Kebakaran lahan gambut merupakan salah satu kejadian bencana yang sering terjadi di Kelurahan Muara Manompas, terakhir pada bulan agustus tahun ini sekitar 60 H lahan gambut milik masyarakat habis terbakar. Terjadinya kebakaran disebabkan kesadaran masyarakat di wilayah ini masih sangat rendah, salah satunya membersihakan lahannya dengan cara membakar.
Menyadari potensi bencana kebakaran yang berdampak pada kerugian ekonomi dan rusaknya ekosistem di lahan gambut, masyarakat di Kelurahan Muara Manompas yang tergabung dalam 35 kelompok Tani menyelenggarakan kegiatan peringatan Hari Pengurangan Risiko Bencana. Kegiatan ini difasilitasi oleh Wetlands International Indonesia dalam program Peningkatan Ketangguhan Masyarakat melalui Ecosystem-based Disaster Risk Reduction (EU DEVCO/ECO DRR) dan Adaptasi, Mitigasi Melalui Konservasi dan Penghidupan Berkelanjutan Ekosistem Gambut dan Mangrove Indonesia (PME).
Tujuan kegiatan ini sebagai media penyadar tahuan, penguatan kapasitas dan sosialisasi PRB terhadap lima unsur PRB dalam upaya pengurangan risiko bencana di Kawasan gambut. Selain kelompok tani kegiatan ini diikuti juga perguruan tinggi, LSM Lokal, privat sector, Kepolisian Sektor Batang Toru, Pemerintah Kecamatan Muara Batang Toru, PMI, dan media massa. Dengan kegiatan ini pengetahuan, pemahaman dan kapasitas semua komponen di Tapanuli Selatan terkait potensi bencana dan upaya mitigasi yang sudah dilakukan di level tapak semakin meningkat.
Upaya Mitigasi
Salah satu cara untuk mengurangi potensi bencana yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan upaya pencegahan atau mitigasi. Wetlands International Indonesia bersama 35 kelompok Tani melakukan kegiatan mitigasi di lahan gambut baik secara fisik maupun dengan penguatan kapasitas masyarakat. Mitigasi secara fisik yang dilakukan diantaranya dengan membangun 12 sekat kanal, pemasangan system peringatan dini (EWS), penanaman tanaman paludikultur dan pembuatan alat pengukuran tinggi muka air (TMA) lahan gambut sebanyak 52 lokasi.
Melalui dua program, Peningkatan Ketangguhan Masyarakat melalui Ecosystem-based Disaster Risk Reduction (EU DEVCO/ECO DRR) dan Adaptasi, Mitigasi Melalui Konservasi dan Penghidupan Berkelanjutan Ekosistem Gambut dan Mangrove Indonesia (PME), Wetlands International Indonesia juga melakukan upaya mitigasi dengan cara penguatan kapasitas masyarakat.
Pembentukan Tim Peduli Api, pelatihan Paludikultur, pelatihan budidaya ikan, penguatan kelembagaan kelompok dan kegiatan mata pencaharian alternatif anggota kelompok merupakan kegiatan mitigasi untuk meningkatkan daya lenting masyarakat apabila terjadi bencana di wilayahnya.
Lestarikan Lahan Gambut Aksi Mitigasi Bencana Masyarakat Muara Manompas
Kontrak Biorights
Upaya mitigasi yang dilakukan tidak akan berjalan dengan baik apabila antara masyarakat dengan program tidak ada ikatan yang saling menguatkan, untuk itu diperlukan sebuah perjanjian untuk menjamin keberlangsungan kegiatan.
Dalam kegiatan peringatan bulan pengurangan Risiko Bencana sekaligus dilakukan penanda tanganan kontrak Kerjasama antara 15 Kelompok Tani dengan Wetlands International Indonesia dengan perjanjian kontrak Biorights.
Kontrak Biorights merupakan mekanisme pendanaan inovatif untuk mengatasi degradasi lingkungan dengan menyediakan dana pinjaman untuk kegiatan konservasi dan restorasi lingkungan berkelanjutan. Dalam kontrak tersebut kelompok mempunyai kewajiban untuk melakukan kegiatan mitigasi dengan melakukan kegiatan mata pencaharian alternatif dengan dana pinjaman yang diterima oleh kelompok.
Nilai kontrak yang ditanda tangani oleh 15 kelompok program Devco sebesar Rp 1.125.000.000, masing-masing kelompok menerima dana pinjaman Rp 75.000.000. apabila dalam masa kontrak kelompok bisa melakukan kewajiban-kewajibannya dengan baik, diakhir program status dana pinjaman akan diubah menjadi dana hibah. Sebaliknya apabila kelompok melanggar perjanjian, kelompok berkewajiban mengembalikan dana yang diterima.
Lestarikan Lahan Gambut Aksi Mitigasi Bencana Masyarakat Muara Manompas
Harapan Baru Kelompok Tani
Tidak bisa dipungkiri oleh petani di Muara Manompas dalam sepuluh tahun terakhir kerusakan lahan gambut berdampak besar bagi kehidupan mereka, tanaman sawit yang awalnya menjadi satu-satunya sumber ekonomi tetapi karena ditanam tidak pada tempatnya, saat ini tanaman sawit bertumbangan dan tidak produktif lagi seiring kerusakan lahan gambut.
Melalui program yang difasilitasi oleh Wetlands International Indonesia, saat ini para petani yang tergabung dalam kelompok mempunyai pengetahuan dan kesadaran baru untuk memperlakukan lahan gambut sebagaimana mestinya, menjaga dan melestarikannya.
Lahan gambut ditanami dengan tanaman asli lahan gambut atau tanaman paludikultur seperti jelutong, sagu dan pakat. Kanal-kanal dibangun sekat agar air tidak hilang, lahan gambut tetap basah, tidak mudah terbakar dan banjir. Kesiapsiagaan kelompok tani dalam menghadapi bencana kebakaran lahan gambut pun telah siap dengan dibentuknya Tim Masyarakat Peduli Api.
Kini kelompok tani mulai menyadari betapa pentingnya lahan gambut, menjaga dan melestarikan lahan gambut akan menjauhkan mereka dari ancaman bencana.
Ikuti tulisan menarik Didik Fitrianto lainnya di sini.