x

Ilustrasi Virus Corona - Sumber: Freepik.com

Iklan

Andriana Puspita

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 September 2020

Rabu, 23 September 2020 13:02 WIB

Corona, Wajah Baru Dunia Saat Ini


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Duniasaat ini sedang berkabung menilik berkembang pesatnya sebuah virus baru yang vaksinnya pun belum berhasil ditemukan hingga kwartal ketiga 2020. Seperti yang kita ketahui virus corona (Covid-19) pertama kali muncul pada awal tahun 2020 di wilayah Wuhan, China. Virus Corona dikonfirmasi menyerang saluran pernafasan manusia dan ditularkan antar manusia.

Setelah China, yang terkonfirmasi menjadi rumah bagi wabah ini, kini hampir seluruh negara di dunia mengkonfirmasi adanya temuan kasus Covid-19 di masing-masing wilayahnya tak terkecuali Indonesia Dilansir dari situs resmi WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) kasus yang terkonfimasi di dunia per tanggal 21 September 2020 mencapai angka 30 juta kasus. Dengan jumlah orang yang meninggal menyentuh angka 958.703 jiwa.

Jika pada awal kemunculan Covid-19 negara tirai bambu pemengang rekor kasus terbanyak, maka sekarang negara di Benua Amerika lah yang merubah rekor tersebut diikuti oleh Asia Tenggara, Eropa, Asia-Eropa, Africa dan Pasifik Barat. Sedangkan kasus positif Virus Corona di Indonesia pun kian bertambahnya hari kian membludak jumlahnya. Berdasarkan data yang dirilis dari situs resmi pemerintahan Satgas penanganan Covid-19 Indonesia, disebutkan bahwa pada Senin (21/09/20) sebanyak 248.852 terkonfirmasi positif Virus Corona dengan angka kematian 9.677 kasus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk mendekteksi apakah virus baru ini sudah menyerang tubuh manusia atau belum cukup dengan melihat dan merasakan gejala yang menyerang. Diantara gejalanya adalah sesak nafas, suhu tubuh diatas 37,5 derajat celcius dan batuk. Gejala diatas merupakan gejala awal yang umum dan tetap patut untuk diwaspadai. Pada beberapa kasus, pasien dengan gejala sesak nafas parah dapat terjadi, sehingga untuk bernafas pun harus menggunakan ventilator atau alat bantu pernafasan yang saat ini terbatas jumlahnya.

Namun seiringnya waktu, gejala yang dialami pasien Covid-19 juga mengalami  perkembangan seperti baru-baru ini terjadi pada beberapa pasien, mereka mengeluhkan matinya indra pengecap dan penciuman atau disebut anosmia. Selain itu, juga ditemukan gejala baru pada pasien positif Virus Corona, yaitu Happy Hypoxia, yang ditandai dengan penurunan kadar oksigen dalam darah secara terus menerus hingga mengakibatkan sesak napas, sakit kepala, dan kematian.

Saat ini gerakan New Normal atau adaptasi kebiasaan baru telah digalakkan di berbagai belahan dunia. Gerakan ini merupakan gerakan hidup sehat dan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ada. Protokol kesehatan yang paling mendasar dan wajib dipatuhi, yakni 3M, (1) Mencuci tangan (2) Memakai masker (3) Menjaga jarak.

Upaya ini bertujuan agar manusia tetap menjalani kehidupan \x26lsquo;normalnya\x26rsquo; walaupun berdampingan dengan virus ini. Namun, kebiasaan baru ini juga dapat menjadi sarana bagi Covid-19 untuk memanjangkan rantai penularannya. Karena masyarakat berpikir bahwa mereka sudah mulai beradaptasi dan terbiasa dengan virus ini, sehingga mulai mengabaikan protokol kesehatan yang berlaku. Seperti tidak menjaga jarak, berkumpul membuat kerumunan, tidak memakai masker dengan benar, dll.

Kasus terbaru berasal dari klaster cafe yang berada di Korea Selatan dan sempat menghebohkan warga dunia karena para pegawai yang bekerja tidak ada satupun yang terinfeksi Covid-19. Terdengar mustahil karena hampir seluruh pengunjung positif virus corona. Hal ini terjadi karena (1) para pengunjung berada di dalam ruangan ber-ac yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik (2) berbicara dengan jarak dekat tanpa mengenakan masker (3) para pegawai tetap mengenakan masker dan menjaga jaraknya.

Tentunya adaptasi kebiasaan baru ini menuai pro dan kontra di masyarakat maupun pemerintahan. Mungkin kata bebas terbatas dapat mewakili keadaan sekarang dimana dapat menjalakan kehidupan seperti semula namun tetap dibatasi oleh aturan-aturan kesehatan. 

Ikuti tulisan menarik Andriana Puspita lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler