Mimpi Jokowi; Saatnya Indonesia Bermain di Pasar Kendaraan Listrik
Senin, 11 Januari 2021 17:24 WIBPemerintah melarang ekspor bijih (ore) nikel bukan tanpa alasan. Perjuangan Presiden Joko Widodo selama 3,5 tahun merebut saham Freeport sebesar 51 persen tidak main-main. Semua itu ada tujuannya, ya, demi meningkatkan ekonomi Indonesia.
Hilirisasi nikel di Tanah Air sudah digalakkan presiden Joko Widodo sejak Agustus 2020 lalu. Bukan tanpa alasan, adanya hilirisasi diyakini dapat memperbaiki current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan, mengurangi penggunaan energi fosil yang sewaktu-waktu dapat habis, hingga meningkatkan peluang kerja bagi rakyat Indonesia.
Sebelum memulai hilirisasi nikel, pemerintah telah mengeluarkan peraturan larangan ekspor ore (bijih) nikel yang diterapkan sejak tanggal 1 Januari 2020 lalu. Bertahun-tahun lamanya, Indonesia hanya fokus mengekspor nikel mentah, tanpa melakukan pengolahan yang lebih lanjut.
Terbukti dengan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2019 tentang ekspor bijih nikel yang mencapai 30 juta ton di tahun 2019.
"Ekspor nikel 30.000.193 (30 juta) ton, tidak melebihi (kuota)," ujar Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Ditjen Minerba, Yunus Saefulhak pada Januari 2020 lalu, dikutip dari CNN Indonesia.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang berada di sekitar 22 juta ton. Jika mengekspor bijih nikel saja, lama-kelamaan perekonomian Indonesia hanya disitu-situ saja, tidak ada kemajuan. Itulah mengapa presiden Jokowi berjuang selama 3,5 tahun lamanya berusaha untuk merebut mayoritas saham PT Freeport Indonesia sebesar 51 persen dari Amerika Serikat.
Saham Freeport sudah berhasil ditangani, larangan ekspor nikel digalakkan, tetap saja ada rakyat yang kontra dengan upaya pemerintah. Lalu, apalagi yang ingin dilakukan presiden Jokowi beserta jajaran pemerintah untuk kedepannya?
Presiden Jokowi ingin Indonesia bisa menjadi pemain di pasar mobil listrik dan ponsel dengan memanfaatkan kekayaan nikel yang dimiliki negeri. Menurutnya, Indonesia punya modal besar. Cadangan nikel dunia sebesar 25 persen atau setara dengan 21 juta ton nikel ada di sini. 30 persen produksi nikel dunia saat ini juga dikuasai oleh Indonesia. Kini, Indonesia sudah mengolah bijih nikel menjadi nickel pig iron, feronikel dan baja tahan karat. Untuk lima tahun kedepan, pemerintah akan fokus pada industri hilir bijih nikel.
"Kita ingin memasuki fase berikutnya untuk memasuki produksi baterai lithium sebagai komponen utama kendaraan listrik yang ke depan ini merupakan sebuah kesempatan yang besar bagi kita," ungkap Jokowi saat memberi sambutan pada HUT ke-48 PDI Perjuangan yang digelar virtual, pada Minggu (10/1).
Saatnya tidak bergantung lagi pada ekspor bahan mentah, jika Indonesia bisa mendapatkan keuntungan lebih dari mengolah bahan mentah menjadi barang jadi, mengapa tidak dicoba? Ya, sabar dan tunggulah, presiden dan jajaran pemerintah kita sedang bekerja. Apakah kamu sampai saat ini masih menganggap langkah mereka belum tepat?
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
7 Momen Saat PT IMIP Inisiatif Bangun SDM Andal di Morowali
Rabu, 29 Desember 2021 06:45 WIBSejak Awal Covid-19 hingga Kini, 10 Ragam Penyaluran Alkes oleh PT IMIP
Kamis, 23 Desember 2021 20:17 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler