x

salah satu hotel bintang lima di Pujon pada masa kolonial Belanda

Iklan

Wiro Sableng

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 September 2020

Rabu, 23 September 2020 14:19 WIB

Poedjon Tempo Doeloe; Mengenang Hotel Bintang Lima yang Kini Tinggal Nama

Pujon merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Malang bagian barat, yang terkenal sebagai penghasil susu sapi dan produk holtikultura. Selain dikenal sebagai sentra pertanian dan peternakan sapi perah, Pujon juga dikenal karena keindahan alamnya. Bisnis holtikultura dan pariwisata di Pujon, ternyata telah berkembang sejak era Kolonial Belanda. Mari kita jenguk Pujon era lama...

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pujon merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Malang bagian barat, yang terkenal sebagai penghasil susu sapi dan produk holtikultura. Selain dikenal sebagai sentra pertanian dan peternakan sapi perah, Pujon juga dikenal karena keindahan alamnya.

Wilayah Pujon dikelilingi pegunungan Kawi, Gunung Dworowati, Gunung Butak, dan Gunung Banyak. Pujon juga memiliki beberapa wisata alam, seperti Coban Rondo, Coban Tretes, dan Pemandian Lebaksari.

Bisnis holtikultura dan pariwisata di Pujon, ternyata telah berkembang sejak era Kolonial Belanda. Pada masa tersebut, Pujon menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Kabupaten Malang. Untuk mengetahui lebih dalam, tentang kondisi Pujon pada masa kolonial Belanda, penulis menemui  Rizky Ika Pradipta, seorang warga lokal yang telah menulis beberapa buku tentang sejarah Pujon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut keterangan Rizky Ika, pada masa Kolonial di Pujon terdapat beberapa hotel bintang lima. Hotel-hotel tersebut antara lain, Huize Justina, Hotel Terminus, Hotel Poedjon dan Hotel Lebaksari. Tiga Hotel yang disebutkan pertama, berlokasi di Dusun Krajan, Desa Pujon Lor, sedangkan Hotel Lebaksari berlokasi di Dusun Lebaksari Desa Ngroto. Rizky, juga menjelaskan bahwa hotel-hotel bintang lima di Pujon, memiliki tarif yang lebih mahal dibandingkan hotel di daerah Batu.

Penginapan yang paling terkenal di Pujon pada masa kolonial adalah Hotel Justina. Mengutip dari buku Sepenggal Sejarah Poedjon karya Rizky Ika, Hotel ini memiliki 22 kamar dan beberapa pavilliun. Diantara 22 kamar Justina, 4 diantaranya merupakan kamar VIP, yang memiliki kamar mandi di dalam. Tarif bermalam di Hotel Justina antara 9 - 12 gulden per malam untuk kamar dengan ranjang tunggal,dan 17- 20 Gulden per malam untuk kamar dengan dua ranjang. Untuk tamu yang memesan kamar untuk jangka waktu lama, Hotel Justina memberikan diskon.

Selain Hotel Poedjon dan Justina, penginapan lain yang memiliki reputasi mentereng di Pujon adalah Hotel Terminus. Terminus a adalah hotel milik warga Belanda bernama Reyna, yang berjarak kurang dari 1 km dari Pavilliun paling barat dari Hotel Justina. Fasilitas yang dimiliki Hotel Terminus, tidak kalah dengan Hotel Justina Pujon.

Pada iklan yang dipublikasikan De locomotief tahun 1918 disebutkan bahwa Terminus memiliki fasilitas ruang billiard, pavilliun, dekat dengan pemandian Wilhelmina dan hutan tempat berburu. Lalu ada pemandangan indah, taman besar dilengkapi tempat duduk, lapangan tennis, serta area permainan anak.

Dibandingkan Hotel Justina, Terminus memiliki jumlah kamaryang lebih sedikit dan tarif yang lebih murah. Tarif bermalam di HotelTerminus berkisar antara 8 - 10 gulden per malam untuk kamar dengan ranjang tunggal, dan 15- 18 Gulden per malam untuk kamar dengan dua ranjang. Untuk tamu yang memesan tamu untuk jangkawaktu lama, Hotel Terminus juga memberikan diskon. Namun sayangnya, pada saat ini hotel-hotel megah yang berdiri di Pujon pada masa kolonial hilang tak berbekas.

Rizky menjelaskan bahwa sebelum terjadi Agresi Militer II, pasukan Batalion Naga Hitam yang dipimpin oleh Mayor Abdul Manan melakukan taktik bumi hangus. Empat Hotel dan puluhan rumah mewah milik Belanda, dihancurkan. Jembatan diledakkan, jalan-jalan utama dirusak. Daerah Pujon yang semula dikenal sebagai sentra pariwisata, berubah menjadi medan pertempuran tentara Belanda melawan pejuang Indonesia.

Saat ini, lokasi tempat dulu Hotel Poedjon berdiri, berubah menjadi pemukiman penduduk di sebelah barat Koramil Pujon, hingga depan kantor Telkom. Lokasi Hotel Justina dan terminus, juga menjadi pemukiman padat penduduk di tepi Jalan utama Desa Pujon Lor. Sementara Hotel Lebaksari yang berlokasi di Ngroto, berubah menjadi Pemandian Dewi Sri. 

Meskipun saat ini, penduduk Pujon hanya bisa melihat gambaran hotel-hotel megah di daerah mereka, melalui koleksi digital museum-museum Belanda, namun hal tersebut tidak menghalangi minat untuk menelusuri sejarah Pujon. Hingga tahun 2020 ini, telah ditulis lima buku tentang sejarah lokal Pujon. Buku itu, antara lain, Sepenggal Sejarah Pujon, Pertempuran Pandesari, Jejak Perjuangan Batalion Abdul Manan  Karya Rizky Ika, Polisi Keamanan Poedjon 1948 karya Tim POKJA Polres Batu

Ikuti tulisan menarik Wiro Sableng lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB

Terkini

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB