan banyaknya peringatan yang diabaikan dan ditanggapinya dengan santai ketika Amerika belum menjadi epicentrum seperti sekarang. Di akhir Januari, Sepekan setelah kasus pertama corona di Amerika muncul, seorang dokter dari Departemen Urusan Veteran, Dr. Carter Mecher, sudah memberikan saran dan peringatan kepada kalangan pemerintah pusat dan kelompok universitas tentang bahaya wabah corona yang berpotensi besar menyebar secara mengerikan di seluruh negara bagian.
Peter Navarro, penasehat perdagangan Trump juga memberikan peringatan tentang dampak dari corona yang akan menimbulkan resiko kematian setengah juta penduduk dan kerugian ekonomi triliunan dolar. Akan tetapi peringatan-peringatan tersebut baru di respon Donald Trump enam pekan kemudian.
Bukan hanya respon pemerintah pusat yang terlambat, kini Trump cenderung menyalahkan Pemerintah China karena dinilai tidak memberikan informasi tentang corona secara jelas, sekaligus memberikan intruksi bahwa daerah yang perlu melakukan lockdown hanya daerah dengan penduduk padat saja. The Times menyebutkan bahwa pembatasan perjalanan dari China sangat mempertimbangkan aspek ekonomi. Disusul dengan sikap individualis Trump yang melarang perusahaan besar produsen masker untuk menjual masker ke kanada, padahal negara tetangga Kanada sedang sangat membutuhkan.
Respon yang lambat, kebijakan yang tidak efektif dan informasi yang tidak transparan, kurang lebih seperti itu gambaran situasi di Amerika Serikat. Tidak jauh dengan yang dialami oleh Indonesia, hanya saja, mungkin pola hidup orang-orang Amerika yang cenderung sangat liberal dan apatis memperparah keadaan di sana.
Selanjutnya: Pertimbangan AS tidak melakukan lockdown
Ikuti tulisan menarik Hima Wati lainnya di sini.