x

kisah ramadan

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 14 Mei 2020 13:27 WIB

Keistimewaan dan Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadan

10 hari terakhir Ramadan, penuh dengan keistimewaan dan keutamaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Waktu tak pernah menunggu, jangan terpaku, harus menderu untuk meraih sesuatu.

(Supartono JW.14052020

Hari ini, Ramadan Tak Biasa, tepat memasuki hari ke-21, dan sudah berada di fase ketiga keistimewaan Ramadan di 10 hari terakhir. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masyarakat tertekan psikologis

Ramadan di tengah corona, khususnya bagi masyarakat muslim Indonesia, ujiannya benar-benar berat karena harus terus  berhadapan dengan kebijakan pemerintah yang tak tegas, sehingga membuat masyarakat pun tak disiplin. 

Bahkan, tepat di Ramadan ke-20, Rabu (13/5/2020) masyarakat kembali terpukul dengan turunnya Perpres baru Nomor 64 tahun 2020, tentang kenaikan kembali iuran BPJS Kesehatan. 

Di tengah kesulitan yang menghimpit rakyat, pemimpin negeri ini pun masih "tega" menekan rakyat dan menyakiti hati nuraninya, dengan diam-diam mengabaikan putusan Mahkamah Agung (MA) dan menerbitkan Perpres baru. 

Sehingga, selain corona, psikologis (perilaku dan mental) masyarakat dalam menjalankan ibadah Ramadan, juga signifikan tergerus akibat kebijakan pemerintah. 

Bahkan kini, masyarakat masih tak habis pikir, mengapa Bapak Presiden kita, tak menghargai perjuangan rakyat yang menggugat dan menang di MA. 

Mencari keutamaan Ramadan 

Dari kondisi yang ada, semoga di 10 hari terakhir bulan Ramadan menjadi waktu yang benar-benar istimewa dari 20 hari sebelumnya yang penuh sengkarut, penuh sikap apatis dan skeptis masyarakat karena tekanan psikologis akibat kebijakan pemerintah, masalah ekonomi, kesehatan, dan sosial di Indonesia. 

Ramadan tak biasa, ditambah persoalan yang terus menghimpit masyarakat, memang tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak memaksimalkan ibadah di 10 hari terakhir Ramadan. 

Selama ini, umat Islam selalu mencari keistimewaan dan keutamaan Ramadan, yaitu hadirnya malam Lailatul Qadar pada 10 hari terakhir ini, 10 hari yang dijauhkan dari api neraka. 

Dalam setiap ibadah Ramadan, Nabi Muhammad sendiri memang meningkatkan ibadah pada hari-hari terakhir Ramadan. "Ketika memasuki 10 akhir Ramadan, Nabi mengencangkan sarung, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah" (H.R. al-Bukhari), seperti diriwayatan Aisyah. 

Sementara dalam riwayat lain, Aisyah berkata, "Pada 10 terakhir bulan Ramadan Rasulullah SAW lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya." (H.R. Muslim). 

Untuk mencari keutamaan Ramadan, sesuai hadis tersebut, maka umat Islam dianjurkan untuk mencari Lailatul Qadar, yaitu malam ketika Al Quran secara keseluruhan diturunkan dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah, hingga Al Quran kemudian diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad selama 20 atau 21 tahun, dimulai dari surah Al-Alaq ayat 1 hingga 5. 

Namun, kapan Lailatul Qadar sendiri turun,  hanya Allah yang mengetahui. Rasulullah mengindikasikan malam tersebut terjadi dalam 10 hari terakhir, dalam beberapa pemikir. Pertama, di antara malam sekitar 10 hari terakhir Ramadan. Kedua, malam sekitar 7 hari terakhir Ramadan. Ketiga, malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan. 

Selain menanti malam Lailatul Qadar, tradisi mengisi keistimewaan 10 hari terakhir Ramadan yang biasanya dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah mengerjakan salat malam/tahajud, memperbanyak membaca Al Quran,  membangunkan keluarga untuk salat malam, memperbanyak sedekah, dan itikaf. 

Dalam hadis yang lain, disebutkan oleh Aisyah, "Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadan hingga menjelang subuh." 

Kemudian, Nabi Muhammad sendiri terbiasa ditemui Jibril pada bulan ini untuk membaca Al Quran. Selain itu, Rasulullah juga menyebutkan, "Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an." (H.R. al-Baihaqi). 

Kebiasaan lain Nabi Muhammad adalah terbiasa membangunkan keluarga beliau pada malam 10 hari terakhir bulan Ramadan dengan tujuan untuk mengerjakan salat malam. Hal ini terutama dilakukan pada malam-malam ganjil. Diriwayatkan Abu Dzar, " Rasulullah saw beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam hari. 

Kebiasaan lainnya adalah Nabi Muhammad demikian dermawan, bahkan beliau dilukiskan "lebih dermawan daripada angin yang ditiupkan." Ada banyak jalan untuk bersedekah, termasuk dengan mencukupi kebutuhan keluarga atau berbuat baik kepada tetangga dan kerabat.   

Nabi Muhammad juga melakukan amalan itikaf. Diriwayatkan Aisyah, "Rasulullah SAW beritikaf pada sepuluh (malam) terakhir bulan Ramadan, hingga Allah memanggilnya". 

Wahai umat muslim Indonesia, memang situasi ibadah Ramadan di tengah pandemi corona serta kondisi sengkarut di Republik ini, membikin perilaku dan mental kita terganggu. 

Namun demikian, dengan meneladani kebiasaan Nabi Muhammad SAW dalam ibadah Ramadan di fase keistimewaan 10 hari ketiga atau 10 hari terakhir, tidak ada alasan untuk kita tidak mencontohnya, sebab semua kebisaan Nabi Muhammad pun semuanya dilakukan di rumah, seperti kondisi sekarang, sedang zaman wabah pandemi corona. 

Semoga, di 10 hari terakhir ini, kita semua dapat melakukan ibadah dengan khusu, tak lagi terganggu psikologis kita, dan dapat meraih keutamaan-keutamaanNya, dijauhkan dari api neraka. Aamiin. 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler