x

Erick

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 22 Juni 2020 06:12 WIB

Pertamina Mengelola Aspal Buton? Memang Sudah Seharusnya.

Pertamina adalah BUMN terbesar di Indonesia dan satu-satunya perusahaan yang memproduksi aspal minyak. Indonesia mengimpor 1 juta ton aspal minyak per tahun, atau senilai US$ 500 juta per tahun. Sedangkan di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, terdapat deposit aspal alam yang berjumlah 650 juta ton. Apabila aspal alam di Pulau Buton ini dapat diolah, maka Indonesia tidak perlu mengimpor aspal minyak lagi. Atas dasar itu diharapkan Pertamina dapat mengelola aspal Buton untuk memenuhi kebutuhan aspal nasional yang jumlahnya 2,5 juta ton per tahun.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Baru-baru ini Bapak Erick Thohir, Menteri BUMN, membuat suatu kejutan besar dengan terobosan baru untuk mengurangi jumlah Direksi Pertamina dari 11 orang menjadi 6 orang. Semua orang bertanya-tanya. Biasanya dalam melakukan suatu kebijakan perubahan mendasar dalam suatu organisasi dilakukan penambahan jabatan. Tetapi kali ini malah justru pengurangan. Ini merupakan suatu keputusan yang sangat berani dan penuh perhitungan. Tentunya kebijakan ini tidak dibuat asal-asalan. Ada visi besar Pertamina di balik itu yang harus dicapai.

Langkah-langkah strategis ini, pertama-tama bertujuan untuk membentuk Sub Holding-Sub Holding agar bisnis Pertamina lebih fokus kepada Core Business Oil & Gas. Disamping itu, kedua, dengan adanya Sub Holding-Sub Holding ini, maka akan diperoleh sinergi untuk menciptakan efisiensi dan harmoni. Dan ketiga, yang merupakan sebuah nilai tambah yang jenius; yaitu dengan adanya Key Performance Indicator (KPI) untuk masing-masing Sub Holding, maka kinerja, peranan dan tanggung jawab, dan target dari masing-masing Sub Holding akan dapat lebih terukur secara akurat. Sub Holding–Sub Holding ini akan dapat melakukan perbaikan-perbaikan inovatif secara berkesinambungan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan. Bahkan kalau memungkinkan untuk bisa melampaui batas target tersebut. Bapak Erick Thohir berharap dengan langkah-langkah inovatif ini akan bisa mendongkrak kinerja Pertamina, khususnya dalam meningkatkan produksi minyak.

Sub Holding-Sub Holding yang diharapkan paling berperan super aktif dalam mendukung visi Pertamina: “Menuju Perusahaan Energi Kelas Dunia”, adalah Sub Holding Upstream dan Sub Holding Refinery & Petrochemical. Dengan demikian, agar visi Pertamina tersebut lebih fokus, jelas dan tegas dalam menghadapi tantangan masa depan, maka visi Pertamina ini harus direkayasa ulang menjadi: “Menuju Perusahaan Energi dan Petrokimia Kelas Dunia”. Ini merupakan suatu tantangan yang berani bagi Sub Holding - Sub Holding untuk menjadikan Pertamina sebagai sebuah Perusahaan Kelas Dunia. Dan hal ini akan dapat diwujudkan hanya apabila masing-masing Sub Holding mampu berinovasi, berwawasan, dan berkinerja secara kelas dunia juga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tantangan untuk Sub Holding Upstream:

Mengingat produksi minyak nasional dari tahun ke tahun cenderung menurun, maka keberadaan oil/tar sands dan bitumen ini akan dapat menjadi terobosan yang berarti. Potensi oil/tar sands dan bitumen di Indonesia harus dipelajari dengan serius dengan dukungan penuh pemerintah mengingat nilainya yang sangat strategis. Untuk memanfaatkan oil/tar sands dan bitumen yang ada di Indonesia, perlu diadopsi teknologi terbaik, tetap ekonomis, dan dengan resiko terendah sesuai dengan kondisi Indonesia. Dan seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa di Indonesia terdapat deposit bitumen yang jumlahnya sangat besar; yaitu bitumen yang terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Atau yang lebih dikenal dengan aspal Buton. Aspal Buton sudah berusia hampir 100 tahun, dan kelihatannya aspal Buton ini luput dari perhatian Pertamina. Padahal aspal Buton ini asal usulnya adalah dari minyak bumi juga. China sangat tertarik sekali dengan aspal Buton, tetapi mengapa Pertamina sebagai sebuah perusahaan BUMN terbesar di Indonesia malah memandang potensi aspal Buton sebelah mata? Untuk menjadi sebuah perusahaan kelas dunia bukan berarti Pertamina harus meningkatkan jumlah impor minyak bumi, tetapi justru harus menggali potensi-potensi minyak bumi dan bitumen yang berada di dalam negeri sendiri, antara lain aspal Buton ini. Nama aspal Buton sudah terkenal di seluruh dunia karena cadangan deposit bitumennya termasuk yang terbesar di dunia. Dan apabila Pertamina mampu mengelola aspal Buton, maka Pertamina sedang dalam perjalanan untuk menuju sebuah perusahaan kelas dunia.

Aspal Buton berbentuk batu-batuan. Aspal atau bitumennya sendiri berada di dalam pori-pori batu-batuan tersebut. Untuk bisa memisahkan antara bitumen dengan batu-batuan pengikatnya, maka apal Buton harus dilakukan proses ekstraksi terlebih dahulu. Dan teknologi untuk mengekstraksi batu-batuan aspal Buton menjadi aspal Buton full ekstraksi ini sekarang sudah ada. Sehingga dengan demikian, sebenarnya sudah tidak ada alasan lagi bagi Pertamina untuk tidak mau mengelola aspal Buton. Karena semua faktor-faktor pendukung, baik tehnis, ekonomis, maupun sosial semuanya sudah lengkap. Kecuali kalau memang Pertamina sendiri tidak berminat dan tidak ingin berubah untuk keluar dari comfort zone. Padahal kalau Pertamina mau dan mampu mengelola aspal Buton, maka peluang-peluang untuk dapat go international akan terbuka lebar. Karena di Kanada, Venezuela, Khazaktan, dan masih banyak lagi di negara-negara lain yang memiliki potensi cadangan oil/tar sands dan bitumen yang belum dapat diolah, karena selama ini dianggap teknologinya masih belum ada. Apabila Pertamina mampu mengelola aspal Buton, maka hal ini akan dapat dijadikan sebagai lesson learned yang sangat berharga untuk dapat diimplementasikan di negara-negara lain untuk bagaimana seharusnya mengelola tambang oil/tars sands dan bitumen secara handal, ekonomis, dan ramah lingkungan.

Tantangan untuk Sub Holding Refinery & Petrochemical:

Pada tahun 2015 PT Pertamina (Persero) sudah menandatangani sebuah Nota Kesepakatan dengan PT Wijaya Karya Tbk untuk memproduksi Aspal Hibrida. Aspal Hibrida adalah campuran antara decant oil dari Pertamina dengan aspal Buton full ekstraksi. Aspal Hibrida ini sekarang masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Hal ini menunjukkan bahwa Pertamina sebenarnya sejak tahun 2015 sudah memiliki ketertarikan yang serius dengan aspal Buton. Apabila Aspal Hibrida ini sudah bisa direalisasikan, maka target produksi aspal minyak Pertamina dari kilangnya di Cilacap akan dapat ditingkatkan kapasitasnya dari 300 ribu ton per tahun menjadi 600 ribu ton per tahun. Tetapi sayangnya sampai sekarang ini Aspal Hibrida masih belum dapat diproduksi, dan masih dalam tahap ujicoba. Dengan dibentuknya Sub Holding-Sub Holding ini, maka antara Sub Holding Refinery & Petrochemical dengan Sub Holding Upstream akan dapat saling bersinergi untuk memproduksi Aspal Hibrida. Sub Holding Upstream akan memproduksi aspal Buton full ekstraksi. Sedangkan Sub Holding Refinery & Petrochemical akan memproduksi Decant Oil. Dan apabila kedua produk-produk tersebut digabungkan menjadi satu, maka akan menghasilkan Aspal Hibrida. Mungkin bentuk sinergi seperti inilah yang sebenarnya diidam-idamkan oleh Bapak Erick Thohir ketika beliau merancang Sub Holding - Sub Holding tersebut. Antar Sub Holding dapat saling menciptakan efisiensi dan harmoni untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat.

Aspal Hibrida ini nantinya akan menjadi kebanggaan rakyat Indonesia, karena kualitasnya jauh lebih unggul daripada kualitas aspal minyak impor. Dan Aspal Hibrida ini juga merupakan satu-satunya jenis aspal hasil karya anak bangsa, dan inovasi Pertamina yang pertama di dunia. Sejarah akan mencatat dengan tinta emas bahwa Aspal Hibrida ini merupakan anugerah kembalinya marwah aspal Buton ke dalam pangkuan Ibu Pertiwi. Semoga saja ini bukan mimpi. Pertamina mengelola aspal Buton? Memang sudah seharusnya.

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB