x

Iklan

Baiq Diny Alifa Budiasfy

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Mei 2020

Rabu, 20 Mei 2020 18:59 WIB

Menuju Hari Raya Idul Fitri Edisi Covid-19: Menyambut Lebaran Online

Sebuah opini perihal dampak Covid_19 terhadap perayaan Hari Raya Idul Fitri

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Covid-19 menggemparkan dunia sejak akhir tahun 2019, hingga memasuki tahun 2020 penyebaran virus ini belum menemukan titik akhir. Covid-19 diketahui menjadi wabah pertama kali di Provinsi Wuhan, Tiongkok pada Desember tahun 2019 lalu. Dari penjelasan WHO (World Health Organization), coronavirus disease atau Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan pada akhir 2019.

Alih-alih penangkal virus, obatnya pun belum tersedia untuk virus baru satu ini. Covid-19 kini berkelana mengitari tiap sudut bumi dengan memakan banyak korban.

Dilansir dari web resmi gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, lebih dari 17 ribu kasus positif terjadi di Indonesia. Peningkatan jumlah kasus terjadi tiap harinya. Tidak hanya itu, menjadi wabah, membuat corona (begitu orang-orang menyapa virus ini) tidak segan untuk totalitas dalam berdampak pada berbagai sektor kehidupan. Mempengaruhi perekonomian, politik, kegiatan pendidikan, kegiatan keagamaan, aktivitas sehari-hari, dan hal lainnya membuat seakan dunia terhenti. Agenda yang direncanakan seolah tiada berarti lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masih terus berdampingan dengan manusia, Covid-19 seolah melekat dengan segala aktivitas yang dilakukan oleh banyak orang. Dengan menjaga kebersihan, #dirumahaja, dan menggunakan masker ketika keluar rumah menyebabkan orang-orang juga menjadi terbiasa dengan adanya virus ini.

Adanya anjuran untuk menerapkan social dan physical distancing di masyarakat juga diharapkan mampu memutus penyebaran virus ini tetapi ternyata masih belum efektif. Banyak oknum masyarakat yang tidak mematuhi dan tidak peduli akan hal ini sehingga peningkatan jumlah kasus positif terus terjadi.

Menjadi pandemi yang tidak kunjung henti, Covid-19 menyebabkan kekhawatiran yang terus-menerus khususnya di Indonesia. Akibatnya, pemerintah menetapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar atau dikenal sebagai PSBB di sebagian wilayah zona merah yang terkena dampak Covid-19.

Dengan keadaan pandemi seperti ini, tidak menghalangi banyak orang untuk tetap berkegiatan di rumah atau dikenal dengan istilah work from home. Mulai dari pekerjaan kantor, kegiatan belajar mengajar, dan aktivitas lainnya mampu dilakukan di rumah melalui metode-metode daring. Menjadikan segala kegiatan secara online tentu tidak menghalangi diri untuk tetap produktif meski #dirumahaja.

Walaupun sejatinya tidak akan maksimal dan lumayan memberatkan khususnya bagi pelajar dan mahasiswa yang kewalahan dalam mengerjakan tugas-tugas online mereka. Ya mau gimana lagi, iya kan? Segalanya harus tetap berjalan meski dalam situasi pandemi. Ikhlas dan semangat diri harus terus ada terlebih saat ini berada di bulan suci Ramadan.

Berbeda dengan Ramadan sebelum-sebelumnya, suasana Ramadan kali ini cukup menyesakkan dada. Beberapa kebiasaan di bulan suci ini tidak dapat dilakukan seperti salat tarawih di masjid, ngabuburit, berburu takjil, hingga “bukber” atau buka bersama dengan keluarga besar dan teman-teman.

Sedih? Tentu. Mengerjakan salat tarawih di rumah merupakan salah satu kebijakan yang telah ditetapkan oleh fatwa MUI. Sebelumnya, kebijakan tentang peniadaan salat Jumat juga telah diputuskan sejak terjadinya pandemi di Indonesia. Akan tetapi, hal ini tidak memadamkan semangat umat Muslim untuk menjalankan ibadah Ramadan dengan khusu’. Justru, kenikmatan beribadah semakin terasa di situasi sulit seperti ini. Setuju kan?

Ramadan dengan Covid-19 sudah berjalan dan hampir berlalu hingga menyisakan beberapa hari lagi menuju penghujungnya. Rasanya secepat ini untuk mengakhiri bulan suci. Keberkahan semoga diraih dalam menjalani ibadah di bulan ini. Pengharapan penuh agar pandemi lekas selesai agar semua kembali normal.

Akan tetapi, melihat keadaan yang masih belum kondusif menggiring pemikiran bahwa lebaran tahun ini tidak ada tradisi open house dan salam-salaman. Terlebih dengan adanya himbauan untuk tidak mudik yang sebenarnya dilematis karena pemerintah tidak tegas dalam menjelaskan kebijakan ini sehingga masih saja gelombang mudik terjadi.

Tidak bisa mengunjungi sanak saudara dan keluarga menyebabkan vibes lebaran terasa kurang. Tidak ada opor dan nastar buatan nenek lebaran kali ini mungkin akan sedikit hambar. Apalagi kemungkinan besar salat Idul Fitri tidak dilaksanakan seperti biasa. Tradisi-tradisi tersebut dan lainnya menyebabkan kebanyakan umat Muslim Indonesia memaknakan lebaran menjadi sebuah perkumpulan keluarga. Akan tetapi, pada situasi pandemi sekarang ini menuntut kita untuk tidak berada di suatu kerumunan atau perkumpulan.

Menghadapi hal tersebut, banyak orang menyiasati berbagi bersama keluarga dengan mengirimi hampers atau parsel lebaran. Tidak hanya itu, untuk lebaran nanti kita juga bisa melakukan lebaran online yaitu dengan video call bersama keluarga besar. Tradisi salam-salaman juga dapat dilakukan secara virtual.

Bagaimana dengan THR ? Apakah virtual juga? Tenang, masih bisa ditransfer, iya kan? Dalam masa pandemi seperti ini memang ada baiknya mengurangi intensitas berinteraksi dengan orang banyak demi terputusnya rantai penularan Covid-19.

Salah satu cara yang paling memungkinkan untuk segala kegiatan saat ini yaitu secara online dengan memanfaatkan media-medianya. Lebaran online sangat memungkinkan untuk dilakukan. Bagaimana dengan salat Idul Fitri online? Apakah memungkinkan dan sesuai hukum serta syariat Islam? Kita nantikan kebijakan terkait hal ini.

Tetap #dirumahaja

Stay safe and healthy

 

 

Ikuti tulisan menarik Baiq Diny Alifa Budiasfy lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu