x

supartono jw

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 12 Mei 2020 11:49 WIB

Sengkarut di PSSI, Ini Biang Keladinya

Sepanjang sejarah, sepak bola Indonesia selalu dililit masalah karena statuta dan gerbong lama

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pergerakan masalah di PSSI terus dinamis sejak Tisha mundur dari Jabatan Sekjen, tak peduli sedang di tengah pandemi Covid 19 dan bulan Ramadan. 

Kendati kursi Sekjen sudah ada pelaksana tugas (Plt) nya, tetap saja PSSI pincang. 

Bila diidentifikasi, inilah masalah yang terus digoreng di dalam tubuh PSSI. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Pemilihan Sekjen dihambat 

Upaya pemilihan Sekjen, Deputi, dan Direktur Keuangan yang baru pun, terus dihambat oleh pihak di dalam PSSI sendiri. Padahal saat itu, sudah ada calon yang dipilih. 

Ada calon yang melamar, dan pada akhirnya sudah mengerucut kepada empat kandidat yang memiliki point tertinggi. 

2. Isu PSSI 1 dan 2 tak harmonis 

Belum reda masalah pemilihan Sekjen, lalu dimainkanlah skenario masalah Wakil Ketua Umum PSSI dikaitakan dengan nepotisme dan digoreng menjadi isu hubungan Ketua Umum dan Wakil menjadi tidak harmonis. 

Ada pula surat tidak percaya dari para direktur di PT LIB kepada ketuanya. Kemudian jadi orkestra lagi.

3. Tuntutan RUPS dan gaji pelatih 

Beberapa klub Liga 1 juga menuntut Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Isu berikutnya adalah PSSI terlambat membayar gaji pelatih timnas dan persoalan Piala Dunia. Dari persoalan yang ada dan kini sedang "disengaja" melilit PSSI, dapat terbaca pula bahwa, sekarang sedang ada kebangkitan gerbong lama yang tidak rela PSSI akan dijalanan sesuai visi-misi dan tujuan yang benar demi meraih prestasi. 

Publik dapat membaca, semua masalah yang sekarang kembali mendera PSSI, hanyalah skenario dan akal-akalan gerbong lama, dan salah satu yang sudah lingsir adalah Tisha. 

Semisal masalah gaji pelatih yang terlambat sampai bocor ke media dan publik. Apa faktanya, pelatih yang disebut-sebut oleh media, tidak pernah mengungkap bahwa gajinya terlambat, namun masih belum masuk rekening, karena sedang menunggu hasil penyesuaian.

4. Negosiasi dengan STY 

Di masa sulit pandemi corona dan semua pintu pemasukan PSSI (baca: sponsor) macet, maka PSSI juga berupaya melakukan penyesuaian. Para pelatih di manca negara saja rela gajinya dipotong karena semua federasi juga sama memiliki kesulitan finansial. 

Nah, belum masuknya gaji pelatih, lebih karena sebab, sedang ada upaya negosiasi dengan Shin Tae-yong (STY). 

Akan tidak adil bila gaji pelatih lokal di potong, namun pelatih asing tidak. Bahkan, dengan kondisi yang ada, juga ada wacana bila STY tidak mau sepakat, bisa jadi, pelatih akan beralih ke lokal lagi. Mungkin ini akan lebih baik dan bijak. 

5. RUPS dan gerbong klub 

Persoalan lain yang juga coba digoyang adalah masalah tuntutan RUPS. Terbaca oleh publik bahwa ada 14 klub yang nampaknya masih "berhawa" gerbong lama. 

Namun, bersyukur ada 2 klub yang sudah yakin masuk di PSSI baru, dan masih ada 2 klub yang melihat situasi dan kondisi. Bila kondisi akan terus demikian, jangankan bicara prestasi, namun yang ada hanya kepentingan saja. 

6. FIFA dukung Piala Dunia 

Namun berita baiknya, menyangkut persiapan tuan rumah Piala Dunia U-20 2021. Berdasarkan informasi valid yang saya dapatkan, Senin (11/5/2020), PSSI udah sudah rapat dengan FIFA terkait PD U-20. Hasilnya positif. 

Pihak FIFA hadir tiga orang, yaitu Roberto Grassi (Head of Youth Tournament), Christian Schmolzer (Men's Tournament Manager), dan Gian Keller (Youth Tournament Coordinator), sementara PSSI diwakili Plt Sekjen dll. 

7. Komitmen pemerintah 

Atas kehadiran FIFA, semoga meski dalam situasi corona, pemerintah melalui Kemenpora tetap komitmen dan suport hal ini, terutama terkait pendanaan untuk berbagai persiapan dan penyelenggaraan.

8. Segera tentukan Sekjen baru 

Berikutnya, demi memulihkan kondisi PSSI yang terus dibikin sengkarut, maka harus tetap prioritas memilih dan menentukan Sekjen, Deputi 1 dan 2, serta Direktur Keuangan baru. 

Sebab, 4 kursi inilah yang akan membuat PSSI kembali ke relnya, meski prosesnya juga tetap tidak mudah. Gerbong lama pasti tidak akan tinggal diam karena dapat membahayakan kedudukan mereka nyaman di singgasananya. 

9. Dukung PSSI baru 

Namun demikian, kekuatan PSSI baru, harus didukung agar pemilihan Sekjen baru dan turunannya segera selasai. 

Itulah satu-satunya cara agar visi-misi dan tujuan yang benar tercapai. 

Mengapa PSSI selalu sengkarut? Ini sebabnya:

Sengkarut, lilitan masalah di tubuh PSSI, dipastikan akan sulit dihindari dan siapa pun Ketua Umum-nya yang baru. Dia akan tetap mengalami godaan dan cobaan yang sama, apabila "orang-orang lama" masih tetap bercokol dan statuta masih menjadi ajian, alat utama bagi orang-orang lama ini. 

Sudah berkali-kali saya ungkap dalam berbagai judul artikel yang saya tulis di beberapa media, yang menjadi penyebab tak berprestasinya PSSI selama ini, sebab utamanya adalah gerbong lama yang selalu berlindung di balik statuta. 

Sementara statuta terus dikondisikan demi mengakomodir kepentingan-kepentingan. Andai orang lama segera bersih dari PSSI, dan lahir statuta versi baru, maka akan lahir pula "PSSI Baru". 

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) saja, sejak merdeka dan berdiri sudah ada zaman Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Masa, PSSI sejak lahir masih terus dalam Zaman Belenggu Statuta? 

Bila ingin prestasi, maka harus lahir Statuta Baru atau Statuta Reformasi! Karenanya, sejak Ketua Umum Baru PSSI terpilih, adakah persoalan yang tidak terus melilit PSSI? Dan dari mana datangnya persoalan itu? Pasti dari dalam tubuh PSSI sendiri. 

Biang keladinya selalu dari pengurus hasil dari statuta, yaitu hasil pilihan voter yang menghasilkan jajaran ketua dan exco. 

Berikutnya, jajaran ketua dan exco inilah yang akan selalu berseteru. Apa pasalnya? Jajaran ketua dan exco ini adalah hasil dari "jual beli" suara voter yang terlindung statuta. 

Kemudian terdiri-diri dari berbagai gerbong dan kepentingan. Saat  mereka sudah terpilih, maka bila dalam perjalanannya ada suara atau hal yang tidak didengar/akomodir/gesekan, maka cerita klasiknya adalah bermain peran. 

Ada skenario-skenario, lalu gerbong yang kuat akan menekan, dan membalikkan kisah dan keadaan baik melalui serangan langsung di dalam PSSI, atau melalui alat media massa dan pihak lain, demi menciptakan opini publik bahwa PSSI sedang bermasalah dan goyang. Sangat mudah dibaca. Terlebih dijadikan kendaraan politik.

Jadi rentetan masalah PSSI, siapa biang keroknya? Publik sepak bola nasional sudah paham dan mahfum. Oleh karena itu, ayo gerbong PSSI Baru, tetap melangkah, jangan kalah apalagi mengalah. 

Inilah kesempatan untuk membalikkan keadaan dari keterpurukan selama 90 tahun PSSI berdiri. Pasti bisa! Aamiin. 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler