x

kisah ramadan

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 6 Mei 2020 05:38 WIB

Kesadaran Diri Masyarakat untuk Mencegah Corona, Rendah!

Upaya mencegah pandemi corona sangat terganggu dengan kesadaran diri masyarakat yang rendah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bila semua yang lain adalah kawan, maka hidup akan penuh kasih sayang.

(Supartono JW.05052020)

Setelah hari ke-11,  ibadah Ramadan Tak Biasa (RTB) di tengah pandemi corona, hal yang paling menyita perhatian kita selama ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan kerjasamanya dengan upaya pemerintah melakukan tindakan pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid 19 (PAPC19). 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk PAPC19 yang sudah mengerucut hingga pada kebijakan PSBB ini, bahkan hampir setiap waktu menjadi pemberitaan media massa dan televisi. Sehingga, ibadah Ramadan kali ini bagi sebagian masyarakat memang menjadi kurang khusu, karena terganggu dengan sikap masyarakat. 

Padahal, kini Ramadan sudah memasuki 10 hari kedua keistimewaan yang penuh ampunan. 

Masyarakat bandel korban bertambah

Sangat mudah mengidentifikasi apa yang kurang dari kesadaran masyarakat kita ini, sebab apa pun alasannya, masyarakat yang masih bandel mengabaikan dan cenderung melawan aturan PAPC19 dalam wujud PSBB, memang jelas-jelas tidak sayang pada diri sendiri, tidak sayang pada keluarga, dan terutama tidak sayang kepada masyarakat lainnya, karena virus corona tidak akan dan tidak pernah memilih siapa korbannya. 

Jelas sekali, sebagian masyarakat kita yang masih kurang sadar dan bandel, memang masih sangat jauh dari kecerdasan intelegensi dan personaliti, dan yang paling sering kita baca dan dengar dalam pemberitaan, mereka bandel karena selalu membawa-bawa nama Allah. 

Seperti kejadian di Bogor, ada  warga yang malah marah saat diminta oleh petugas agar istrinya pindah ke bangku tengah mobil dan mengaitkan dengan ajaran Islam. Padahal, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah mengeluarkan fatwa demi keselamatan masyarakat Indonesia dari amcaman corona melalui pintu PAPC19 dan PSBB dan sejenisnya. 

Lebih memprihatinkan, hampir di setiap pusat perbelanjaan di seluruh kota Indonesia, baik pasar modern maupun pasar tradisional, di jalan-jalan raya, di masjid-masjid, taman, masih tetap saja ada massa, terlebih saat sore hari menjelang berbuka puasa, masyarakat masih ke luar rumah mencari kebutuhan untuk berbuka dll, dalam kondisi normal, seperti hari-hari biasa saat tidak ada pandemi, padahal sudah ada peraturan PSBB. Bahkan penggunaan masker dan jaga jarak pun juga seolah hanya slogan. Belum lagi persoalan larangan mudik, yang terus menuai masalah, karena masyarakat terus dengan berbagai cara berupaya mudik, meskipun sudah terbukti, akibat ada warga yang mudik, corona terus menyebar.

Akibatnya, kini setiap hari masyarakat terdampak corona terus bertambah, baik yang positif maupun yang meninggal. 

Percuma dan akan sia-sia bila upaya pemerintah yang memang belum sempurna, karena turunnya kebijakan juga tidak diimbangi oleh bantuan yang cukup, pun tidak merata, serta tidak tepat sasaran untuk rakyat, maka rakyat pun akan tetap dengan pola dan kebiasaanya tetap bandel, tidak peduli corona. Anjuran pemerintah tetap di abaikan. 

Bila masyarakat terus abai dan seolah tidak punya kesadaran untuk bersama dan bersatu dalam disipilin PAPC19, maka mustahil, pandemi ini akan segera usai. 

Percuma, ada kebijakan PSBB dan sejenisnya, sebab pada akhirnya, dia bukan menjadi kunci untuk menangani persoalan laju penyebaran Covid-19. Kendati penutupan wilayah dilakukan, jika masyarakat tidak bisa mematuhi aturan, virus corona tetap akan menyebar kemana-mana seperti yang diungkapkan oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo usai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo, Kamis (19/3/2020). 

Apa yang diungkap oleh Doni, itu sudah dari bulan Maret. Kini di bulan Mei, ternyata  kesadaran masyarakat bukan semakin meningkat, namun korban coronalah yang justru semakin meningkat  setiap hari. 

Hampir di setiap diskusi dan perbincangan mengatasi PAPC19, terutama di media televisi, baik para ahli, pengamat, dan juga perwakilan masyarakat, semua sepakat bahwa kesadaran masyarakat, tetap menjadi kunci utama dalam upaya memutus rantai penyebaran penyakit menular mematikan ini. 

Akan sia-sia semua konsep dan kebijakan yang dilakukan, bila masyarakat tidak bisa disiplin dan punya kesadaran tinggi, maka PAPC19 akan mustahil berhasil? meski Presiden pun sudah berulang kali mengingatkan masyarakat untuk bekerja dari rumah. 

Hal ini membuktikan bahwa kesadaran atau kedisiplinan masyarakat masih rendah. 

Membangun kesadaran

Kesadaran berasal dari kata dasar sadar. Maknanya sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah insaf, tahu, dan mengerti, ingat kembali. Dalam kehidupan sehari-hari kata sadar berkembang menjadi menyadari, menyadarkan, dan penyadaran. Menyadari dapat diartikan sebagai upaya dan usaha dalam menginsafi, mengetahui atau menyadari kembali. Lalu, menyadarkan berarti menjadikan (menyebabkan) seseorang sadar, menginsafkan, dan mengingatkan atau ingatan kembali (siuman), dan  penyadaran adalah proses, cara, perbuatan yang menyadarkan. 

Sementara makna kesadaran adalah keadaan kensifan, mengerti atau hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Kesadaran merupakan situasi atau hasil dari kegiatan menyadari sedangkan penyadaran merupakan proses untuk menciptakan suasana sadar. 

Berikutnya, sadar diri dimaknai sebagai tahu diri, di mana tahu diri merupakan kondisi seseorang dalam mengenal hal ihwal diri, serta mampu menempatkan diri sesuai dengan fungsi dan posisi yang tepat. 

Oleh karena itu orang yang tahu diri adalah orang yang mampu dan sanggup membawakan diri ditengah-tengaah kehidupan dan tidak mengalami kesulitan pada penerimaan orang lain akan berbagai kondisi dirinya. Selain itu, kesadaran yang perlu dimiliki oleh setiap diri manusia adalah siapa yang menjadi musuh dan kawan dalam hidup. 

Musuh dalam konteks al-Qur`an khususnya bagi orang beriman adalah setan dan orang-orang kafir. Karena setan berupaya menggoda dan menyesatkan manusia dari kebenaran dan orang kafir menghalangi orang-orang beriman untuk tunduk di jalan Tuhan. Orang kafir (Yahudi dan Nashara) selama-lamanya tidak akan pernah senang terhadap orang beriman selagi belum mengikuti  millah (kesamaan) mereka. (Qs.al-Baqarah ayat 120). 

Sementara itu, kawan adalah orang mukmin.( Qs. Al-Hujurat: 10) yang satu sama lain harus hidup dalam tolong menolong, saling mengingatkan dengan kebenaran dan kesabaran serta dengan kasih sayang. Karena itu, kesadaran merupakan buah dari proses penyadaran di mana setiap orang dapat dikatakan sadar apabila dia mampu mengerti, memahami, mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya serta apa yang sedang dikerjakannya. 

Semoga, di bulan yang penuh berkah dan hikmah ini, pandemi corona akan segera berakhir ketika semua masyarakat berpikir tentang "kawan" bukan "musuh". Maka, akan segera lahir kesadaran masyarakat yang satu sama lain hidup dalam tolong menolong, saling mengingatkan dengan kebenaran dan kesabaran serta dengan kasih sayang, dan bagi yang selama ini masih "bandel", bersegeralah memohon ampunan.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB