x

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis 6 Agsutus 2020. Simulasi tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan tenaga medis dalam penanganan dan pengujian klinis tahap III vaksin COVID-19 produksi Sinovac kepada 1.620 relawan. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 7 Januari 2021 11:23 WIB

Selebrasi Vaksin, Perlukah Saat Ini?

Kehadiran vaksin tidak berarti bahwa pandemi serta merta berakhir, sebab penyuntikan akan berlangsung bertahap dan memakan waktu berbulan-bulan. Protokol kesehatan tetap wajib dijalankan, sebab sebagian warga akan berada dalam waktu tunggu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Di lapangan sepakbola, para pencetak gol kerap melakukan adegan selebrasi sebagai perayaan atas gol yang baru saja mereka ciptakan, atau untuk merayakan kemenangan dalam suatu pertandingan, atau bahkan menjuarai suatu turnamen. Gol, kemenangan, dan juara—itulah pencapaian olahraga yang dirayakan lewat selebrasi.

Namun, pengiriman vaksin Sinovac ke daerah-daerah sebagai awal program vaksinasi bukanlah pencapaian semacam itu, bukan gol, kemenangan, dan apa lagi menjadi juara. Kedatangan vaksin bukanlah gol, sebab itu adalah produk impor. Juga bukan kemenangan, sebab vaksinasi belum berjalan. Bukan pula juara, lantaran pandemi belum selesai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karena itu, terkesan ada ungkapan rasa yang berlebihan pada acara simbolis di Bio Farma yang menandai dimulainya distribusi vaksin impor itu ke daerah-daerah. Di media sosial beredar videonya: seorang perempuan mengangkat bendera bermotif kotak-kotak hitam putih ke udara layaknya dimulainya perlombaan. Lalu disusul bunyi letusan petasan bersahut-sahutan. Truk pengangkut vaksin pun bergerak meninggalkan halaman Bio Farma dengan dikawal mobil Gegana serta mobil barakuda.

Saatnya selebrasi belum lagi tiba, sebab akhir pandemi belum kita ketahui atau dapat kita perkirakan dengan cukup akurat. Kasus positif masih begitu banyak setiap hari, walaupun yang sembuh juga banyak. Tiap hari jumlah akumulatif terus bergerak mendekati angka satu juta. Sekolah-sekolah belum bisa tatap muka. Kantor belum bisa menampung karyawan 100%. Hotel dan restoran masih sepi. Banyak hal yang menjadikan selebrasi itu terasa tergesa-gesa adanya dan terlampau dini.

Apakah acara simbolis itu sekedar tanda kegembiraan ‘Horrreee... vaksin dataanggg..’ Mungkin iya, namun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum lagi selesai bekerja. Mudan-mudahan saja kita tidak lupa bahwa kita masih harus bekerja keras memastikan bahwa distribusi berjalan baik, vaksinpun disimpan secara benar selagi menunggu jadwal disuntikkan agar tidak rusak, data warga negara yang masuk divaksin sudah akurat, hingga mempersiapkan rencana darurat untuk menghadapi kemungkinan tak terduga. Bahkan kita juga harus tetap ketat menjalankan protokol kesehatan, sekalipun vaksin telah tersedia.

Kehadiran vaksin itu juga tidak berarti bahwa pandemi serta merta berakhir, sebab penyuntikan akan berlangsung bertahap dan memakan waktu berbulan-bulan. Protokol kesehatan tetap wajib dijalankan sebab sebagian warga akan berada dalam waktu tunggu dan selama masa itu mereka harus bertumpu pada imunitas tubuh yang belum disuntik vaksin serta kepatuhan pada protokol kesehatan. Menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menyantap makanan dan minuman sehat, tidur yang cukup dan baik, berpikir positif, serta banyak berdoa tetap mesti dijalankan.

Karena itu acara selebrasi pendistribusian vaksin ke daerah-daerah mungkin tidak perlu, yaahh... tapi itu sudah terjadi. Sudahlah, hitung-hitung sebagai penyemangat asal saja kita tidak lupa bahwa pandemi belum usai. Jika nanti pandemi benar-benar berakhir, bolehlah kita berselebrasi dengan cara berbagi rezeki, sedekah, bantuan, pertolongan, serta kebaikan lain kepada siapapun, khususnya kepada wong cilik—yang kemarin dilukai hatinya karena bantuan sosial untuk mereka disunat. Semua kebaikan itu penting agar wong cilik mampu segera bangkit kembali melanjutkan kehidupan. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB

Terkini

Terpopuler

Orkestrasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 13 Maret 2024 11:54 WIB