Pertengahan Ramadhan, Penambahan Kasus Covid-19 di Indonesia Diprediksi Melandai

Kamis, 23 April 2020 11:01 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kendati di awal Ramadhan diprediksi masih akan diliputi suasana duka dampak pandemi virus corona, namun berdasarkan grafik hasil penelitian maka periode kritis (lereng kurva) akan terlewati pada 15 hari pertama bulan Ramadhan. Apa saja faktor yang membuat hal itu terjadi?

Umat muslim segera menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1441 H. Sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di tahun ini hadirnya Ramadhan diliputi suasana duka karena hampir semua Negara di seluruh dunia sedang berjuang melawan pandemi virus corona.

Banyak harapan dan doa dipanjatkan, agar wabah corona ini segera berakhir seiring datanya bulan nan suci. Namun berbagai penelitian memprediksi pandemi ini masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda di awal datangnya Ramadhan.

Penelitian terkait meredanya wabah Covid-19 di tanah air sudah dirilis beberapa lembaga penelitian maupun ilmuwan. Beberapa pakar dan ilmuwan memprediksi bahwa pada awal Ramadhan --diperhitungkan jatuh pada Jumat,  24 April 2020-- bangsa Indonesia masih dalam situasi darurat pandemi corona.

Pakar dan ilmuwan tersebut, diantaranya Prof. Amin Soebandrio dari Lembaga Eijmen dan ahli pengenalan pola dari Pemda DIY, Dr. Joko Hariyono. Keduanya memprediksi pada awal Ramadhan pertumbuhan jumlah kasus Covid-19 di tanah air sedang berada di lereng kurva penambahan kasus (periode kritis). Pada tanggal-tanggal tersebut angka penambahan kasus masih cukup tinggi, dan belum menunjukkan tanda-tanda Indonesia sudah masuk periode puncak kasus, bahkan lebih jauh lagi di periode pemulihan (recovery). 

Perlahan tapi pasti, kita harus mulai menerima bahwa pelaksanaan ibadah di awal Ramadhan harus tetap memperhatikan hal-hal seperti pembatasan sosial berskala besar, menjaga jarak fisik (physical distancing), dan rajin mencuci tangan. Lalu juga beribadah tarawih, tadarus dan iktikaf di rumah dan menghindari keluar rumah jika tidak terlalu penting serta kehati-hatian kita untuk selalu menjaga kesehatan serta daya tahan tubuh.

Demikian halnya dengan aktivitas di siang hari, kantor yang malaksanakan pelayanan harus membiasakan tamu dan karyawannya melakukan cuci tangan, melengkapi alat pelindung (masker) hingga melakukan pengecekan tamu serta karyawannya saat memasuki kantor, dan sebagainya agar operasional perusahaan dapat dilaksanakan secara aman dan berkesinambungan. 

Selanjutny: Angka prediksi sesuai dengan data yang diumumkan

<--more-->

Optimisme Meredanya Kasus Covid-19 di tanah air.

Kendatipun awal Ramadhan di prediksi masih akan diliputi suasana duka dampak dari pandemi virus corona, namun berdasarkan grafik hasil penelitian yang diperoleh bahwa periode kritis (lereng kurva) sudah akan terlewati pada 15 hari pertama bulan Ramadhan. Sebagaimana penelitian kami sebelumnya, “Prediksi Periode Penyebaran Kasus Covid-19 berbasis Konteks”, hasil simulasi penelitian yang telah dilakukan oleh Dr. Joko Hariyono ini diperoleh berdasarkan data harian kasus Covid-19 di Indonesia selama periode 2-21 Maret 2020, dimana tanggal 2 Maret adalah awal diketahuinya kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia.

Dari grafik tersebut diprediksi periode kritis (lereng kurva) terjadi pada rentang 40 sampai 70 hari (bertepatan dengan 10 April–10 Mei 2020). Di mana pada periode ini angka pertumbuhan harian mengalami peningkatan cukup signifikan.

Prediksi ini hampir sejalan dengan hasil kasus harian yang diumumkan juru bicara Penanganan Covid-19 di tanah air, dimana sejak 7 April 2020 angka penambahan harian mulai meningkat. jika pada periode sebelum tanggal tersebut angka penambahan kasus harian masih di kisaran 100-an, setelah tanggal 7 April 2020  angka kasus harian mulai meningkat di kisaran 200-an kasus per hari. Peningkatan ini terus berlanjut hingga tertinggi pada 18 April 2020 pada 407 Kasus.

Sementara periode puncak akan terjadi antara 70 sampai 100 hari, atau dikisaran 10 Mei hingga 10 Juni dengan jumlah penambahan kasus mulai melandai kembali. Fase terakhir adalah fase pemulihan (recovery), dimana diprediksi pada hari ke 120–150 atau di tanggal-tanggal 2 Juli – 1 Agustus 2020, dimana angka pertambahan masih tetap ada, namun jumlahnya sudah sedikit seperti awal-awal kasus ini terjadi.

Terkait jumlah kasus, prediksi dari penelitian ini masih sangat relevan dengan akurasi prediksi di atas 95%. Ketika penelitian ini di rilis pada 24 Maret 2020, dengan mempertimbangkan data kasus harian per 21 Maret 2020, penelitian ini memperkirakan jumlah kasus pertanggal 2 April 2020 (hari ke-30) adalah di kisaran 1700, dimana data dari BNPB pada tanggal tersebut adalah 1.790 kasus.

Demikian juga hingga data total kasus per hari ini, Senin 20 April 2020 (hari ke-48) pada penelitian ini memperkirakan total kasus di kisaran 6.700, sedangkan data BNPB ada di kisaran 6.760. Jika grafik ini berlanjut, maka pada 1 Mei 2020, angka kasus diprediksi di kisaran 8.500.

Periode puncak diprediksi akan mulai melambat pada hari ke-70 di sekitar 10 Mei 2020, dengan prediksi total kasus di kisaran 9.500 an kasus. Penambahan masih terus berjalan, namun dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

Selanjutnya: Sejumlah alasan kasus wabah akan mereda

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan kasus akan melemah di hari ke-70 bisa disebabkan oleh beberapa hal:

(1) Pada periode itu grafik memasuki fase stady state, yang artinya pada waktu itu kasus ini bisa dikatakan sudah hampir matang (posisi mantap). Hal ini dipicu oleh kebijakan pemerintah yang sudah terimplementasi dengan baik. Di sisi lain mayoritas masyarakat juga sudah menerapkan himbauan pemerintah. Pada posisi ini sebenarnya masih akan muncul riak-riak penambahan, namun tidak sebanyak fase kritis. 

(2) Daya dorong utama melandainya pertambahan kasus sebenarnya ada di masyarakat. Indonesia diuntungkan oleh wilayahnya yang hampir 80% adalah pedesaan, semangat kebersamaan dan gotong royong, saling menjaga agar tidak merugikan orang lain, tenggang rasa dan tepa slira, saling mengingatkan dll, sehingga pada fase kritis kita tidak seperti di AS, Itali maupun negara-negara maju lainnya yang masyarakatnya lebih bersikap individualis serta ego centris.

(3) Peran pemerintah juga menjadi sangat penting. Pamerintah yang tanggap, proaktif dan fasilitatif. Meskipun program yang dikeluarkan menuai pro dan kontra, namun kami melihat  yang dilakukan pemerintah itu mendukung tujuan utama, yaitu untuk mengurangi dampak kerusakan yang lebih besar, serta menyiapkan strategi pasca recovery nanti.

Prediksi hingga periode pemulihan total kasus pada akhir periode (tanggal 1 Agustus 2020) di kisaran angka 11.100 kasus.

Sebagai catatan, kendati pun berbagai penelitian terkait prediksi meredanya kasus Covid-19 di seluruh dunia mampu memprediksi secara akurat angka pertambahan jumlah kasus, namun belum sepenuhnya tepat untuk merekomendasikan kapan sebuah negara akan 100% terbebas dari pandemi virus corona.

Hal ini dikarenakan beberapa keterbatasan dari sisi teknikal, seperti belum adanya alat uji/tes yang secara medis mempunyai akurasi 100%. Sehingga penambahan kasus harian diprediksi akan terus berlangsung hingga proses medis bisa dengan confidence mendeteksi dan mengobati 100% pasien Covid-19.

Ditemukannya vaksin maupun obat untuk membantu penyembuhan penyakit yang disebabkan virus corona, juga hal yang lebih tepat untuk mendeklarasikan bahwa seluruh dunia sudah memulai fase ditemukannya kembali kebahagiaan yang cukup lama direnggut pandemi.

Penulis: Dr. Joko Hariyono, ST, M.Eng.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Joko Hariyono

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler