x

Iklan

Dara Safira

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Januari 2020

Senin, 27 April 2020 14:49 WIB

Belajarlah Supaya Tidak Kuldesak dan Takfiri


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Susah memang kalau akal sudah kuldesak. Apalagi ditambah fanatisme 'buta' beragama. Klop sudah melekat gelar takfiri. Sah!

Fenomena itulah yang terjadi pada kasus respon terhada[ tayangan program Belajar dari Rumah yang digagas Kemendikbud -TVRI.

Sebuah program yang disusun Kemendikbud dengan perantara TVRI untuk wahana belajar-mengajar jarak jauh karena situasi pandemi wabah virus Covid-19. Membuat seluruh aktivitas belajar di sekolah harus dihentikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tiba=tiba muncul ocehan jenaka namun menunjukkan kedangkalan akal sehat dari segelintir orang yang merasa dirinya paling agamis. Merasa cara beragamanya paling paripurna.

Gara-gara pada sekali waktu --saat berlangsungnya siaran program Belajar dari Rumah-- terselingi tayangan acara Mimbar Agama Nasrani.

Dan, buumm! Meledaklah kicauan-kicauan tanpa alasan jelas dan argumentatif kuat. Ada yang beranggapan, siaran Belajar dari Rumah adalah misi Kristenisasi.

Ada yang celetuk: tayangan Belajar dari Rumah merupakan upaya menggoyahkan iman agama lain agar berpindah keyakinan religi. Dan lain-lain. Pokoknya yang nyinyir. Tentu saja pasti juga nyeleneh.

Hai, di Indonesia ada 6 agama yang sah dilindung Pancasila dan konstitusi. Bukan hanya satu agama saja. Agama lain tidak berstatus tinggal mengontrak di Tanah Air.

Toh juga, pelaksanaan mimbar agama Nasrani --antara lain misalnya seperti Kebaktian atau Magnificat-- itu kerap berlangsung dalam keseharian di lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang multi-agama.

Nyatanya tidak pernah ada kabar secara berduyun-duyun terjadi sekelompok masyarakat lantas pindah agama. Cuma sebab ada ritual agama Nasrani di lingkungan sekitarnya.

Setiap hari Minggu kerap tampak di jalan atau lingkungan masyarakat ada umat Nasrani yang siap pergi beribadat ke Gereja.

Lha, tapi tidak juga membuat iman umat agama lain labil, kemudian memutuskan jadi pindah kepercayaan religiusitas.

Jadi jangan dikait-kaitkan. Menjadi berpandangan subyektif terhadap agama di luar keyakinan kita. Nanti malah jadi bahan tertawaan saja.

Soal iman adalah urusan keteguhan hati individu (manusia) dengan Tuhan serta ajaran agama dianutnya.

Iman adalah keyakinan tentang kebenaran beragama dan Tuhan-nya. Kekokohan pedoman dan penuntun hidup manusia itu dari agama dan Tuhan diyakininya.

Tidak ada korelasinya dengan siaran agama di luar religinya. Apalagi cuma dari tayangan di televisi.

Bukan gara-gara menonton sekilas tayangan agama lain, lalu membuat seseorang jadi luntur keteguhan terhadap agama dan Tuhan diyakininya.

Sama saja logikanya, ketika setiap pekannya, umat muslim melaksanakan ibadah sholat Jumat, apa bakal dianggap sedang bertindak mempengaruhi kelompok agama lainnya?

Atau langsung ada yang goyah imannya kemudian buru-buru ingin menganut keyakinan agama Islam? Kan tidak begitu juga realitanya terjadi.

Sudahlah, hentikan saling menyudutkan antar-agama. Dengan asumsi ngawur. Bersikap begitu tidak bakal membuat kita otomatis pasti langsung masuk surga.

Program Belajar dari Rumah diusung Kemendikbud-TVRI hanya upaya menjaga ritme pendidikan tetap bermutu saat situasi krisis sekarang. Program edukasi yang diterapkan secara sederhana supaya semua dapat merata menyaksikannya.

Bukan program membentuk seorang manusia jadi ego-beragama.*

Ikuti tulisan menarik Dara Safira lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu