x

Sebuah ruang sekolah di sebuah sekolah dasar di Sragen Jawa Tengah. Antara Foto/Muhammad Ayudha

Iklan

Luthfi Ersa Fadillah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 2 Mei 2020 13:21 WIB

Hardiknas, Catatan Kecil Seorang Guru dari Ruang Kelas di Sekolah

Saya guru honorer di sebuah sekolah negeri. Alhamdulillah, gaji saya cukup untuk saat ini. Saya tergolong beruntung bisa bekerja di sekolah negeri yang mampu mengelola keuangan untuk membayar gaji pegawai honorernya dengan cukup baik. Berbicara di hari pendidikan sebetulnya isinya hanya mengarah ke dua fokus: problem & harapan. Kita biasanya menyimak kedua hal tersebut dari kaca mata setingkat Mas Menteri atau para ahli dan jarang dari guru atau bahkan murid. Kali ini, adalah suatu kehormatan bagi saya dapat ikut bersuara sedikit dari hasil pengalaman mengajar di ruang kelas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Satu hal yang terlintas dari wujud keprihatinan saya selama mengajar adalah beban materi ajar dan belajar. Baik untuk saya pribadi ataupun murid sendiri. Percayalah, saya menaruh prioritas masalah ini nomor satu dari seluruh problem pendidikan yang ada.

Gaji besar untuk guru, status honorer atau PNS, fasilitas selengkap apapun untuk murid tidak akan mengubah fakta bahwa materi ajar-belajar di sekolah terlalu banyak dalam satu mata pelajaran.

Saya ingin memberikan satu contoh kecil saja dari mata pelajaran yang saya ampu, yaitu sosiologi. Semisal dalam satu bab gejala sosial, murid diharuskan mempelajari 4 konsep terpisah yang dalam ilmu sosiologi sendiri tidak pernah disulap menjadi 4 kali pertemuan saja. Lalu, masing-masing konsep tersebut ada konsep-konsep turunan dan juga teori-teori yang mendukung. Sekali lagi, saya tegaskan hanya dalam 1 bab saja.

Dan, itu hanya satu pelajaran. Belum pelajaran lain yang mungkin memiliki jumlah bab yang lebih banyak seperti sejarah, biologi, matematika dan bahasa Indonesia.  Itu berarti ulangan harian akan lebih banyak sesuai jumlah bab. Dan, tentu materi yang wajib dipelajari untuk persiapan ujian kenaikan kelas akan semakin banyak juga bukan?

Saya punya satu pertanyaan, apa masalah yang mengekor dari problem yang saya utarakan di atas selain materi? Ya, jawabannya adalah Guru dan murid saling kejar-kejaran untuk menuntaskan. Yang satu menuntaskan materi, yang satu lagi menuntaskan nilai.

Saya yakin dan seyakin-yakinnya bahwa setiap guru bukan hanya ingin mengejar materi saja. Setiap guru ingin anak didiknya merasa nyaman. Guru sebagai orang tua pengganti di sekolah secara alami juga ingin terkoneksi dengan murid, bukan semata koneksi teknis semata.

Murid, juga saya yakin banyak yang ingin menemukan keminatannya tanpa harus terbebani materi. Dalam artian, mungkin sebetulnya ia juga ingin benar-benar menikmati proses pembelajaran.

Selanjutnya: Berterima kasih pada murid

Ikuti tulisan menarik Luthfi Ersa Fadillah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler